PERNIKAHAN TANPA CINTA

Keesokan harinya...

Sidney bersama Edxel tengah menikmati sarapan bersama di ruang makan.

"Ed, kamu mau makan apa biar aku ambilkan", ucap Sidney penuh perhatian.

Beberapa jenis menu makan pagi tertata di atas meja.

"Oatmeal dengan potongan strawberry dan buah kiwi", jawab Edxel tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar handphone miliknya. Raut wajah laki-laki pemilik netra biru itu sesaat berubah, namun kembali seperti semula kala Sidney menaruh mangkuk oatmeal di hadapannya.

"Terimakasih", ucapnya tersenyum menatap Sidney yang duduk di sampingnya.

"Ed...boleh tidak aku main piano mu nanti? Aku bosan jika berada di kamar ku terus. Sedangan ruangan itu selalu terkunci", ucap Sidney menolehkan wajahnya melihat Edxel yang tengah menikmati oatmeal.

"Tentu saja boleh. Kamu bisa ke mana saja di rumah ini. Brigitta akan membuka ruang piano, kau bisa bermain sesuka mu", jawab Edxel membuat Sidney tersenyum bahagia mendengarnya.

"Kalau ke perpustakaan milik mu di lantai empat boleh juga?". Sidney memeluk lengan laki-laki itu dengan manja sambil mendongakkan wajahnya menelisik wajah tampan laki-laki itu yang semakin hati semakin tampan menurut Sidney.

Edxel mencubit gemas ujung hidung Sidney. "Tentu saja. Aku mengizinkan istri ku kemana pun yang dia inginkan di rumah ini. Karena mulai beberapa hari yang lalu kamu adalah nyonya di rumah ini, artinya rumah ini menjadi milik mu juga", jawab Edxel menatap Sidney dengan perasaan mendalam terlebih gadis itu tidak sungkan-sungkan lagi untuk bermanja-manja dengannya.

Mendengar penuturan Edxel, membuat Sidney duduk tegap. "Hm...artinya kalau kamu tidak ada lagi, semua harta mu menjadi milik ku?", seloroh Sidney dengan kedua mata membulat sempurna seperti tidak ada rasa bersalah ketika berucap seperti itu.

"Kau mendoakan aku mati?", ketus Edxel menatap tajam Sidney yang menggaruk kepalanya.

"Bukan seperti itu. Aku hanya bertanya. Ahh ..Kenapa kamu ini gampang sekali marah...huhh menyebalkan sekali".

Sidney mengerucut kan bibirnya. Tindakan gadis itu membuat laki-laki di sampingnya tersenyum melihat tingkahnya. "Kau tidak pernah bisa membuat ku marah, tapi membuat ku menjadi gemas pada mu", jawab Edxel yang membingkai wajah Sidney. Mendaratkan sebuah ciuman di bibir gadis itu.

 "Sekarang aku harus pergi bekerja karena ada meeting penting. Kau jangan dulu berkuda, sebelum yang meracun kucing-kucing kesayangan mu terkuak. Hari ini aku akan menyelesaikan semuanya hingga tuntas".

Edxel berdiri sambil membersihkan ujung bibirnya dengan serbet bersih berwarna putih. Sidney pun mengikutinya untuk merapikan simpul dasi yang nampak miring.

"Selesai. Sekarang kau sempurna dan tampan sekali", ucap Sidney seperti bergumam namun Ed masih bisa mendengarnya dengan jelas karena keduanya berdiri tanpa jarak.

Edxel tidak bisa mengontrol diri untuk tidak mencium Sidney. Kembali menyatukan bibirnya pada bibir Sidney. Kali ini laki-laki itu melakukannya begitu penuh perasaan. Melumat dengan lembut bibir Sidney. Tindakan Edxel membuat gadis itu hilang kendali, tak kalah liar membalas ciuman Edxel. Bahkan untuk beberapa saat keduanya terbuai. Lupa saat ini berada di ruang umum yang bisa di lihat orang lain.

Sidney yang tersadar duluan dan sedikit mendorong dada Edxel.

Keduanya sibuk mengendalikan deru nafas yang terdengar tersengal-sengal.

Jemari kokoh laki-laki itu mengusap bibir Sidney yang nampak bengkak akibat perbuatannya. "Katakan kau menginginkan sama seperti ku dan mau melakukannya sekarang, aku akan batalkan pekerjaan ku hari ini", ucap Edxel terdengar serak di telinga Sidney yang berdiri dengan tubuh gemetaran, tepat di depan laki-laki itu.

Keduanya saling bertatapan dengan pikiran masing-masing.

"Ed, A-ku..."

"A-ku belum siap. Aku tidak mau kita melakukannya hanya karena nafsu sesaat. Hubungan seperti itu tidak akan membuat langgeng, terlebih jika hati mu masih milik wanita lain".

"Aku mau kala itu terjadi, kamu hanya memikirkan aku. Di hati mu hanya ada nama ku. Dan aku ingin mendengar kau mengucapkan kata cinta pada ku Ed", ucap Sidney sambil mengusap lembut wajah Edxel.

Laki-laki itu diam mematung. Sesaat kemudian menganggukkan kepalanya. "Maukah kau bersabar untuk ku, hem? Aku akan menepati janjiku pada mu dan aku akan membuktikannya. Di saat aku mengucapkan kata cinta pada mu, artinya aku sudah benar-benar sembuh dari masa lalu ku. Dan hanya ada kamu di sini", jawab Edxel terdengar begitu lembut seraya membawa tangan Sidney ke dadanya. "Karena aku tidak mau membuat mu terluka dengan air mata.. Tunggu aku".

Edxel mengecup kening gadis yang tersenyum mendengar perkataannya barusan.

"Aku sabar menunggu mu, Ed.."

*

Mobil sedan berwarna hitam yang di kendarai sopir berhenti di bawah pilar bangun bak kastil yang terlihat artistik karena membiarkan batu-batu alam pada dinding bangunan membuatnya terlihat klasik.

Dari kursi depan nampak Roland membuka pintu belakang.

Edxel mengancingkan jas berwarna hitam dengan motif kotak-kotak kecil timbul. Raut muka laki-laki itu terlihat dingin tak bersahabat. Bahkan ketika seorang pelayan menyapanya, laki-laki itu tidak menggubrisnya.

"Di mana daddy?!".

Justru kalimat singkat dan ketus itu yang keluar dari mulutnya.

"Tuan besar dan nyonya Sofia sedang menikmati makan pagi di samping kolam, tuan", jawab pelayan itu terlihat ketakutan pada Edxel yang menunjukkan amarah di wajahnya.

Tanpa bicara apapun, laki-laki itu segera masuk ke dalam menuju kolam renang yang berada di sisi kanan rumah.

Dari kaca patri

Dari pantulan kaca patri, Edxel masih bisa melihat ayahnya tengah menikmati sarapannya bersama ibu tirinya Sofia dan Daniella.

Edxel mempercepat langkah.

Kehadirannya tidak di sadari Conte, Sofia dan Daniella.

"Wow keluarga yang harmonis sekali". Edxel bertepuk tangan. Tindakannya membuat Conte dan dua perempuan lainnya serentak menolehkan kepala menatapnya.

Senyum bahagia terlihat di wajah Conte laki-laki yang telah menginjak usia tujuh puluh lima tahun dan terlihat sisa-sisa ketampanan di balik kerutan wajahnya.

"Ed... akhirnya kamu menginjakkan kaki lagi ke rumah ini, daddy senang melihat mu nak", ucap Conte. "Duduklah kita makan bersama, kita sudah lama tidak menikmati breakfast bersama", sambungnya lagi.

"Ya, daddy benar sekali. Kita tidak memiliki banyak waktu bersama lagi sejak kau memilih wanita ini sebagai pengganti mommy!", ketus Edxel tidak bisa menyembunyikan kesal di wajahnya.

"Cukup! Jika kamu masih tidak bisa menerima keputusan daddy sebaiknya kamu pergi saja!", hardik Conte emosi melemparkan tatapan tajam pada putra satu-satunya tersebut.

"Aku memang akan pergi, bagi ku rumah ini terasa semakin panas saja sejak daddy memasukkan dua wanita ini kedalam nya".

"Cukup!!! Kau keluar dari rumah ku! Jangan datang menemui ku kalau hanya untuk menyalahkan masa lalu", teriak Conte sambil memegangi dadanya.

Daniella segera berlari memegangi bahu Conte yang menahan kesakitan. "Paman Conte?"

"Puas kamu menyakiti ayah mu, Edxel? Kau boleh membenciku tapi aku tidak akan membiarkan kamu menghina suami ku lagi", hardik Sofia berapi-api berdiri tegap dengan amarah dan sorot tajam menatap Edxel.

"Wanita-wanita munafik! Kau bisa membohongi daddy, tapi tidak bisa membohongi ku. Kamu hanya menginginkan harta daddy tidak tulus mencintainya. Dan kau Daniella harus mempertanggungjawabkan perbuatan mu karena sudah meracun kucing-kucing istriku hingga mati!".

Seketika semuanya terdiam tanpa ada satupun yang bersuara. Hanya terdengar ketukan tongkat Conte di lantai.

"Kau akan memberikan penjelasan di kantor polisi sebentar lagi Daniella. Heh...Siapa kamu sudah berani mengusik istri ku. Kamu hanya benalu yang numpang hidup di rumah ayah ku!", ucap Edxel dengan suara menggelegar mengeluarkan kata-kata kasar pada Daniella yang mengambil muka di hadapan Conte.

"Apa maksud perkataan putra ku, kau meracun hewan peliharaan istrinya? Apa itu benar?", ucap Conte menepis tangan keponakan istrinya yang masih berada di pundaknya.

"Hm...paman aku bisa menjelaskan semuanya–"

"Bellacruzzz!!!"

Dari kejauhan seorang pelayan paruh baya berlari menghampiri Conte. "Iya tuan?"

"Aku mau ke kamar ku!"

"B-aik tuan–"

"Biar aku saja yang mengantar suamiku, kau lanj–"

"Aku mau bellacruz yang mengantar ku. Dan kau urus masalah keponakan mu yang selalu membuat masalah. Atau kalian berdua pergi dari rumah ku sekarang juga!!!"

...***...

To be continue