Miskin , dihina wajar. Diam di bully, biasa. Yang luar biasa adalah, Aqmal seorang remaja miskin yatim piatu, menolak menyerah pada nasib malang, penderitaan, hinaan dan perundungan, justru membuat nya tumbuh menjadi semakin tegar dan kuat.
Hingga alam berpihak kepada nya, memberikan sebutir gundu ajaib kepada nya.
setelah mendapatkan gundu ajaib itu, perlahan hidup nya mulai berubah, setapak demi setapak, dia mulai meniti takdir nya menjadi seorang kultivator utama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dimensi Galatian
Bahkan Aqmal cendrung pendiam dan sangat tertutup pada siapapun juga, kecuali pada Eman teman dekat nya.
Saat istirahat pertama, Aqmal sebenar nya tidak ingin keluar ruangan, tetapi aturan baru sekolah, mengharuskan semua murid tidak ada yang berada didalam kelas, karena ada kejadian pencurian.
Aqmal berjalan bersama Eman ke arah belakang sekolah, ke bangku panjang di bawah pohon Trembesi tua.
"Kau tidak makan Mal?" tanya Eman menatap kearah sahabat nya itu.
"Nanti istirahat kedua saja Man, sekarang aku belum lapar, kau makan lah lebih dulu!" jawab Aqmal.
"Tidak ah!, tidak enak makan sendirian, enakan barengan sama kamu aja nanti!" kata Eman bersandar di sandaran kursi.
Eman diam, sibuk dengan handphone nya, sementara Aqmal yang tidak punya handphone, hanya diam menatap kearah kolam.
Tiba-tiba dari arah depan kelas, datang tiga orang gadis cantik menuju kearah WC di belakang sekolah. Mereka adalah Gracia, Norelia dan Hilunita, tiga gadis tercantik di sekolah itu, meskipun terpisah kelas.
Gracia berhenti sejenak di depan Aqmal , menatap kearah remaja itu beberapa saat.
"Plak!" ....
Kaki gadis itu menendang kaki Aqmal, hingga remaja itu terkejut balas menatap kearah gadis itu.
"Hei kau tuyul!, aku tidak akan berterimakasih kepada mu meskipun kau telah menolong ku, kau tidak usah repot-repot caper pada ku, aku tidak bakalan tertarik kepada mu, ngaca dulu, dasar tuyul!, bikin malu saja!" bentak dara itu marah.
Aqmal tidak membalas kata kata gadis itu, sambil menarik nafasnya dalam-dalam, Aqmal berdiri dan berlalu dari tempat itu.
Tetapi rupanya Gracia belum puas, dia menangkap tangan Aqmal dan menarik nya kuat kuat.
Namun tubuh Aqmal yang cukup kekar karena selalu mengangkat kayu bakar itu tidak bergeming sedikit pun juga.
"Jangan khawatir, aku tidak pernah menyukai mu sedikitpun !" kata Aqmal menghempaskan tangan Gracia lantas berlalu begitu saja.
Gadis cantik itu terpana, melihat sikap remaja yang sedingin kutub Selatan itu.
"Dasar Tuyul miskin jelek!" teriak nya frustasi.
Aqmal berlalu tanpa menoleh atau memperhatikan hinaan dari Gracia itu.
Eman berlari mengejar Aqmal yang telah menghilang dari pandangan mata nya. Dia tidak berani ikut campur, karena tahu jika Gracia itu putri orang terkaya di kota ini.
"Aku tidak menyukai Tuyul itu, aku harus pulang cepat untuk mandi, najis tubuh ku dipegang oleh nya" omel Gracia marah.
Mendengar itu, kedua teman nya hanya tertawa cekikikan saja melihat tingkah teman mereka itu.
"Jangan terlalu membenci nya, karena kata orang antara benci dan cinta itu batas nya cuma tabir tipis, setipis kulit ari, benci bisa tiba tiba berubah menjadi cinta!" kata Hilunita mengingatkan sahabat nya itu.
"Benar Cia!, kamu tidak melihat nya ya?, dia itu sebenarnya sangat tampan, hanya saja penampilan nya yang kusam, membuat aura ketampanan nya sirna , sedikit saja sentuhan orang kaya macam kamu, tuh anak berubah jadi opa opa Korea, jamin deh!" timpal Norelia sambil ketawa.
"Mungkin saja aku jatuh cinta pada Tuyul jelek itu...... bila aku sudah sinting kaya kalian berdua!" sanggah Gracia berjalan kearah WC dengan langkah cepat.
Pelajaran hari itu berjalan sebagai mana biasa nya, tidak ada yang berubah rutinitas yang bergulir pasti dari waktu ke waktu. Hingga pukul tiga sore, pelajaran pun usai, dan murid murid bergegas pulang.
Beberapa anak orang kaya, dijemput sama sopir mereka, sedangkan yang kelas menengah, pulang dengan motor nya, hanya Aqmal yang pulang naik sepeda Phoenix tua.
Sebelum tiba di pasar kampung Teluk Nangka, tiba tiba Bakar dan Pupung menghadang didepan sepeda nya.
"Hei budek tolol, turun kau cepat!" bentak Bakar menarik tubuh Aqmal hingga sepeda nya roboh.
Tidak cukup sampai disitu, pemuda preman pasar itupun segera melayangkan pukulan nya ke tubuh Aqmal.
Pemuda itu tertelentang dan kaki Pupung mendarat di tubuh nya.
Dua orang pemuda dewasa preman pasar melawan seorang remaja enam belas tahun, sungguh bukan lawan yang setimpal sekali.
Tanpa merasa kasihan sedikitpun juga, kedua pemuda preman pasar itu menghajar tubuh Aqmal hingga mengucurkan darah dimana mana.
"Hei! Apa yang kalian lakukan heh, hentikan!" tiba tiba Pardi seorang babinkamtibmas kampung Teluk Nangka datang dengan motor matic nya.
Melihat siapa yang datang, Pupung dan Bakar segera menghentikan tindakan nya, dan berlari kabur secepat nya.
"Ya Allah Mal!, apa yang terjadi?" tanya pak Pardi membantu Aqmal berdiri.
"Terimakasih om babinkam!, saya tidak mengerti pak!" sahut Aqmal meringis menahan rasa sakit nya.
"Ayo om antar ke puskesmas Mal, biar diobati!" kata pak Pardi mengajak Aqmal ke puskesmas. Tetapi Aqmal menggelengkan kepala nya, dia tidak ingin merepotkan siapapun juga.
"Tidak usah om, saya tidak apa apa, saya pulang saja om, terimakasih atas pertolongan om babinkam!" kata Aqmal naik keatas sepeda tua nya dan dengan sisa sisa kekuatan nya, menggenjot sepeda tua itu pulang, meninggalkan pak Pardi yang melongo sendirian.
Setiba di pondok nya, Aqmal langsung masuk kedalam pondok nya, merebahkan tubuh nya yang terasa sakit luar biasa itu dilantai pondok.
Darah mengalir dari dahi dan tubuh nya keluar, meskipun beberapa kali dia sekarang dengan tangan nya, darah itu masih saja mengalir keluar.
Baru saja Aqmal berbaring, namun sesuatu mengganjal di pantat kanan nya.
Aqmal duduk, mencari benda yang mengganjal di pantat nya tadi, ternyata batu gundu itu berada di dalam saku belakang celana sebelah kanan nya.
Dengan tangan yang masih berlumuran darah, Aqmal menatap batu gundu itu dengan sangat heran, "bukankah tadi malam, gundu ini sudah ku letakan didalam kaleng plastik bekas kemasan lulur?, kenapa tiba tiba berada di saku celana ku ini?, aneh!" pikir nya bingung.
Aqmal tidak sempat untuk berpikir panjang, karena tiba tiba batu gundu itu seperti menghisap darah nya yang menggenang di telapak tangan nya tadi.
Setelah darah itu habis, batu gundu itu tiba tiba secara perlahan lahan, mulai memancarkan cahaya biru terang, seperti sebuah lampu LED biru.
Setelah gundu itu bercahaya terang, cahaya batu itu berkedip beberapa kali, lalu secara ajaib, mulai lenyap masuk kedalam telapak tangan kanan nya.
Rupanya batu gundu itu memerlukan ikatan darah terlebih dahulu dengan tuan nya, baru dia bisa menyatu dengan kehendak sang tuan.
"Ah mungkinkah mimpi itu nyata?" pikir Aqmal mulai berdiri. Memikirkan hal itu, rasa sakit di sekujur tubuhnya terasa lenyap seketika.
"Aku akan mencoba kata kata orang tua itu ah, aku penasaran, benar apa tidak sih jika aku bisa membuka pintu portal ke Dunia lain dengan tangan ku ini?" pikir Aqmal dengan perasaan yang berdebar debar.
Dia mencoba membayangkan sebuah pintu portal ke Dunia lain terbuka, lalu di arahkan nya telapak tangan kanan nya ke arah dinding pondok nya.
Dari telapak tangan nya, muncul cahaya putih mengarah ke dinding pondok seperti lampu proyektor. Dan di dinding, tiba tiba muncul sebuah cahaya putih berbentuk Opal sebesar pintu.
Pintu aneh itu seperti tertutup asap putih, sehingga apa yang ada dibalik nya tidak tampak sama sekali.
Dengan ragu ragu, Aqmal mengulurkan tangan nya, kedalam cahaya berasap putih itu. Tidak terasa apa apa atau terjadi apa apa.
Lantas Aqmal memberanikan diri memasukan kepala nya kedalam cahaya itu.
Betapa takjub nya hati Aqmal , melihat asap putih itu hanya setebal satu jengkal, mirip tirai tipis, dan dibalik asap itu, terlihat sebuah pemandangan yang luar biasa. Sebuah Dunia lain terbentang luas.
Aqmal segera melangkah masuk kedalam cahaya berasap putih itu.
setelah seluruh tubuh nya masuk semua, cahaya putih berasap tadi seketika mengecil, lalu lenyap begitu saja.
Kini Aqmal berada di sebuah Padang rumput yang luas, dengan bukit bukit kecil. Rumput yang tumbuh ini tidaklah tinggi, seperti rumput gajah mini yang sering ditanam di taman rumah orang orang kaya.
Di Sekeliling padang rumput ini terdapat hutan yang lebat, sedangkan di bagian selatan ada sebuah telaga besar yang dikelilingi oleh pohon Sakura yang sedang berbunga dengan lebat nya.
Di puncak sebuah bukit kecil di tengah tengah Padang rumput itu, ada sebuah bangunan tua yang terbuat dari batu, mirip sebuah Bio atau kuil kecil.
Sebelum naik kearah Bangunan itu, Aqmal terlebih dahulu turun ke pinggir telaga untuk mencuci muka dan minum beberapa teguk airnya.
Secara ajaib, Aqmal merasa sakit di sekujur tubuhnya tadi mendadak hilang lenyap seketika, berganti energi nya yang pulih kembali.
"Ah aku akan mandi saja sekalian, siapa tahu luka luka memar di sekujur tubuhku bisa hilang" pikir Aqmal, segera melepaskan seluruh pakaian nya dan menceburkan tubuh nya kedalam telaga.
Sambil menyelam, Aqmal kembali menelan air telaga yang sangat bening itu sepuas nya.
Tanpa disadari nya, kulit tubuh nya yang agak kusam, kini menjadi putih bersih bercahaya, dan luka memar di sekujur tubuhnya lenyap seketika.
Setelah merasa puas mandi, Aqmal segera keluar dari dalam air dan mengenakan pakaian nya kembali. Barulah dia berjalan menuju kearah bangunan aneh di atas bukit kecil di tengah padang rumput itu.
Aqmal tersenyum, dugaan nya benar, sakit, cape dan lelah tubuh nya sirna seketika, berganti kekuatan seperti baru saja bangun dari tidur nya.
...****************...