Alana seorang gadis cantik penderita Tryphanophobia atau takut akan jarum suntik.
Menikah dikarenakan perjodohan
Dengan dokter muda yang bernama Dava Agatha mahesa
Dava tidak mungkin menolak keinginan ibu tersayang nya sehingga dia menerima perjodohan ini
Dia si gadis polos pecinta coklat dan warna pink.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5
Alana sedang ada di dalam mobil Rika. Keadaan mobil hening, Rika sedang fokus ke jalanan, Nadia sedang vidio call dengan Nando, dan Alana berada di kursi belakang sedang memejamkan matanya.
Hari ini terasa cukup panjang bagi Alana. Alana sangat lelah, kepalanya pening, badannya panas, dan wajahnya pucat.
"Al, bangun udah nyampe," Nadia menepuk pipi Alana pelan.
"Eungh," eluh Alana.
Rika membukakan pintu mobil dan merangkul Alana kedalam rumahnya. Nadia mengetuk pintu dan langsung di bukakan oleh Sari.
"Ya ampun Alana kenapa?" Sari kaget melihat putrinya lemas, mukanya memerah karena panas.
"Tadi Alana di suntik, eh tiba-tiba badannya panas bun," jelas Rika.
"Kebiasaan Kalo abis di suntik aja gini," gerutu Sari seraya merangkul Alana ke dalam kamarnya.
Sari turun menemui Nadia dan Rika di ruang tamu.
"Bun kita pulang ya," pamit Rika.
"Engga makan dulu?"
"Engga bun, makasih," jawab Nadia.
"Sekali lagi makasih ya," ucap Sari.
Dan diangguki oleh Rika dan Nadia.
"Badan kamu panas, gimana acara nanti malem," ucap Sari sambil mengompres kening Alana menggunakan handuk kecil.
"Emang nanti malem ada acara apa bun?"
"Malem nanti kamu akan ketemu calon suami kamu sayang,"
"Alana mau menikah?"
Sari menggangguk, mengiyakan perkataan Alana.
"Kan Alana masih SMA bun,"
"Kan dua minggu lagi kamu Ujian Nasional,"
"Kata bunda pacaran ga boleh, kalo menikah boleh yah bun?" tanya Alana polos. Dan di angguki oleh Sari.
"Bunda mau yang terbaik buat kamu, makanya bunda caei calon suami yang baik buat kamu. Alana mau kan?"
"Alana setuju kok bun, kalo kata bunda yang terbaik Alana nurut aja," ucap Alana tersenyum.
"Masih sakit?" tanya Sari.
Alana menggeleng, "udah mendingankan kok bun," ucapnya.
"Hello epribadeh adek Abang yang cantik, tapi bohong. Coba liat Abang ganteng bawa apa?" teriak Malvin dibalik pintu kamar Alana, dan membawa sebuket coklat yang membuat Alana meneguk ludah. "Lo sakit?" lanjutnya panik dan langsung melompat ke ranjang Alana untuk memeriksa keadaan Alana.
Sari memelototi Malvin, sedangkan Malvin malah 'nyengir'.
"Apaan aih bang lebay, aku udah sembuh pas liat coklat yang di bawa Abang," ucap Alana antusias. "Ini pasti buat aku kan?" Lanjutnya.
"Bukan buat bi Inah," ucap Malvin dan Alana langsung memasang pupil eyes nya.
"Abang!" Tegur Sari
"Hehe, iya lah buat lu," ucap Malvin memberikan sebuket coklat kepada Alana
"Makasih Abang,"
Cup'. Alana memeluk dan mencium pipi Malvin, sedangkan Sari menggelengkan kepalanya, melihat tingkah kedua anaknya.
"Eh kalian mau liat sesorang gak di kamar bunda?" Tanya Sari.
Alana dan Malvin menatap Sari bingung.
Sari membukakan pintu kamarnya. Dan berdirilah sesorang topeng gorila, membuat Alana memeluk lengan Malvin erat. Malvin menatap pria bertopeng gorila itu heran.
Tiba-tiba pria itu memeluk Alana. "Aaaaa!" Alana menjerit ketakutan, matanya berkaca-kaca dan Malvin membuat ancang-ancang untuk memukul pria tersebut.
"Ehhh! Jangan di pukul atuh," ucap Sari mengeluarkan logat Sunda nya.
Pria itu membuka topengnya dan.... "AYAH!" pekik Alana girang, san langsung memeluk tubuh Zahran -ayahnya Alana.
"Halo putri ayah," ucapnya "halo putra ayah," lanjutnya, Malvin ikut memeluk Alana dan Zahran.
"Kok bunda gak di ajak," ucap Sari cemberut.
Malvin dan Zahran melebarkan tangannya, dan Sari langsung memeluk suami dan kedua anaknya.
"Udah ah, kayak teletubbies aja kalian," ucap Zahran.
"Sejak kapan ayah pulang?" tanya Alana di ruang keluarga.
"Ayah sengaja pulang kan putri ayah ini mau ketemu calon suaminya," ucap Zahran.
"Uhuk-uhuk!" Malvin sedang meminum coklat dingin nya tersedak.
"Calon suami? Maksudnya?" tanya Malvin bingung.
"Iyah Abang, Alana mau menikah setelah lulus nanti,"
"Apa gak terlalu cepat yah?" tanya Malvin kepada Zahran.
"Engga dong sayang, bunda mau yang terbaik buat Alana," Sari menjawab sambil meletakkan snack di meja.
"Alana setuju?" tanya Malvin kepada Alana.
"Iya Alana setuju, pacaran kan gak boleh, kalo nikah boleh," jawab Alana polos.
'Ya Allah mengapa Alana sepolos ini'
"Abang gak keberatan kan di langkahi?" tanya Zahran.
"Aku sih gak apa-apa,"
Setelah shalat isya' Alana sedang mengganti pakaian nya dengan dress dibawah lutut, bewarna pink fanta, sedikit makeup, dan hiasan dikepala.

"Wah cantik sekali anak bunda," puji Sari.
"Makasih bunda," jawab Alana.
"Bunda cepetan tamu nya sudah datang!" teriak Zahran di ruang bawah.
"Iya, yah! Kamu tunggu sini dulu ya, kalo bunda kesini baru keluar,"
Alana mengangguk.
"Assalamuallaikum,"
"Wa'alaikumsalam,"
Sari dan Zahran menyambut di depan pintu.
"Ayo masuk silahkan duduk," ucap Sari.
"Iyah terimakasih,"
"Lho putra kamu mana, Sin?" tanya Sari kepada wanita yang dipanggil Sinta.
"Tuh," tunjuk Sinta kepada lelaki tampan di balik pintu.
"Assalamuallaikum," ucap lelaki itu.
"Wa'alaikumsalam,"
"Silahkan duduk," ucap Sari, dan langsung di angguki oleh lelaki itu.
"Mana ini calonnya?" tanya Mahesa\- suami dari Sinta.
"Nanti ya aku panggil dulu," ucap Sari berjalan ke arah tangga.
Sedangkan Alana gugup setengah mati, ia coba menenangkan dirinya dengan menelpon Malvin. Malvin sedang tidak ada di rumah, ia sedang ke kampus mengurus apa yang harus di urus.
"Alana ayo turun," Sari di balik pintu, Alana mengangguk.
Sari dan Alana berjalan menuruni tangga, Alana selalu menundukkan kepalanya.
"Nah ini putri saya," ucap Sari.
Alana mengangkat kepalanya, dan tersenyum.
Alana terpaku saat matanya dan mata lelaki itu bertatapan.
"Pak dokter...?"
"Alana..."
Ucap mereka bersamaan, ya lelaki itu adalah Dava Agatha Mahesa.
'Sudah kuduga,'\-batin Dava.