NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Jatuh Cinta

Biarkan Aku Jatuh Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:11.8M
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

BIARKAN AKU JATUH CINTA
Ig @authormenia

Akbar diundang ke SMA dan bertemu dengan Ami yang muda dan cantik. Hatinya terasa kembali pada masa dia masih muda, bagaikan air dingin yang dituangkan air mendidih. Dia menemukan jiwa yang muda dan menarik, sehingga dia terjerumus dalam cinta yang melonjak.
Akbar menjalin hubungan cinta dengan Ami yang berumur belasan tahun.
Bagaimana hubungan dengan perbedaan usia 16 tahun akan berkembang?
Bagaimana seorang gadis yang memutuskan untuk menikah muda harus berjuang untuk mendapatkan persetujuan dari keluarganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Boneka Panda

Akbar berbicara dengan berbisik-bisik di teras mushola, usai memakai lagi sepatunya. Leo menyimak dengan wajah serius, tapi ujung-ujungnya tersenyum menyeringai diiringi anggukkan. Lantas keduanya pergi meninggalkan area gazebo yang letaknya lebih rendah daripada bangunan utama di depan. Sama-sama menaiki tangga untuk akses keluar masuk area outdoor tersebut.

Ami mengeluarkan motor sport milik Zaky dari garasi. Tentu saja sudah mendapatkan izin pemiliknya yang juga menitipkan agar selalu dipanaskan. Hanya ia yang berani menggunakan motor itu. Aul yang feminim, tidak mau. Meski aksesnya dibatasi hanya boleh berkendara di jalan desa, mengingat belum punya SIM, bagi Ami sudah cukup senang.

Akbar dan Leo datang saat motor sedang dipanaskan. Melihat Ami sedang mengelap jok motor Ninja merah dengan riang. Sudah menggendong tas ransel di punggung dan memakai helm.

"Kak, berangkat sekarang yuk!" Ajakan Ami membuyarkan tatapan Akbar dan Leo yang melongo.

"Ami mau pakai Ninja?!" Akbar bertanya untuk memastikan.

"Iya, Kak. Aku emang belum punya SIM. Tapi tenang, nggak akan ada polisi. Kan jalanan desa bukan jalanan kota." Sahut Ami di balik helm full face yang kacanya belum di tutup.

Ami benar-benar ajaib. Banyak kejutan dengan sifat dan sikapnya. Benar kata Ami tadi, makhluk langka yang harus dilestarikan. Oh tidak, bagiku dia gadis langka yang harus diamankan.

Akbar lagi-lagi dibuat speechless. Tidak seperti Ami yang terlihat santai. Ia malah khawatir melihat gadis cantik berkendara malam dengan menggunakan motor sport. Segera melirik Leo.

"Mi, Kak Leo aja yang pakai motor. Ami naik mobil sama Kak Akbar. Kapan lagi motoran di Ciamis. Pakai Ninja lagi. Please ya, Mi!" Leo meminta dengan setengah memaksa.

Ami sempat termenung sejenak. Akhirnya mengalah. Membuka helm dan diserahkan kepada Leo.

Waktunya Akbar dan Leo pamit kepada Ibu Sekar. Sementara Ami menghampiri Aul di meja makan. Sedang menatap laporan keuangan bulanan Dapoer Ibu di layar laptop.

"Teh, nanti kirim video unboxing oleh-oleh Kak Akbar. Aku pinisirin isinya apa." Bisik Ami di telinga kanan Aul. Paper bag besar berwarna coklat beralih tempat di karpet ruang tengah. Belum sempat waktu mengintip isinya karena bersiap-siap akan pergi ke rumah Enin.

"Hm, ya. Kalo nggak lupa. Kan Teteh mah orangnya pelupa." Aul tetap menatap layar laptopnya. Memasang wajah datar.

"Ulu-ulu ada yang baperan. Fotoin ah, kirim ke Kak Panji. Ada yang lagi manyun, gitu." Ami mengeluarkan ponsel dari saku hoodie nya.

Aul buru-buru telungkup menyembunyikan wajahnya. "Ami, jangan ganggu teteh lagi kerja. Sana pergi!" Ucapnya beralih menutup wajah dengan buku yang ada di meja.

"Iya tapi janji ya kirim video unboxing!" Ami menusuk-nusuk pinggang Aul. Alhasil membuat kakaknya itu kegelian.

"AMI CEPETAN!" Suara Ibu Sekar berteriak dari ambang pintu.

"Tuh." Aul menunjuk dengan dagu ke arah dalam.

"Tapi teteh janji dulu!" Ami bersiap menusuk-nusuk lagi pinggang Aul.

"Iya-iya. Nanti dikirim." Aul menoyor bahu Ami agar segera pergi.

"Gitu dong." Ami mencolek dagu Aul dan berlalu. Tapi kemudian berhenti dan memutar badan. "Teh, mau titip salam sama Kak Panji?"

"TIDAK!" Aul mulai geram.

"Siap, Teh. Ami siap jadi kurir salam rindu. COD ya, Teh?"

"AMIII!" Teriakan Aul sudah naik ke level puncak. Beranjak keluar dari kursi dan mengejar. Dan Ami langsung ngacir sambil cekikikan.

Ibu Sekar dan sang tamu yang sudah menunggu di teras, menatap kedatangan Ami yang cekikikan, dituntut oleh Aul.

"Rebutan apa lagi sih?" Ibu menatap kakak beradik itu dengan kening mengkerut. Karena teriakan Aul terdengar sampai ke depan. Dan kehebohan itu biasa menghiasi rumah.

"Nggak, Bu." Ami menggelengkan kepala karena sudah diancam tidak akan jadi dikirim video unboxing kalau mulutnya lemes.

"Kita pamit ya Bu, Aul. Besok sebelum pulang ke Jakarta mau ke sini lagi. Pengen makan di gazebo." Ucap Akbar dengan wajah berbinar.

"Dengan senang hati. Lain waktu ajak juga istrinya liburan ke sini." Ibu Sekar memperhatikan Leo yang bersiap menyalakan mesin motor. Sudah tahu jika Ami jadinya naik mobil Akbar.

"Akbar belum nikah, Bu. Kalau aku udah. Jalan dua tahun. Sekarang istri lagi hamil 3 bulan. Insya Allah kalo udah gak mabok mau diajak ke sini. Tadi video call pas lagi di gazebo, jadi nangis pengen ke sini. Kenapa ya Bu, setelah hamil, istri jadi cengeng." Ucapan klarifikasi Leo berakhir curhat.

Ibu Sekar terkekeh. "Memang ibu hamil gejalanya beda-beda. Sebagian ada yang sensitif, jadi manja. Leo harus sabar ya."

Leo mengangguk dan tersenyum. Berlanjut memasang helm dan meraungkan knalpot. Selain permintaan Akbar agar bertukar kendaraan, ia juga senang bisa menggeber Ninja di jalanan Ciamis yang lengang.

***

Mobil kuning Akbar berkapasitas dua jok alias hanya untuk dua orang. Mulai melaju di jalan raya dengan kecepatan sedang. Suasana jalanan lengang yang tidak akan ditemui di Jakarta.

Bagi Ami ini sebuah kejutan. Awalnya hanya melihat supercar ini terparkir di sekolah, kini merasakan duduk di dalamnya. Bukan lagi hanya menonton di medsos, mobilnya Rafi Ahmad yang sama hanya beda warna. Kini ia menjadi penumpang, menemani sang CEO muda.

"Mi, tolong masukin nomer Ami!" Akbar memecah kebisuan dengan menoleh sekilas. Mengulurkan ponselnya usai membuka password.

Ami menerimanya. Dan kemudian terkesiap setelah memegang ponsel tanpa casing itu. "Akhirnya bisa pegang juga epon impian," ucap batinnya berseru riang.

"Di miss call, Mi. Save juga nomer Kak Akbar." Akbar tetap fokus menatap jalanan.

"Udah, Kak." Ami mengulurkan kembali ponsel milik Akbar.

"Pegang aja dulu. Nitip." Akbar mengikuti rambu-rambu pengalihan jalan yang tidak boleh lurus, harus berbelok ke kiri. Meski sudah lama tidak ke Ciamis. Namun masih hafal kondisi jajanannya.

"Mi, boleh nanya-nanya, nggak? Banyak yang pengen ditanyakan sama Ami nih." Akbar menoleh sekilas pada gadis yang mendadak jadi pendiam.

"Boleh-boleh. Pertanyaannya jangan yang sulit ya, Kak. Belum belajar. Hehe."

Akbar terkekeh. Ami mulai mencair. "Kenapa Ami sekolah di Tasik? Padahal jauh kan? Terus ke sekolah pakai Ninja juga?" Ia menoleh sekilas.

"Aku suka dengan suasana baru, Kak. Selama SMP kan sekolah sambil pesantren. Nah, SMA pengen lain. Al Barkah itu SMA swasta favorit. Metode belajarnya bagus. Ditambah aku masuk Al Barkah tanpa seleksi karena konstan ranking satu dari mulai kelas tujuh."

"Wow, anak pintar." Akbar menoleh untuk memberi senyum.

Ami tersipu. "Aku sekolah diantar jemput sopir. Belum boleh bawa motor ke sekolah sama Ibu, soalnya belum 17 tahun."

"Tapi Kak Akbar setuju Ami sekolahnya diantar jemput sopir aja. Kan jaraknya jauh. Kalau bawa motor bisa-bisa cape. Ujung-ujungnya mengganggu produktivitas belajar."

"Ya liat nanti deh, dicoba dulu. Suka seru kalau pagi-pagi lihat konvoy motor yang pada berangkat sekolah."

"Terus kenapa duduknya paling belakang? Biasanya murid pintar milih duduknya paling depan atau minimal di tengah lah." Satu persatu rasa penasarannya diutarakan.

"Alasan pertama, karena ada teman yang minder. Namanya Kia. Dia merasa paling miskin di kelas. Bisa sekolah di sana karena dapat beasiswa. Aku milih jadi teman sebangkunya. Yang kedua, biar bisa ngawasin yang suka ribut ngobrol kalo jam pelajaran. Kan enak bisa mentung pakai bola kertas. Hihihi."

Akbar tertawa. Sama sekali tak terbayang dengan alasan kedua Ami.

"Jiwa empati Ami hebat. Kak Akbar salut." Akbar tulus memuji. Membuat Ami tersipu malu.

Sejenak hening karena mobil mulai memelan dipertigaan lampu merah.

"Hm, Ami 17 tahunnya emang kapan?" Akbar leluasa menatap wajah imut penumpangnya saat mobil berhenti di lampu merah.

"Empat bulan lagi." Ami balas menatap dengan mengangkat empat jarinya.

"Agustus berarti. Tanggal?" Akbar menaikkan satu alisnya.

"Ada deh. Rahasia ah. Takut dikasih kado." Ami meringiskan wajah.

Akbar tertawa lepas. "Ami....Ami. Kamu ini aneh. Orang pada seneng dikasih kado. Kok kamu malah sebaliknya sih." Ia masih posisi memiringkan badan menatap Ami.

"Karena aku takut Kak Akbar ngasih kado, tapi kadonya di luar ekspektasi. Malah bikin kecewa dan bete nantinya." Ami mengerucutkan bibir. Menggelengkan kepala dengan pandangan lurus ke depan.

Akbar mengulum senyum. Gemas melihat ekspresi Ami yang lucu dan terlihat jelas meski remang cahaya. "Memangnya Ami pengen kado apa? Bilang aja. Kak Akbar akan beliin. Biar nggak salah kado kalo inisiatif sendiri."

"Benarkah?" Ami tersenyum semringah menatap sang driver. Akbar tersenyum dan mengangguk pasti.

"Aku mau kado sweet seventeen nya boneka Panda yang spesial. Kak Akbar tahu Panda yang spesial?"

Akbar menggeleng. "Kirim aja gambarnya atau link tokonya ya biar nggak salah beli."

"Tidak ada fotonya, Kak. Karena Panda yang spesial itu, Pandangin kamu setiap hari. Hihihi." Ami kemudian tertawa lepas karena melihat Akbar mengelus dada lalu kepalanya terkulai.

"Kak...bangun Kak, jangan pingsan woy. Udah ijo tuh." Ami menggoyang-goyangkan lengan Akbar yang memejamkan mata. Ia masih terkekeh melihat sang driver yang mati kutu dan pura-pura pingsan.

Klakson dari belakang terdengar bersahutan. Akbar menegakkan punggung dengan senyum yang masih menghiasi wajah tampannya yang memanas dan memerah. Melajukan kembali mobilnya. Jarak 400 meter lagi bersiap berbelok memasuki jalanan desa.

1
Aira Azzahra Humaira
akbar mah banyak Modusnya mii
Aira Azzahra Humaira
mau dong traktiran nya mi
Aira Azzahra Humaira
pesonamu Amiii 🥰🥰🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
ada aja km Amiiii
Aira Azzahra Humaira
🥰🥰🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
inimah baca novel banyak faidah nya 🥰🥰🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
hahhh dasar Ami
mamik sutarmi
Luar biasa
Aira Azzahra Humaira
pak bagja jadi bapak sambung nya ami kan
Aira Azzahra Humaira
ya Allah senyum terus baca novel ini biar awet muda 😄
Rona Ruta'illah
Luar biasa
Aira Azzahra Humaira
rezeki gak di duga ya mang
Aira Azzahra Humaira
hahhhh ini mah kak author nya pinter banget boleh dong belajar ☺
Aira Azzahra Humaira
adduh dagdigdug deh
Aira Azzahra Humaira
semangat baru 💪💪
Aira Azzahra Humaira
🤣🤣🤣🤣
Aira Azzahra Humaira
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
ah pokoknya terus semangat Thor
Aira Azzahra Humaira
ahhaayyy lg mikirin ayang ya
Aira Azzahra Humaira
Amiii 🥰🥰🥰🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!