Demi biaya pengobatan sang ibu membuat seorang gadis bernama Eliana Bowie mengambil jalan nekad menjadi wanita bayaran yang mengharuskan dirinya melahirkan pewaris untuk seorang pria yang berkuasa.
Morgan Barnes, seorang mafia kejam di Prancis, tidak pernah menginginkan pernikahan namun dia menginginkan seorang pewaris sehingga dia mencari seorang gadis yang masih suci untuk melahirkan anaknya.
Tanpa pikir panjang Eliana menyetujui tawaran yang dia dapat, setiap malam dia harus melayani seorang pria yang tidak boleh dia tahu nama dan juga rupanya sampai akhirnya dia mengandung dua anak kembar namun siapa yang menduga, setelah dia melahirkan, kedua bayinya hilang dan Eliana ditinggal sendirian di rumah sakit dengan selembar cek. Kematian ibunya membuat Eliana pergi untuk menepati janjinya pada sang ibu lalu kembali lagi setelah tiga tahun untuk mencari anak kembar yang dia lahirkan. Apakah Eliana akan menemukan kedua anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terasa Berbeda
Sebuah dokumen dilemparkan ke atas meja. Setiap hari yang dia lakukan hanya bekerja dan bekerja. Napas berat dihembuskan, kursi diputar lalu kedua kaki diangkat dan diletakkan ke atas meja. Tatapan mata Morgan tertuju pada kaca besar yang ada di dalam rungannya. Dari sana dia bisa melihat pemandangan kota.
Napas berat kembali Morgan hembuskan. Bosan, dia benar-benar bosan dengan kegiatan yang dia lakukan sepanjang waktu. Selain bekerja, apa lagi yang bisa dia lakukan?
Morgan termenung, dia membutuhkan suasana yang baru. Mungkin setelah anak yang dia inginkan lahir, kehidupannya akan berubah. Kedua mata terpejam, Morgan membayangkan sosok bayi mungil berada di dalam gendongannya. Sepertinya menyenangkan.
Rasanya sudah tidak sabar. Dia akan mempekerjakan seorang perawat bayi terbaik untuk mengasuh anaknya nanti. Setelah dari kasino yang dia miliki, dia akan pergi ke rumah itu lagi. Semakin cepat wanita itu hamil semakin bagus. Dengan begitu kehidupan membosankannya cepat berubah.
Kedua kaki diturunkan, sebuah tombol di mesin telepon pun ditekan. Morgan kembali bersandar di kursi, kedua kakinya pun kembali diangkat dan diletakkan di atas meja.
"Ada apa, Tuan Muda?" terdengar suara Ray melalui mesin telepon.
"Wanita itu, perintahkan dirinya untuk datang malam ini," ucapnya.
"Dia sudah berada di sana, Tuan Muda."
"Baiklah, apa kau sudah mengawasinya?" tanyanya.
"Tentu saja, dua orang sudah aku utus untuk memantau gerak geriknya."
"Bagus, katakan padanya untuk tidak melakukan kesalahan karena aku tidak akan memaafkan satu pelanggaran apa pun yang dia lakukan!" ucap Morgan.
"Tuan Muda tidak perlu khawatir, aku sudah memperingatinya agar tidak melakukan kesalahan," dia harap Eliana pintar dan segera mempelajari surat perjanjian itu agar tidak melakukan kesalahan apalagi sampai kesalahan fatal karena Morgan Barnest, bukanlah orang yang bermurah hati.
"Bagus. Aku percaya padamu, Ray. Jadi jangan mengecewakan aku!"
"Aku tidak akan mengecewakan dirimu, Tuan Muda," Ray menyeka dahinya, semoga pelanggaran yang dilakukan oleh Eliana tadi pagi tidak ketahuan.
Morgan sudah selesai berbicara, tatapan mata masih memandangi pemandangan kota. Semoga saja wanita itu patuh dari awal sampai akhir karena dia tidak suka wanita yang tidak mematuhi aturan. Dia tidak peduli siapa wanita itu, latar belakang atau apa pun yang penting wanita itu sesuai dengan kiteria dan melahirkan seorang pewaris untuknya.
Pada saat itu, Eliana sudah datang. Greta menyambutnya dengan senyuman. Eliana datang lebih awal karena dia harus menjalani hukumannya untuk membersihkan rumah itu.
"Apa yang harus aku lakukan, Greta?" tanya Eliana.
"Nona hanya perlu membersihkan rumah ini, urusan memasak aku yang akan melakukannya," ucap Greta. Dia sudah tahu dari Ray apa yang harus dilakukan oleh Eliana.
"Baiklah, tunjukkan padaku alat pembersihnya. Aku akan membersihkan rumah ini sampai bersih."
"Alat pembersih ada di sana," Greta menunjuk ke arah alat pembersih berada dan kembali berkata, "Segeralah bekerja agar cepat selesai."
"Pasti," Eliana tersenyum, lau dia melangkah pergi untuk mengambil alat pembersih di tempat yang Greta tunjukkan tadi.
Semua alat pembersih ada di sana, entah dari mana dia harus memulai yang pasti dia tidak boleh berlama-lama. Setelah malam ini, besok dia akan pulang untuk mempelajari surat perjanjian yang telah dia sepakati. Semoga saja dia tidak membuat kesalahan kembali karena dia tidak mau perjanjian itu berakhir.
Eliana mulai bekerja, lantai bawah terlebih dahulu yang dia bersihkan. Rumah itu cukup besar, dia sudah terlihat lelah. Eliana duduk sebentar di anak tangga, Greta menghampirinya dengan segelas minuman dingin yang baru saja dia buat.
"Istirahat sebentar, Nona. Jangan memaksakan diri," ucap Greta sambil memberikan minuman yang dia bawa.
"Terima kasih," minuman diambil, Eliana berusaha tersenyum walau dia merasa sangat lelah.
Greta berlalu pergi melanjutkan memasak. Dia merasa sedikit iba dengan gadis itu tapi dia juga seorang pekerja. Minuman yang dibuatkan oleh Greta sudah habis, Eliana kembali bekerja untuk membersihkan lantai atas.
Cukup lama dia membersihkan rumah itu, waktu menunjukkan pukul delapan malam saat dia selesai. Kedua tangan pegal luar biasa, perut pun sudah lapar. Eliana pergi mandi terlebih dahulu, sebuah gaun tidur berwarna merah sudah berada di atas ranjang.
Napas berat dihembuskan, tugas kedua harus dia jalankan kembali malam ini. Sudahlah, lagi pula dia sudah tidak perawan dan sudah melakukannya jadi malam ini dia akan menikmati permainan kedua mereka walau di dalam kegelapan.
Sebelum melakukan tugasnya dan sebelum pria itu datang, Eliana makan terlebih dahulu. Dia harus memiliki tenaga agar tidak pingsan. Dia masih mengingat bagaimana kekuatan yang pria itu miliki jadi dia juga harus memiliki tenaga apalagi dia tidak tahu, apakah malam ini hanya sekali atau dua kali.
Makanan sudah habis, Eliana pun sudah berada di dalam kamar. Walau dia lelah tapi dia tidak merasa mengantuk. Detak jarum jam yang berbunyi bagaikan suara jantungnya saat itu. Entah sudah berapa lama, dia tidak tahu namun ketika pintu kamar terbuka, Eliana menutup matanya dengan terburu-buru. Bodoh, kenapa dia tidak mencoba berpaling dan melihat siapa pria yang masuk ke dalam? Mungkin saja cahaya lampu dari luar bisa memperlihatkan rupa pria yang akan tidur dengannya.
Suara air dikamar mandi, dan suara pintu yang tertutup membuat jantung Eliana berdegup. Dia sangat ingin berpaling namun tubuhnya terasa kaku. Suara benda yang diletakkan di atas meja pun terdengar. Itu adalah suara ponsel.
Morgan naik ke atas ranjang, lekukan tubuh wanita itu terlihat walau gelap. Tangannya meraba dari lengan Eliana lalu turun ke lekukan pinggangnya. Eliana terkejut dengan tubuh membeku, sungguh dia tidak tahu harus melakukan apa.
Dia kira akan langsung diterkam tapi nyatanya tidak, Morgan berbaring di belakangnya dan memeluknya. Eliana dapat merasakan napas Morgan membelai tengkuknya. Jantung semakin berdegup kencang, rasanya ingin berbalik agar dia bisa melihat rupanya tapi bagaimana jika dia dianggap melanggar aturan, sebaiknya tidak dia lakukan.
Tangan Morgan sedang meraba lengannya kembali, rambut Eliana yang menutupi tangkuk disingkirkan lalu bibir dingin pria itu mendarat di sana. Seperti malam sebelumnya, tidak ada yang berbicara. Hanya suara napas saja yang terdengar dari mereka berdua.
Tangan Morgan yang bermain di lekukan tubuhnya sudah berpindah di paha Eliana. Usapan pelan dia dapatkan, Eliana menggigit bibir berusaha menahan dirinya. Tangan Morgan tidak juga berhenti, tiba-tiba Eliana merasa pria itu sedang menyiksanya.
Rasanya ingin berkata, 'Stop' namun dia tidak berani memperdengarkan suaranya. Morgan tidak menginjinkan Eliana untuk tahu siapa dirinya jadi Eliana juga berusaha agar Morgan tidak tahu siapa dirinya walau Ray tahu.
Cukup lama Morgan menyiksa dirinya dengan sentuhan tangan, tali gaun malam pun diturunkan. Eliana memejamkan mata dan menggigit bibir saat tangan Morgan bergerak bebas. Matanya bahkan terpejam saat Morgan membalikkan tubuhnya dan menurunkan gaun tidurnya. Akhirnya dimulai, tapi malam ini terasa berbeda karena Eliana mulai menikmati walau sesungguhnya dia sangat lelah karena harus membersihkan seluruh rumah tersebut.