Kayla Ayana, seorang karyawan di sebuah perusahaan besar terpaksa menerima tawaran untuk menikah kontrak dengan imbalan sejumlah uang.
Ia terpaksa melakukan ini karena ia harus bertanggung jawab atas biaya rumah sakit seorang wanita yang mengalami kelumpuhan akibat tertabrak sepeda motor yang ia kendarai.
Tapi siapa sangka, ia yang dinikahi dengan alasan untuk menepis isu negatif tentang pria bernama Kalandra Rajaswa malah masuk terlalu jauh dalam kerumitan keluarga yang saling berebut warisan dan saling menjatuhkan.
Pernikahan kontrak diantara keduanya bahkan sempat dicurigai oleh anggota keluarga Kalandra.
Akankah Kayla dan Kalandra mampu menyembunyikan fakta tentang pernikahan kontrak mereka?
Akankah cinta tumbuh diantara konflik-konflik yang terjadi?
Ikuti kisah Kayla dan Kalandra di Istri Bar-Bar Sang Pewaris.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fie F.s, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Pernikahan
"Saya terima nikah dan kawin Kayla Ayana binti Almarhum Hasan dengan mas kawin tersebut tunai!"
Kalandra saat ini sudah sah menjadi suami Kayla meski mereka hanya akan berpura-pura dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
Ia melihat Kayla berperan begitu apik. Senyum gadis itu tak luntur meski tidak ada sanak saudara yang datang.
Ya, mungkin karena ini hanya pura-pura.
Ayah, maaf kalau Kayla seperti mempermainkan sebuah pernikahan. Kayla terpaksa melakukan ini. Semoga Kayla bisa sukses Dan hidup mapan seperti keinginan ayah. Dan mungkin ini jalannya, ayah.
Kayla tetap merasakan kesedihannya. Harusnya ia menikah dengan pria yang ia cintai dan dinikahkan oleh ayahnya sendiri, tapi ia sadar, semua itu tidaklah mungkin karena ayahnya telah berpulang ke pangkuan Illahi.
Maafkan aku Tuhan! Aku tidak bermaksud mempermainkan pernikahan yang sakral ini. Aku hanya ingin memenuhi wasiat papa dan menyelesaikan masalah dengan keluargaku. Aku tidak ingin warisan ini menjadi penghalang tenangnya papa disisi-Mu dan menjadi sumber masalah dalam keluargaku. Batin Kalandra saat semua orang berdoa setelah akad nikah.
Kalandra dibanjiri dengan ucapan selamat sekaligus pujian. Ia dipuji karena tidak memandang status sosial Kayla yang merupakan gadis biasa dan bukan dari keluarga kaya.
Perusahaan yang sempat goyah akibat investor yang hampir menarik sahamnya, kini sudah mulai stabil.
"Dari mana dia menemukan gadis itu, Ma?" bisik Gia pada Riana saat mata mereka tak henti memandang Kayla dan Kalandra yang menyalami tamu undangan.
"Gadis jelek seperti itu, mengapa bisa menjadi istrinya?" ucap Gia sinis. Ia merasa jauh lebih cantik dibanding gadis itu.
"Diamlah Gia! Sedari tadi mama memikirkan hal itu. Bahkan selama seminggu ini mama terus mencari tahu namun tidak membuahkan hasil."
"Andra benar-benar menyembunyikan gadis itu."
"Dia sekretarisku, tante!"
Keduanya terkejut saat Jendra yang entah sejak kapan berada di belakang mereka ikut dalam pembicaraan itu.
Kedua wanita itu menatap Jendra. "Aku yang menjodohkan mereka sejak setahun terakhir." Bohongnya. Padahal perjodohan baru berlangsung kurang dari dua minggu yang lalu.
Keduanya membulatkan mata. Tak percaya kalau sepasang pengantin itu memiliki hubungan selama satu tahun terakhir.
"Selama ini Kayla tak ingin menikah karena tahu Kalandra adalah anak orang kaya. Dia tidak ingin dianggap memanfaatkan pria itu."
"Tapi, akhirnya ia mau menikah karena gosip mengenai Kalandra menurutnya sudah sangat keterlaluan."
Jendra mengatakan hal yang sama seperti saat Kalandra melakukan konferensi pers.
***
"Lumayan juga acting kamu!" Ucap Kalandra pada Kayla yang saat ini sudah berada di dalam kamar mereka. Uups! Bukan, tapi kamar Kalandra.
"Bisa terus melebarkan senyum, seolah bahagia dengan pernikahan ini!"
Kayla yang sedang menghapus make up tertawa pelan. "Anggap saja saya artis papan atas yang anda bayar mahal demi peran ini!"
Kalandra mengangguk. "Bagus! Tetaplah bekerja dengan baik karena aku membayar mahal untuk itu."
"Lalu kapan kita cerai?" Tanya Kayla membuat Kalandra mendelik kearahnya.
"Hahaha... Saya hanya bercanda! Saya tahu tugas saya belum selesai!"
"Bagus! Jangan lupa untuk tetap berperan sebagai istri Kalandra yang manis, baik dan smart!"
"Karena sepertinya kamu akan diperlakukan sedikit tidak menyenangkan."
Sepanjang acara pernikahannya, ia beberapa kali mendapati Riana dan Gia menatap tajam kearah Kayla.
"Apa saya boleh melawan jika saya merasa tertindas?" tanya Kayla.
"Lawan saja!" balas Kalandra.
"Termasuk mama anda?"
Kalandra diam. "Terserah kamu!" Jawabnya acuh.
"Wah!" Kayla menatap takjub. "Anda memang the real anak durhaka, Pak!"
"Hati-hati masuk neraka lewat jalur undangan!"
Kalandra menyeringai. "Tapi usahakan jangan mulai duluan. Supaya saya gampang untuk membela kamu!"
"Beres, Pak!"
"Biasakan jangan panggil saya Pak, di depan keluarga saya!"
"Cih, mulai banyak maunya!" Gumam Kayla saat ia kembali menghapus make punya.
"Itu bagian dari perjanjian kita, Kay!"
"Iya... iya...!" Ucap Kayla tegas.
"Bisa-bisanya dia dengar!" Gumam Kayla.
"Saya dengar, Kay!"
****
Makan malam di rumah besar milik keluarga Rajaswa.
Akad nikah dan resepsi berlangsung hanya sampai pukul 4 sore. Memang seperti itu keinginan Kalandra. Kepergian ayahnya belum genap sebulan. Jadi, ia tak ingin ada pesta mewah. Ia bahkan hanya mengundang kurang dari 200 orang.
"Selamat menikmati makan malam di keluarga Rajaswa..." ucap Riana dengan senyum palsu.
"Terima kasih ma...ma...!" Ucap Kayla agak ragu. Ia harus memanggil mama, ibu atau nyonya.
Meraka mulai menikmati makan malam.
"Bagaimana rasa masakannya?" Tanya Riana.
"Enak, Ma." Jawab Kayla.
"Tentu, tidak seenak yang ada di rumah kamu, kan?"
Gia tersenyum senang karena Kayla tampak terkejut dengan pertanyaan Riana.
Deg!
Main halus nih mama mertua! Batin Kayla.
Kayla tersenyum kecil dan menggeleng. "Saya jarang masak, Ma. Jadi wajar jika tidak ada makanan rumahan seperti ini."
"Lebih sering beli karena saya tinggal sendiri!"
"Berarti kamu tidak bisa memasak? Bagaimana kamu bisa jadi istri yang baik kalau kamu tidak bisa menghidangkan makanan enak untuk suami kamu?"
Kayla tersenyum. "Jarang masak bukan berati tidak bisa, Ma!" Ia masih berusaha sopan.
"Ya, kalaupun bisa, pasti cuma mi instan dan telur goreng!" Balas Riana yang sepertinya langsung mengibarkan bendera perang.
"Stop, Ma!"
"Andra cari istri, bukan pembantu. Jadi tidak masalah Kayla bisa masak atau tidak!"
Kayla tersenyum kecil. Bisa aja nih pak bos.
Riana diam. Ia tidak ingin mendebat Kalandra. Baginya, segitu sudah cukup untuk membuat Kayla sadar bahwa mereka berbeda kasta.
Kayla melirik sepasang suami istri yang tidak ikut bicara sama sekali. Pria yang ia tahu bernama Reyga makan dengan tenang tanpa merasa terganggu sedikitpun.
Sementara wanita yang ia tahu bernama Gia itu tampak makan dengan anggun dan sombong. Sesekali wanita berambut sebahu itu menatapnya dan melemparkan senyum sinis.
Keluarga yang aneh! Makan bersama tapi seperti orang asing. Dan aku dibayar untuk tinggal bersama keluarga aneh ini. Pantas saja bayaranku begitu mahal. Batin Kayla.
***
"Tidur disana!" Tunjuk Kalandra kearah sofa berwarna abu-abu di kamarnya.
"Apa?" Pekik Kayla dengan mata membulat.
"Sa.. saya tidur di sofa?" Tanya Kayla.
"Iya." Kalandra mengangguk. "Tidak mungkin tidur di ranjangku!"
Ah, iya juga!
"Astaga! Ini tidak ada dalam perjanjian!" Marah Kayla.
"Tapi keadaan yang mengharuskan kamu tidur disana!" Balas Kalandra dingin.
"Apa tidak bisa membeli satu ranjang lagi, Pak?"
"Atau saya akan pakai kamar tamu saja!"
"Karena saya tidak dibayar untuk tidur di lantai kamar anda!" Kayla berjalan menuju pintu.
"Eh... eh... eh!" Kayla terkejut karena kerah piyama tidurnya ditarik dari belakang.
"Apa lagi sih, Pak?"
"Saya mau keluar!" Ucap Kayla.
"Kamu mau rencana kita gagal dan kamu tidak dibayar?"
"Ya tidak, Pak!" Jawabnya lemah.
"Makanya tetap disini! Mana ada pengantin baru tidur di kamar terpisah, Kayla!"
Kayla menepuk keningnya dan tertawa. "Hahaha saya lupa. Maafkan saya pak Suami!"
Kalandra mengambil selimut di dalam lemari dan memberikannya pada Kayla.
"Tidak ada satu lagi, Pak?" Tanya Kayla.
"Untuk apa dua selimut?" Tanya Kalandra. "Badan kamu juga tidak lebih besar dari guling saya," gerutu Kalandra sambil berjalan kearah lemari. Pria itu tetap mengambil satu selimut lagi.
Kayla membentangkan selimut tebal itu di lantai. Ia mengambil bantal dan guling di ranjang dan tidur di lantai yang sudah dialasi selimut itu.
"Saya bisa masuk angin kalau langsung tidur di lantai."
"Selamat malam, Pak suami pura-pura!" Kayla menarik selimutnya hingga menutup di dadanya.
Kalandra naik ke atas ranjang dan membaringkan tubuhnya. Ia memejamkan mata dan terlelap.
mlhan marH dia