Aku diasingkan layaknya debu tak berarti. Siapa pun yang mencoba mendekati ku, maka mereka ikut terkutuk. Akulah gadis berkacamata empat dengan segala kekuranganku, dan mereka semua menikmati menonton ku yang terkena bully tanpa peri kemanusiaan.
"Hey, Cupu! Tempatmu dibawah sana, bukan di atas bersama kami." seru Sarah di depan seluruh anak kampus.
Penghinaan dan kekejian para pembully sudah melewati batasnya.
"Don't touch Me!" seru Rose.
Tak ada lagi hati manusia. Semua hanyalah jiwa kosong dengan pikiran dangkal. Buta, tuli, dan bisu. Yah, itulah kalian. ~ Rose Qiara Salsabila.
Wanita berkacamata empat dengan julukan cupu sejak menapaki universitas Regal Academy itu berjuang mencari ketulusan seorang teman. Hingga pembullyan para teman seuniversitas membangkitkan jati dirinya.
Siapa sangka si cupu memiliki dunia lain di balik kepolosannya. Bagaimana cara Rose menghukum para pembully dirinya? Apakah ada kata ampun dan maaf dalam kamus hidup Rose?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma Khan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6: TELL! - MEMBUJUK MOMMY
Mommy ini selalu saja maunya yang tegas. Sistem cerita panjang kali lebar tidak akan pernah mempan.~batin Rose seraya mengedarkan pandangan ke berbagai arah, hal itu membuat wanita anggun yang awalnya diam dan masih tenang, langsung berdiri.
Tangannya menyambar ponsel di atas meja, dan siap mendial nomor yang menjadi tujuannya. Setiap gerakan dari sang mommy, membuat Rose secepat kilat mengambil keputusan. "Mom, Rose menjadi korban bullying."
Deg!
Pluk!
Ponsel terjatuh begitu saja bersamaan detak jantung yang terhenti sesaat. Tatapan lembutnya berubah menjadi kecemasan teramat dalam, membuat Rose langsung bangun dan menghamburkan diri memeluk sang mommy. Usapan lembut di kepala gadis itu terasa hangat.
"Tell clearly!" Sang Mommy berbisik dengan suara tak terbaca.
Getar nada suara yang menyayat hati, membuat Rose melepaskan pelukannya lalu menatap netra biru yang kini memandangnya teramat dalam tanpa kedipan. Bagaimanapun wanita anggun itu adalah seorang ibu,bahkan sang mommy siap menyatukan bumi dan langit hanya untuk putri kecil yang selalu menjadi tujuan utama.
"Mom, jangan khawatir. Rose baik....,"
Sang mommy mencengkram dagu Rose dengan perasaan, membiarkan kedua netra yang sama-sama biru saling menenggelamkan diri dalam ketegasan. "Rose Qiara Salsabila Luxifer. Tell clearly! Haruskan mommy menggunakan kekuasaan hanya untuk satu kejujuranmu? Apa kamu lupa siapa keluarga kita?"
"Sorry, Mom. I know we're the Phoenix family, and the matriarch in our little family. Who doesn't know Queen Asfa Luxifer? People have even bowed to hear your name, my greatest mother." Rose menundukkan tatapan matanya berhenti melakukan perlawanan sebagai seorang putri.
(Maaf, Ibu. Aku tahu kita keluarga Phoenix, dan Ibu pemimpin di dalam keluarga kecil kita. Siapa yang tak kenal Queen Asfa Luxifer? Orang-orang bahkan sudah tunduk mendengar namamu, ibu terhebatku.)
"Rose, Mommy tidak mau pengalihan topik." Asfa melepaskan tangannya dari dagu sang putri, lalu menggenggam tangan Rose seraya membimbing gadis itu untuk duduk di ranjang king size yang tertutupi bed cover hello kitty merah muda.
"Now, can you tell to me, Rose?" tanya Asfa.
(Sekarang, bisakah Anda memberitahu saya, Rose?)
"Semua berawal dari awal Rose masuk ke dalam universitas Regal Academy. Dimana penampilan cupu menjadi picuan genk cantika melakukan diskriminasi, sebenarnya bukan hanya aku yang mengalami itu. Banyak mahasiswa....,"
Asfa mendengarkan semua cerita dari putrinya tanpa melewatkan apapun. Setiap peristiwa bully yang dialami Rose menjadi satu duri tajam yang menusuk jantungnya. Tiga jam berlalu, Rose akhirnya menyelesaikan semua tragedi yang terjadi selama sebulan menjadi mahasiswa baru di Regal Academy.
"Mom, are you okay?" Rose segera mengambil segelas air, lalu diberikan pada mommynya yang diam membeku dengan wajah dingin tanpa ekspresi. "Mom, Rose baik-baik saja. Lihatlah!"
Asfa mengambil gelas dari tangan putrinya, meneguk air tanpa menyisakan setetes pun. Kemudian beranjak meninggalkan tempat duduk nya, sontak Rose gelisah. Sikap diam sang mommy pasti karena sudah menetapkan keputusan bagi para pelaku bully. Langkah kaki tegas terdengar begitu keras memecah keheningan.
"Mom! Stop!" seru Rose, dan menghentikan Asfa yang langsung berbalik menatap putrinya dengan satu alis terangkat. "Aku ingin mengatasi semuanya sendiri....,"
"Really?" Asfa melangkahkan kaki kembali mendekati Rose yang berdiri di depannya dengan jarak tiga meter. "Rose Qiara Salsabila Luxifer seorang gadis dengan hati lembut, untuk membidik sasaran tepat pada target. Seorang perencana harus tega, apa kamu siap melewati semua batasan demi menegakkan keadilan? Apa kamu siap dikhianati semua orang dan berdiri tanpa dukungan? Kamu putriku, aku tidak bisa biarkan para pendosa bermain dengan nyawa putriku."
Tak!
Asfa mengangkat tangannya lalu memegang lengan sang putri. Senyuman manis terbit. Akan tetapi senyuman itu membangkitkan bulu kuduk Rose. Meskipun hidup selama bertahun-tahun bersama. Tetap saja aura intimidasi sang mommy jauh diatasnya.
"Give your reason!" titah Rose.
(Berikan satu alasan mu!)
"Rose ingin mewujudkan impian terakhir Nara, please mom." pinta Rose dengan puppy eyes-nya.
Alasan Rose memang baik, tapi tidak akan mengubah rasa sakit yang kini menggerogoti jiwa seorang ibu atas perundungan yang dilakukan oleh para pelakunya. "No. Mommy akan pindahkan kamu ke universitas lain, dan memberikan hukuman pada mata jahat....,"
"Ada apa? Kenapa suasana sangat dingin?"
Suara berat yang terdengar familiar, membuat Rose melarikan diri menghampiri si pemilik suara. Dimana seorang pria dengan rambut yang memutih langsung merentangkan kedua tangannya menyambut sang cucu.
Greeb!
"Apa kabarmu, Rose? Makin cantik saja cucuku ini." Tuan Luxifer mengusap kepala Rose, tapi kenapa putri dan cucunya dalam keadaan tegang. Bahkan aura di kamar princess kecilnya terasa mencekam. "Nak, ada apa?"
Rose melepaskan pelukannya, lalu menatap sang kakek dengan harapan besar. Puppy eyes semakin diperlihatkan. "Kek, bantu Rose bujuk mommy....,"
"Pa!" Asfa mencegah papanya untuk terpengaruh pada Rose, tapi sayang tidak didengarkan.
Justru papanya mengajak sang cucu untuk duduk bersama dan berbincang tanpa merasa ada pengawasan. Hal itu menjadikan Asfa seperti patung tak dianggap, meskipun seperti itu. Tetap saja ia berdiam diri di kamar putrinya, dan menjadi team penyimak. Hingga kesepakatan terjadi di antara kakek dan cucu, barulah Tuan Luxifer berjalan menghampiri putri kesayangannya.
"Tell?!" ucap Asfa.
Tuan Luxifer tersenyum. Tidak sedikitpun putrinya berubah. Sikap tegas penuh intimidasi, keras kepala dalam setiap keputusan, yah meskipun semua keputusan adalah yang terbaik. Tetap saja Asfa memang layak menjadi seorang pemimpin, bahkan jauh lebih baik darinya.
"Berikan Rose kesempatan untuk bertanggung jawab. Papa tidak akan pernah menghalangimu. Sebagai orangtua kewajiban dan hak kita melindungi Rose, tapi pernahkan papa melarangmu disetiap langkahmu, selama ini? Sekali saja berikan putrimu kebebasan seperti papa memberikan kebebasan untuk mu." jelas Tuan Luxifer menatap lembut Asfa.
Asfa meraih kedua tangan Tuan Luxifer, lalu menyatukan dengan kedua tangannya. "Papa tahu benar. Aku seperti apa, dan Rose seperti apa. Apa papa sungguh ingin aku bertindak hal sama? Seperti papa memberikan kebebasan untukku?"
"Nak, kepercayaan papa untukmu tidak akan pernah pudar. Setiap waktu akan selalu berkembang pesat. Papa tahu ini sulit, tapi bukan tidak mungkin 'kan?" jawab Tuan Luxifer, membuat Asfa mengalihkan perhatiannya pada Rose yang berdiri di belakang sana dengan menautkan kedua tangan.
"Kemarilah!" Asfa melambaikan tangan, membuat Rose tanpa ragu menghampiri mommy dan kakeknya.
"Katakan, apa keputusanmu?" tanya Asfa lembut menatap putri tunggalnya.
Rose membalas tatapan mata sang mommy, "Aku ingin membalas setiap perbuatan para pelaku bully yang merenggut nyawa sahabatku. Aku ingin menegakkan keadilan dan membuat Regal Academy menjadi tempat yang layak untuk semua anak dari seluruh lapisan masyarakat agar tidak ada ajak seperti Qia si cupu, lagi. Esok dan selamanya. Aku ingin semua melihat kebangkitan korban bully yang siap melawan para pelakunya. Tidak dengan identitasku sebagai cucu sekaligus putri Queen mafia Phoenix, melainkan sebagai Rose. Hanya Rose."
"Regal Academy dibangun atas nama Rose Qiara Salsabila Luxifer. Pusat pendidikan itu, aku bangun sebagai wujud syukur ku karena Tuhan memberikan kehidupan baru untuk putriku. Mommy akan berikan kamu satu kesempatan, tapi dengan catatan." Asfa menatap putrinya seraya mengusap pipi putih yang selalu terawat dengan penuh cinta. "Jika selama satu tahun, pilihan yang kamu buat tidak terselesaikan. Maka, mommy akan mencabut izin di saat itu juga. Rose, paham?"
Rose tersenyum manis, tanpa kata merengkuh tubuh Asfa. Pelukan hangat sebagai ucapan terimakasih sekaligus persetujuan. Beberapa saat hanya ada pelukan, bahkan Tuan Luxifer ikut mendekap kedua wanita tercintanya penuh rasa syukur.
aku baca ulang lagi deh
maaf saya pembaca pendatang baru 🙏
dan akhirnya aku susah memahami....
sadis banget sampai memakan korban jiwa 😢😢