Menapaki Jejak di Madyapada yang penuh cerita yang tak terduga, sesosok Rehan dengan beribu harap dalam benak dan Sejuta mimpi dalam sepi, meniti asa pada cahaya senja, menitip doa pada Sang Penguasa Semesta.
Berharap bisa bersanding dengan Rena perempuan anggun berparas rupawan dan berdarah Ningrat yang baik hati, seutas senyum ramah selalu menghiasi wajahnya, namun dalam riangnya tersimpang selaksa pilu yang membiru.
Akankah cinta dua insan itu bersatu dalam restu keluarga Rena? ataukah cinta mereka akan tenggelam layaknya Cahaya lembayung yang tertelan oleh gelapnya malam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vheindie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menuntaskan Rindu Dari Masa Lalu, bagian 1
Sehangat Sang Surya mentari pagi yang mulai meninggi, Bersama tetesan embun yang perlahan menguap mengudara, Ribuan nyawa berselimut raga mulai menjalani lakon hidupnya, di hamparan Madyapada yang berotasi pada sumbunya, dan menghasilkan sebuah Mahakarya Fenomenal yaitu bergantinya malam menuju siang tanpa keduanya saling mendahului, Dalam mozaik harap yang saling bersinergi dan berkesinambungan dengan selaksa peristiwa didalamnya.
Begitu jua Rehan, salah satu insan muda dari kampung disalah satu daerah teritorial Kabupaten Bogor timur, dimana sebuah kampung yang berhiaskan view alam berhamparkan pesawahan nan hijau dengan bukit berjajar menapak gagah disepanjang arah penjuru timur hingga selatan.
Sedari pagi dia sudah menyiapkan peralatan pertanian, salah satunya parang untuk membabat rumput yang tumbuh subur menjalar disepanjang pemetangan sawah, yang akan mengganggu proses pertumbuhan tanaman dari salah satu perwujudan anggota tubuh dari Nyi Pohaci Sanghyang Asri, begitulah menurut kepercayaan mitologi kuno yang tersebar dimasyarakat jaman dahulu kala yang tersebar sepanjang Tatar Pasundan, hingga tanah Jawa bahkan pengaruh kepercayaannya sampai ke pulau Dewata Bali.
"Kak jangan lupa bekal buat nanti disawah dibawa sendiri ya, soalnya hari ini Kinan gak bisa nganterin karena ada bimbel sampai jam dua siang," seru Kinan dari ruang tamu yang tengah mempersiapkan buku pelajarannya.
"Iya.. Tidak perlu khawatir, paling Kakak cuman bawa air doang kok, kesawah juga paling ngebabat rumput doang, itu mah tidak memakan waktu terlalu lama , kamu belajar aja yang rajin," balas Rehan dari teras depan sambil mengasah parangnya.
"Bu... Kinan berangkat dulu, Assalamualaikum," ucap Kinan sambil mencium tangan Ibunya yang tengah membuat adonan seroja.
"Waalaikumsalam... Iya hati-hati dijalan ya dan juga jangan lupa berdoa sebelum mengerjakan ujian sekolahnya," Jawab Sang ibunda sambil mengingatkan anak perempuannya itu.
"Oke.. siap itu mah pasti bu, Kak Rehan, Kinan duluan ya, Assalamualaikum," ucap Kinan sambil melangkah keluar dari teras rumahnya dan bersalaman dengan kakaknya.
"Waalaikumsalam, yang semangat belajarnya, mudah-mudah kamu jadi seorang dokter, atau pegawai negeri suatu hari nanti," jawab Rehan sambil mendoakan yang terbaik untuk adik semata wayangnya tersebut.
***
"Oi Rehan, selepas dari sawah tolong sempatkan kunjungi kebun ku dan bila ada pisang yang sudah cukup matang nanti bawakan ke rumah Aki," seru serak Aki Darja dari teras rumahnya, ketika melihat Rehan melewati halaman depan rumahnya.
"Iya insyaallah Aki," balas singkat Rehan, diapun tidak ingin berlama-lama berbincang dengan Aki Darja, bukan maksud tidak menghormatinya, tetapi karena waktu hampir mendekati jam setengah delapan, jadi dia harus bergegas agar bisa mengerjakan hal lainnya.
Membutuhkan hampir dua jam Rehan membersihkan rumput yang ada dipemetangan sawah miliknya, dan diapun duduk di saung untuk beristrihat sejenak sebelum melanjutkan mampir di kebun milik Kakek Darja.
Memang sudah hampir satu tahun adik Kakeknya itu, sudah jarang mengurusi kebun miliknya hanya sesekali dia pergi kesana, dan Rehan pemuda yang mempunyai jiwa peduli yang tinggi dengan suka rela merawat kebun milik Aki Darja, bahkan dia menanam beberapa ubi jalar dan singkong dikebun tersebut.
"Wah kayaknya sudah ada sebagian yang telah matang, sekalian aja deh mencabut beberapa batang singkong untuk persedian Aki Darja nantinya," gumam Rehan ketika matanya menyapu pemandangan sekitar kebun.
Rehan pun kembali dengan membawa setandan pisang dan beberapa singkong dipundaknya.
"Sampurasun, Assalamualaikum Aki oh Aki," seru Rehan memanggil Aki Darja, lantas menurunkan barang bawaannya dan disimpan di bale bambu milik sang empu rumah.
"Rampes, Waalaikumsalam, eh Rehan udah pulang dari sawahnya, minum dulu Cu," jawab Aki Darja lalu menawari minum pada Cucu Kakaknya itu.
"Ouh iya terimakasih Ki," seru Rehan, demi menghargai dan menjunjung tinggi nilai dari sebuah etika sopan santun, dia pun menerima tawaran dari Aki Darja tersebut.
***
Bagai rindu yang dibayar tuntas, bagai doa yang langsung terkmakbul, ketika Rehan melihat sosok yang begitu dia kenal dalam beberapa minggu terakhir ini, lihatlah perempuan rupawan nan mempesona tengah berbincang ria dengan ibunya tanpa sedikitpun risih dengan keadaan rumah yang tak seelok rumah yang ada dikota.
Rehan masih tidak menyangka, dia mengerjap-ngerjapkan matanya sambil berjalan perlahan, tapi hatinya begitu berdebar cepat layaknya pejuang muda yang baru pertama kali terjun ke medan pertempuran.
"Assalamualaikum," Seru Rehan memberanikan diri, yang membuat kedua perempuan beda generasi tersebut menoleh kearah sumber suara.
"Waalaikumsalam," jawab serempak kedua perempuan itu.
"Eh akhirnya dah pulang juga kau Rehan, ini sedari tadi Bu Bidan nungguin kamu," Ucap Ibu Rehan yang membuat insan muda disebelahnya itu bersemu merah.
"Aduh... maaf atuh jadi membuat Bu Bidan menunggu terlalu lama, soalnya tadik mampir dulu di kebun Aki Darja disuruh mengambil pisang yang hampir matang, ada keperluan apa Bu Bidan?" ucap Rehan sambil mengangkat bawaan pemberian Aki Darja tadi sebuah pisang dua sisir serta singkong.
"Nggak apa-apa Kang, anu saya minta tolong Kang Rehan untuk mengantar ke desa tegal bungur itupun bila Akang bersedia," ucap Rena sedikit sungkan.
"Ouh... Bisa kok Bu, tapi saya bersih-bersih badan dulu, jadi mohon tunggu sebentar lagi ya Bu Bidan," jawab Rehan lalu ijin ke kamar kecil yang ada dibelakang rumah.
"Iya kang, silahkan" ucap Rena mengangguk.
***
Setelah berhasil melewati berbagai pertanyaan dari tetangga-tetangga yang sedang bercanda ria diberanda rumah mereke, karena jarang-jarang melihat seorang Rehan memboncengi seorang perempuan, kini Rehan dan Bu Bidan Rena berada dijalan utama, untuk menuju kampung Tegalbungur.
Membutuhkan waktu hampir satu jam lebih untuk menemukan rumah yang tengah dicari oleh Rena dan juga harus beberapa kali menanyakan pada orang-orang sekitar.
"Assalamualaikum.. permisi," seru Rehan dari teras rumah yang terpisah sekitar sepuluh meter dari rumah lainnya.
"Waalaikumsalam... iya tunggu sebentar," teriak si empu yang punya rumah dari dalam dan terdengar suara langkah kaki yang hendak membuka pintu.
"CLEK"
Pintu pun terbuka, lalu sosok perempuan paruh baya yang berumur sekitar lima puluh tahun muncul, dan membuat Rena langsung menghambur peluk kearah orang yang ada dihadapannya sambil menangis tersedu-sedu, membuat Rehan tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya.
haloo kak aku nyicil bacanya yaa
jangan lupa mampir di karya terbaruku 'save you'
thankyouuu ❤
sukses selalu buat kakak 🤗🤗