Dinda Ayudia meida(Dinda),dua bersaudara berasal dari keluarga sederhana,ayahnya seorang PNS dan ibunya seorang ibu rumah tangga tapi cukup untuk mendidik kedua anaknya.
lalu apa yang membuat Dinda tersisihkan?
hai ini cerita pertamaku semoga kalian suka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mie Atah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18.AYT
H-2 haflah akhirus Sanah sudah mulai berdatangan wali murid yang berasal dari luar kota.
Memang bagi yang asal rumahnya jauh diluar kota boleh datang sehari sebelum hari H jadi menginap semalam di pondok,dan itu semua sudah dipersiapkan oleh pihak pondok walaupun tidur harus bareng bareng tidak seperti dirumah satu ranjang dua orang,disini semuanya bareng bareng tidak ada yang namanya orang kaya ketua RT atau BuPati kalau datang kepondoknya sebagai wali santri maka semua di sama ratakan.
Dengan catatan terpisah ya bapak bapak dan ibu ibu,semua dilakukan selain pasilitas pondok yang memang serba sederhana tapi juga untuk mengingatkan kita bahwa apapun yang kita miliki harta tahta dan jabatan semuanya akan sama kelak dihadapan Allah yang membedakan hanya amal ibadahnya masing masing.
Teng Teneng Teneng
Kembali piano gambus terdengar dari kejauhan disana sudah siap semua peralatan musik beserta para pemainnya.
aku pun sebentar lagi akan menuju ke sana tepatnya rumah Bu Mun yang selalu dipakai untuk latihan gambus.
Dulu sebelum ada insiden yang terjadi pada aku,aku selalu ikut kemanapun grup gambus tampil,membawakan lagu lagu yang menyenangkan bernyanyi tanpa keluar dari syariat Islam dengan tidak melenggok lenggokan pinggul baju yang tertutup tanpa menonjolkan lekuk tubuh dan bernyanyi pun semua syair cinta yang tanpa menimbulkan hasrat didalamnya.
PLASBACK
sebelum kami melakukan latihan untuk tampil di sebuah acara pernikahan,sudah diberi tahu bahwa akan tampil di kota x.
Aku langsung kaget kota x yang dimaksud apakah sama seperti kota yang aku kenal.
" pak maaf kota x yang dimaksud apakah yang jalannya melewati persawahan " tanyaku karena penasaran
" ia kota x itu,kita akan tampil di acara pernikahan seorang anak dokter di dekat pondok roudhotun nuroniah kalau gak salah " kata pak his
" aduh kalau disitu Dinda gak ikutan deh pak maaf " cicitku
" loh kenapa din,kalau kamu gak ikut ya gak seru dong " kata pak imam salah satu penabuh gendang.
" gak pak soalnya itu dekat pondok yang dulu Dinda mondok disitu,lagian bukannya disana gak boleh ya ada acara yang menggunakan musik " tanyaku pada pak his,karena yang aku tau dulu waktu mondok disana,Abah YAI pondok memang sangat ketat dalam aturan yang ada dikampung tersebut pondok roudhitun nuroniah termasuk salah satu pondok salafi,aku bisa mondok disitu sambi sekolah saja sudah sangat bersyukur diperbolehkan.
Salah satu nya Abah yai mengharamkan musik dalam bentuk apapun,karena nanti waktu Dajjal akan keluar itu akan diiringi oleh musik.
Beliau termasuk kyai yang disegani di kampung tersebut jadi semua segan untuk melakukan sesuatu yang melanggar aturan yang sebenarnya hanya diperuntukan santri.
" waduh kalau itu saya gak tau din " lanjut pak his
" beneran pak Dinda gak bisa ikut " lanjutku masih bernegosiasi
"apalagi disana juga semua orang kenal Abang,gimana nanti kalau mereka juga mengenaliku."monolog ku dalam hati.
" harus ikut titik gak ada koma Din ,kamu salah satu vocalis yang di minati di manapun terus gimana kalau kamu gak ikut,bakalan ada yang kutang" kata pak his masih tetap mempertahan kan aku untuk ikut.
" Dinda fikirin dulu deh pak " akhirnya aku memilih untuk memikirkan dulu karena ini bukan tentang aku tapi juga bang Danu.
Aku berlalu pergi karena mau memikirkan keputusan apa yang akan aku ambil.
gambus tetap latihan tanpa aku,karena mereka memang benar benar mempersiapkan untuk tampil.
********************************
Setelah berfikir dengan matang akhirnya aku memutuskan untuk ikut memeriahkan acara,dengan harapan Abah yai ku tidak hadir dalam acara tersebut.
Lagian siapa juga yang akan mengenalku disana aku hanya selama delapan bulan tidak aktif dalam kegiatan pondok bahkan bisa dibilang keluar pondok hanya untuk berangkat sekolah saja.
malam berikutnya aku putuskan untuk ikut serta latihan.
aku akan memberikan syarat pada pak his.
" em pak boleh gak nanti pas disana jangan panggil saya Dinda panggil ayu saja" kata ku
" boleh boleh panggil apa saja yang penting masih nama kamu" jawab pak his
" supaya gak ketauan Abah yai kamu ya " tanya nya padaku
Aku hanya memberikan senyuman atas jawaban yang pak his tanyakan padaku.
Bukan niat ingin mengelabui aku sangat suka bernyanyi,dan ini termasuk nyanyian yang baik baik saja menurutku tidak melanggar syariat Islam.
masih simpang siur sebenarnya hukum musik ini tapi aku bismillah lah selagi semuanya terjaga.
ke esokan harinya pagi sekali,setelah sholat subuh kami berangkat bersama menuju kampung x.
Selama satu jam perjalanan akhirnya sampai juga di rumah yang punya acara,kami langsung bersiap ditempat yang sudah di sediakan.
Aku tercengang ternyata bukan dekat pondok tapi sebelah
Haduuuhhh
Aku menggelengkan kepalaku sudah tidak bisa lari lagi.
ku tarik nafas aku hembuskan perlahan
"Bismillaah ya allaahh" doaku
Kenapa aku nekat ikut selain aku menyukai bernyanyi uang yang di dapat juga lumayan
Apakah aku tidak dapat uang jajan dari orang tua ku jawabannya dapat,tapiii ya begitulah mereka tidak mau tau keperluanku yang lain.
Setiap aku meminta uang sebelum satu bulan pasti di bilang boros lah ini lah itulah.
Kalian tau lah keperluan perempuan itu melebihi laki laki,segini aja aku gak makeup gimana kalau pake skincare dan sebagainya.
Uuuuu bisa ngomel terus kali.
terdengar kata SAH dilanjutkan doa
Kami bersiap untuk menaiki panggung,semua sudah rapi sound dan segala macamnya.
Aku naik duduk di kursi dengan gaunku yang menjuntai menutupi kaki ku jilbab yang menutupi dada.
Semuanya berjalan lancar,tiba tiba MC memanggil anak lengkap ku
DINDA AYUDIA MEIDA
Aku menegang takut akan ada yang mengenaliku.
Setelah aku membawakan lagu keduaku ada seorang kakek naik kepanggung aku fikir untuk mau menyumbangkan lagu atau meminta satu lagu untuk di nyanyikan.
ternya dia menghampiriku ,aku gaket bukan karena dia tiba tiba menghampiriku tapi dia wa ence orang tua yang sering bantu bantu di pondok roudhotun nuroniah.
Di memberiku secarik kertas lalu turun kembali.
Dengan tangan bergetar aku membuka kertas tersebut dan kalian tau apa tulisannya.
Turun sebelum Abah YAI kesin
Tubuhku gemetar bukan main,namun sebelum aku melakukan nya kembali namaku dipanggil untuk bernyanyi atas permintaan salah satu tamu undangan.
Mau tak mau aku bernyanyi dan saat aku menembangkan lagu Abah yai ku datang dengan sorot mata tajam badannya yang tinggi sudah terlihat dari kejauhan,lalu beliau berhenti di bertanya pada salah satu seksi penyambut tamu.
Yang aku yakini bahwa beliau pasti bertanya beneran itu Dinda adik nya bang Danu dan laki laki tersebut mengangguk.
Beliau menatap ku sebentar sebelum kembali beralu memasuki gapura pondok.
Setelah satu sesi selesai kami istirahat sebentar sambil menunggu adzan Dzuhur.
Wa ence datang menghampiriku,bersalaman dengan teman teman di grup gambus ber ramah tamah sebentar,lalu meminta izin untuk mengobrol berdua denganku.
" din ai kamu gimana udah tau Abah yai melarang keras santri santrinya main musik " kata wa ence setelah kami duduk sedikit memojok
" gimana wa emang Abah marah banget ya " tanya ku dengan nada hawatir
" ia atuh apalagi kamu adek nya bang Danu,kata warga sekitar juga ,,,,wiiihhh teh Dinda mau jadi artis,gitu" lanjut wa ence menjelaskan
Lalu beliau mengeluarkan hp didalam saku celananya menunjukan pesan yang dikirim Abah yai kepada wa ence
" ni liat " katanya
Isi pesan
Abah: itu yang nyanyi si Dinda adeknya Danu
Ence; ia bah
Abah: bilangin suruh turun sekarang juga
" kan tadi uwa udah ngingetin Dinda kenapa gak cepet turun " katanya sambil kembali men scrol pesan kebawah
" gimana wa Dinda gak enak sama grup yang lain masa turun gitu aja" jawabku ini lah konsekuen yang harus aku tanggung kalau ketahuan
" ni liat lagi " kata wa ence
Abah: bilangin ke si Dinda jangan pernah datang kerumah saya lagi
deg
Badanku bergetar seketika jantungku berdetak dengan tidak beraturan keringat dingin memenuhi pelipisku.
Aku fikir tidak akan separah ini tapi ternyata.
Sesi kedua aku tetap ikut tapi aku sudah tidak menyanyi Alhamdulillah adik kelas yang menjadi vocalis juga mau menggantikan aku
Aku hanya terdiam tapi masih menampilkan senyumku.
Jam 16:30 selesai,seperti biasa pemain musik merapihkan semua alat nya masing masing,merapihkan sound sistem yang memang kami bawa sendiri.
Aku dan vocalis lainnya langsung pulang tidak menunggu yang lain karena suasana hatiku dan untung nya pak his bisa memakluminya.
Diperjalanan didalam mobil aku menangis dalam diam air mataku tak mau berhenti.
Saat ini yang aku rasakan takut bukan main apalagi nanti kalau sampai Abang ku tau.
Tapi sudah ku pastikan abang pasti tau.
Istri pak his mengusap ngusap punggungku menenangkan hatiku,memberikan kekuatan agar aku lebih tenang.
selamat membaca💃💃💃💃