Imelda : "Aku wanita kotor, aku tidak tau apa itu bahagia. sejak kecil aku sudah kehilangan ayahku dan ibuku menikah lagi. Di umurku yang baru menginjak remaja 13 tahun aku di perkosa oleh ayah tiriku tetapi bahkan ibuku tidak membelaku, dia malah lebih percaya pada suaminya yang menuduhku menggodanya"
Stefano Aelisius Hastanta : Anak ke 3 dari keluarga Hastanta yang kaya raya tetapi dia rela menjadi seorang menajer cafe demi dekat dengan wanita yang dia cintai, Imelda. Dia tidak peduli masalalu gadis itu karena dia mencintainya, dengan berbekal motor biasa dan tinggal di rumah kontrakan kecil dia berusaha mendekati Imelda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CibulXie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Imel mundur beberapa langkah saat 4 orang gadis itu menghadang jalannya. Sampai Imel terhenti karena menabrak sebuah meja disana.
"Kau.. jangan karena cantik seenaknya menggoda Morgan, dia tidak pantas untukmu tau!" Bentak Sari yang memang sangat menyukai Morgan tetapi dia selalu tidak dianggap.
Sore itu Imel habis-habisan di siksa oleh mereka sampai tangan dan kakinya juga di injak dan di tendang. Imel hanya bisa menangis, dia coba melawan tetapi tenaganya terkuras sia-sia karena melawan 4 orang. Akhirnya Imel di tinggalkan begitu saja disana, dia berjalan terseok-seok dan untungnya besok tidak ada kelas jadi dia bisa beristirahat.
Beberapa bulan Imel lalui dengan hal yang sama, menghindar dari kejaran cowo-cowo dan akhirnya mendapatkan kemarahan dari cewe-cewe yang cemburu begitu terus sampai selesai 1 semester.
Semester kedua adalah yang terparah, penyiksaan terhadap Imel makin menjadi dan membuatnya harus pindah dari asrama.
"Kamu ini mahasiswai dengan predikat baik dan selama ini sangat kami harapkan, tapi kelakuan kamu sangat mencoreng nama baik UHS. Besok kamu pindah dan ikut rapat kedisiplinan apakah beasiswa kamu masih akan diberikan atau dicabut." Ucap direktur kampus membuat Imel lemas.
"Tapi ini bukan salah saya pak.. saya di paksa dan di lecehkan, kenapa jadi saya yang disalahkan?" Tanya Imel yang sudah menangis sejak tadi.
"Banyak saksi yang mengatakan kalau kamu yang suka menggoda para mahasiswa!" Bentak pengurus asrama yang semakin
"Sekarang kemasi barang kamu dan keluar dari asrama ini." Perintah direktur dan Imel tidak bisa membela diri lagi karena semua orang memojokkannya.
"Kenapa ini terjadi lagi.. aku udah ga kuat." Lirihnya sembari membereskan kamarnya.
.
.
.
[Morgan] "Bang Fano.. bidadarimu terkena masalah nih.. aku ga bisa temenin dia lagi karna uda lulus."
[Fano] "Masalah apa?"
[Morgan] "Ada yang coba lecehkan dia bang, tapi untungnya ketahuan sama Ibu asrama tapi malah dia yang dituduh karena banyak saksi yang bilang kalau Imel suka godain cowo di kampus."
[Fano] "Sialan, siapa cowo itu?"
[Morgan] "Erlangga bang, memang dia dari awal udah ngejer Imel tapi Imelnya selalu menghindar, kali ini dia nekat.
[Fano] "Berikan informasinya sekarang!"
[Morgan] "Ok, nanti kukirimkan ke email abang aja."
.
.
"Haduuhh pusing dah... Aldo cari tau tentang si Erlangga dan dimana sekarang bidadari kita?" Perinta Morgan dan Aldo langsung mengerahkan anak buahnya. Hanya 10 menit Aldo sudah mendapatkan informasi penting.
"Mor, bidadari lagi ada di lobi asrama bawa koper, dia diusir dan besok akan ada rapat untuk pertahanin beasiswanya atau cabut." Jelas Aldo dan Morgan geram mendengarnya.
"Siapa mereka berani rapat di universitas milikku, itu bakal aku warisi setelah si tua itu pensiun. Ah lapor bang Fano aja dah bisa mampus mereka." Morgan kembali chat ke Fano melaporkan seluruh yang dialami Imel membuat Fano geram.
"Kita liat besok gimana bang Fano ngamuk ke mereka." Ujar Morgan terkekeh.
Imel berada dalam taxi yang mengantarnya ke hotel terdekat, hanya hotel murah dan dia akan bermalam disana 1 malam dan besok akan mencari kostan untuk tempat tinggalnya, tidak lupa dia selalu memakai masker jika keluar untuk melindungi dirinya. Dia terus saja menangis, merutuki nasibnya. Jika seorang perempuan dilahirkan cantik maka akan bahagia, tidak dengannya yang malah menderita terus menerus.
"Non, sudah sampai." Ucap supir taxi tua itu, Imel memberikan uangnya lalu menggeret 2 koper dan 1 pot bunga miliknya dan masuk ke dalam hotel kecil dan murah, lumayan untuk melepaskan lelahnya seharian ini.
Di dalam kamar hotel, Imel masih mencari kost melaui aplikasi dan tengah memilih dan memperhitungkan biaya yang akan dia keluarkan perbulannya. Dia masih mencari pekerjaan yang bisa menyesuaikan dengan jadwal kuliah, belum lagi jika besok beasiswanya dicabut mungkin dia akan berhenti kuliah saja. Menghitung uang tabungan dan upah menulis yang dia dapat hanya dapat bertahan hidup untuk 5 bulan kedepan.
"Hem, sepertinya harus jalan kaki lagi ke kampus seperti sekolah dulu." Gumam Imel lalu dia mencoba untuk tidur agar memulihkan segala lelahnya.
"Mba.. saya boleh titip koper disini sampai sore?" Tanya Imel pada resepsionis dan untungnya diperbolehkan.
"Boleh mba, sebentar.. " Mba resepsionis memberi tanda nomor pada 2 koper dan 1 pot tanaman miliknya dan menyimpannya didalam ruangan dibelakangnya.
"Terima kasih mba.."
"Sama-sama."
Jam 8 pagi itu Imel sudah bersiap ke kampus dan menerima apapun yang akan dia dapatkan. Dia telah berjanji akan bertahan dan menunggu Flora kembali dan tidak akan mengecewakannya.
Tiba di kampus sudah terjadi hal menghebohkan yang dia tidak tau, seseorang menyebarkan kisah masa lalu Imel dan membeberkan semua kejadian yang dia alami sejak umur 13 tahun dan saat dia baru tamat SMA.
"Wah kasihan juga ya.. umur 13 tahun udah diperkosa oleh ayah tirinya terus baru 7 bulan lalu di perkosa lagi sama om ya."
Begitu kira-kira yang diucapkan beberapa orang. Imel hanya berdiri mematung kala semua orang berbisik dan menatap padanya.
Ada yang menatap iba, kasihan, sinis, benci segala tatapan itu membuat Imel tak kuat, dia terjatuh dan menangis. Tak ada yang menolongnya sampai seorang pria bermasker hitam memapahnya dan membawanya pergi dari sana, di tengah lapangan gedung kampus itu.
.
.
"kamu gak apa-apa?" Tanya pria itu. Imel mundur dan dia ingin lari tapi pria itu malah menariknnya masuk lagi dan mendudukkannya di sofa ruang direktur.
"Jangan sentuh aku, aku mohon jangan..." Lirih Imel sambil menangis dan memeluk kuat dirinya sendiri.
"Jangan takut.." Ucap pria itu dan ingin mengelus kepalanya tapi Imel makin meringkuk.
"Tuan.. jangan aku mohon lepaskan aku, aku kotor jangan sentuh aku, aku kotor.." Imel terus menangis dan membuat pria itu tidak tahan lagi dan keluar, dia meninju dinding didepannya meluapkan emosinya.
"Fano.. kenapa kau aduh.." Fabian panik melihat Fano yang emosi dan tangannya yang sudah terluka.
"Sudah kau bereskan?" Tanya Fano dengan wajah murkanya, matanya sudah memerah menahan tangis dan marah melihat gadis kecilnya begitu menderita.
"Itu, sepertinya itu benar Fan, karena sepupunya yang menyebarkan itu. Nanti aku berikan informasi lengkapnya. Sekarang rapat sudah dimulai dan sepertinya mereka akan mencabut beasiswa Imelda." Jelas Bian dan Fano makin geram dia melepaskan maskernya dan jalan menuju ruang rapat.
"Kita kesana tapi suruh suster dari ruang kesehatan menemani Imel." Titah Fano dan Bian segera mengetik perintah itu untuk asistennya.
Brrakkk... pintu itu di dobrak kuat oleh Fano dan semua yang ada disana terkejut melihat siapa yang datang.
"Tu tuan Stefano?" Direktur itu bersuara dan semuanya otomatis berdiri dan menunduk hormat sampai Fano duduk baru mereka berani duduk.
"Kenapa Tuan Fano disini? Dia tidak biasanya mencampuri urusan kampus." Bisik orang-orang disana.
"Ceritakan apa yang terjadi." Titah Fano dengan nada rendah tapi tegas.
"Begini Tuan.. ada seorang mahasiswi yang bertindak asusila di asrama, tadi malam kami sudah mengusirnya dan hari ini kami memutuskan akan mencabut beasiswanya." Jelasnya, Fano mengepal tangannya kuat dia mencoba menekan emosinya.
"Maksudmu asusila? Apakah itu terjadi di asrama wanita dan bagaimana ada pria bisa masuk?" Tanya Fano lagi menatap tajam pada pak dekan.
"Iya Tuan.. sepertinya Imelda yang membawanya masuk." Jawabnya.
"Sepertinya? Berarti anda tidak yakin Pak Mateas?" Ujar Fano penuh penekanan.
"Tapi sudah saya konfirmasikan dengan pengawas asrama wanita Tuan Fano, dan dia sudah bersaksi bahwa Imelda yang membiarkan pria itu masuk dan mereka melakukannya atas dasar cinta." Lanjut Mateas membela diri.
"Panggil pengawas asrama itu dan Bian, bawakan cctv seluruh area lantai kamar Imelda." Perintah Fano dan Bian segera melaksanakannya. CCTV telah terpasang di ayar proyektor besar dan memperlihatkan Imelda yang masuk sendirian ke dalam gedung asrama sampai ke depan pintu kamarnya dan menutupnya.
"Tidak ada dia membawa pria." Ujar Fano santai dan pengawas asrama masuk lalu memberi hormat pada Fano yang masih duduk tenang tepi tatapan matanya setajam silet siap menyayat orang di depannya.
"Kamu yang memberi kesaksian?" Tana Fano dan wanita paruh baya itu mengangguk.
"Ada buktinya?" Tanya Falo lagi.
"Tidak ada Tuan karena cctv sedang mati saat itu sekitar jam 8 malam." Jelasnya dan Fano terkekeh.
"Kamu kira kampus ini murahan, sampai tidak bisa mengatur cctv dengan baik? Bian, tunjukkan.
Bian memutar lagi cctv di proyektor dan ternyata yang membawa masuk Erlangga adalah pengawas asrama itu, dia sudah ketakukan, kakinya lemas dan gemetar.
"Kenapa pintunya tidak bisa dibuka dengan kuncimu?" Tanya Fano lagi karena melihat mereka kesusahan membuka pintu itu.
"Dia memasang kunci ganda Tuan jadi terpaksa saya memanggilnya keluar dulu agar dibuka dari dalam." Fano mengerutkan keningnya.
"Jadi berapa dia membayarmu?" Fano menatap tajam pada wanita itu dan dia menggelengkan kepalanya pelan,
"Dia belum membayarku."
"Jangan berharap lagi, dia tak akan bisa membayarmu." Ucap Fano santai.
"Pak mateas, sudah lihat sendiri kan? jadi apa hasil rapat ini?" Tanya Fano lagi, Mateas tidak bisa menjawabnya dan terdiam menelan sesuatu yang tidak ada melalui tenggorokannya.
"Tapi Tuan, tetap saja dia mencoreng nama baik kampus ini, setelah mambaca portal berita mahasiswa ternyata dia adalah gadis yang bermasalah.. jadi.."
BRRAAKKK!!!
"Otak anda yang bermasalah!" Teriak Fano sambil menggebrak meja dengan kuatnya.
"Seorang mahasiswi baru 17 tahun dan hampir dilecehkan dan anda bilang dia bermasalah? Seharusnya anda usut tuntas kejadian ini kenapa bisa terjadi pelecehan di kampus ini! Portal berita itu belum valid dan anda berani mengambil kesimpulan, sekalipun itu benar, apa hak anda menghakimi masa lalu orang lain, apalagi saat itu dia masih 13 tahun. Apa yang bisa dilakukan anak kecil 13 tahun Pak Mateas?!!" Bentak Fano dan semuanya terdiam, tak ada yang berani mengangkat kepalanya.
"Pecat pengawas ini dan Erlangga itu tuntut dia atas kasus pelecehan bawa bukti ini pada polisi. Anda ikut saya pak Mateas dan yang lain bubar." Titah Fano dan tak ada yang berani membantah. Fano dan Mateas kembali ke ruangan kantornya untuk menemui Imelda yang masih menunggu.
"Jangan memberitahunya siapa aku dan dia tetap akan di kampus ini sampai lulus." Titah Fano kemudian masuk dan melihat Imel masih terisak di temani oleh suster agar dia mempunyai teman bicara dan menangkan diri.
"Pak, apa hasil rapatnya?" tanya Imelda sambil berdiri, dia menatap Mateas dan Fano bergantian, matanya sudah sembab dan memerah.
"Tidak perlu kuatir, kamu masih bisa kuliah disini sampai lulus dengan beasiswa itu, kamu tidak bersalah dan kami sudah memeriksa cctv nya." Jawab Mateas dan Imelda makin menangis.
Fano sangat ingin memeluk gadis itu, dia begitu rapuh dan menyedihkan.
"Jangan sedih.. berita itu sudah di hapus dan tidak akan ada yang akan mengganggumu dengan berita itu." Ujar Fano dan Imel mengangguk.
"Terima kasih pak." Ucapnya, setelah itu Imel pamit undur diri dan mengikuti suster pergi ke ruang kesehatan. Memang benar tidak ada yang membicarakan dirinya tetapi tatapan mata orang-orang masih sama.
TBC~
THE BEST ON YOU THOR...🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
TU BISMA AYAH GOBLOK INGIN MAIN2 DGN KLUARGA HASTANTA..
DIBANDINGKN HAZEL SI JANDA ANAK 2, SIAPAKH YG PLING CANTIK, IMELDA ATAU HAZEL..
DLM KISAH INI BRRTI MORGAN SDH MULAI BANTU HAZEL LEPAS DARI NICHO...
MANUSIA ANJING LAKNAT TU INDRA.... MMPUSIN AZA...