Kania indira putri dipaksa menikah dengan anak Majikan yang sedang patah hati.
Padahal ia tahu sejak Awal bertemu Aran sangat membenci dirinya.
Dia kerap menjadi ajang pelampiasan kekasalan Aran.
Tapi apa hendak di kata karena hutang dan balas Budi Kania harus menerima takdir menjadi istri Seorang Aran Maheswara yang dingin dan angkuhnya tidak ketulungan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lara hati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Enam, Ibu di operasi
Rasa gugup mendera Kania.
Selama dua tahun bekerja dirumah Sanjaya. ini pertama kalinya Kania berhadapan langsung dengan majikan besar.
Biasanya semua uruasn rumah tangga sudah di handle oleh Bi Mala.Sedangkan pelayan tak perlu lagi bertemu para majikan.
Tuan Sanjaya adalah seorang yang memiliki karakter tegas,berwibawa dan dingin, Dia tak banyak bicara tak suka basa- basi terutama terhadap orang - orang yang level nya hanya pelayan.
Meski dia cukup menghargai kerja keras semua karyawan yang bekerja di rumahnya
dengan memberi gaji lebih dari cukup.
" Siapa namamu?"
Sanjaya menatap Kania tajam
"Kania, Tuan."
Menjawab Dengan suara lirih. jemarinya saling menaut.
Kania merasa kakinya gemetar.
"katakan ada keperluan apa menemui saya.."
Tuan Sanjaya seperti biasa tak suka basa- basi.Langsung bertanya pada inti.
"Tenang Kania. Ayo! kamu pasti bisa!"
Kania menarik nafas perlahan, mengangkat wajah. matanya dan mata Tuan Sanjaya bertemu.
Rasa ragu dan takut kembali mendera.
Kania kembali menunduk.
" Saya tidak punya banyak waktu, Jika ada hal yang ingin di sampaikan utarakan saja."
Desak pria itu tak sabar sambil melihat Jam tangan.
Ternyata Kania sudah menyita waktu berharga Tuan Sanjaya
Hari masih pagi.Tapi siapa pun tahu, Tuan besar itu harus ke kantor.
Meski sudah kepala enam, Dia masih Terlihat tampan memikat memakai setelan jas lengkap.
" Sa- saya ingin pin- pinjam uang, Tuan.." Kata Kania tersendat- sendat.
"Say- Saya but- butuh Li- lima puluh juta Rupiah"
Kania menghembuskan nafas seolah melepaskan semua beban yang menghimpit.
Tak ada rasa kaget ataupun marah. reaksinya biasa saja. Tuan Sajaya terlihat tenang- tenang saja.
" Katakan, untuk keperluan apa kamu meminjam uang?"
Ragu- ragu Kania kembali melihat ke arah Sanjaya yang duduk tegak di kursi kebesarannya.
"Ibu saya masuk rumah sakit dan butuh uang untuk Operasi." Jelas Kania dengan suara parau menahan tangis.
Kania sendiri tidak tahu dia menangis karena Ibu atau karena takut pada Tuan besar itu.
" Ibu... Ibu Saya adalah mantan pelayan di rumah ini, beliau adalah Bibi Sumiati" Lanjut kania.
Wajah datar Sanjaya sedikit bereaksi
"Jadi, kamu putrinya Bibi Sumi?"
Bibi Sumi berkerja selama belasan tahun di rumah keluarga Sanjaya. Karena jujur dan rajin, Bi Sumi menjadi kesayangan Tuan dan Nyonya.
" I- iya,Tuan."
Tuan Sanjaya menghubungi seseorang dan berbicara sebentar Via phonsel.
"Kamu duduklah dulu di sofa itu" Tunjuknya pada seperangkat sofa warna maroon yang ada di ruangan tersebut.
kania mengikuti sarannya dengan patuh. Dia duduk gelisah di sana.
Risih juga berada dalam satu ruangan tertutup bersamaTuan Sanjaya..T
Setelah saling berdiam diri cukup lama.
Sekitar Lima belas menit kemudian. Masuk seorang laki- laki muda. Sama seperti Tuan Sanjaya, pria itu juga memakai setelan jas lengkap. dia terlihat cekatan, cerdas, dan profesional
Saat masuk,Pria itu langsung memberi hormat pada Tuan Sanjaya.
Tanpa bicara menyerahkan sebuah amplop coklat padanya.
" Jumlahnya seratus juta rupiah, sesuai permintaan Tuan" Kata laki- laki itu.
"Terima kasih, Ardan."
Pria itu hanya mengangguk tanpa melirik apalagi menyapa Kania. Dia segera pamit undur diri dari ruangan itu dengan Ekspresi yang tak terbaca.
Kania bertanya- tanya. mengapa orang- orang kaya itu bertingkah sangat kaku.
Apa semua orang kaya begitu?
"Sania!" panggil Tuan Sanjaya
" Bukan Sania, Tuan
Tapi Kania"
Kania meralat.
Menahan senyuman.
Ternyata Tuan itu salah menyebut namanya.
" Hmmm...Ini uang yang kamu minta, Jumlahnya seratus juta rupiah"
Tuan Sanjaya meletakan Amplop Coklat itu di atas meja.
Tentu Saja Kania merasa kaget.
Dia hanya meminta lima puluh juta, dan Majikanya justru memberi seratus juta.
"Te- tapi. Saya hanya minta Lima puluh juta, Tuan.Saya tak akan sanggup membayarnya"
" kau tak perlu membayarnya. Ambilah dan bayarkan operasi Ibumu. Sisanya kamu bisa membeli obat- obat yang berkualitas untuknya."
Gemetar tangan Kania saat memegang amplop berisi uang seratus juta itu.
" Tidak Tuan!,Saya tidak bisa menerimanya. Ini ter- terlalu banyak" Kata kania terbata.
"Jangan membantah! saya tak suka dibantah. Ambil saja. Dan obati ibumu"
Tuan Sanjaya berdiri di kursinya, mengancingkan dan merapikan jas sekilas.
"Pergilah! masih ada hal lain yang harus saya urus" usir Tuan Sanjaya.
Karena sikapTuan Sanjaya yang mengintimidasi, secara terpaksa Kania menerima uang seratus juta tersebut.
"Saya dan Istri minta maaf tidak bisa menjenguk Ibumu. kami sangat sibuk mengurus acara pernikahan Aran dan Silvia"
"Tuan muda mau menikah?" batin Kania.
" Bagus deh! mereka sepadan
Prianya tampan, gadisnya cantik."
Jika Aran akan menikah berarti seluruh pelayan juga akan sibuk menyiapkan pesta. Lalu bagaimana dengan Kania.
"Bo- bolehkah saya minta cuti libur untuk beberapa hari, Tuan? Sebab tak ada yang mengurus ibu"
Kania bertanya takut- takut.
"Tentu saja, Kau harus merawat Ibumu..Tapi untuk ijin cutinya silahkan konfirmasi dengan kepala pelayan Malahayati"
Hampir saja Kania melompat - lompat saking senangnya.
" Terima kasih, Tuan..!"
Kania segera kembali kerumah sakit.
Bu Ros dan mba Ratna langsung menyongsong menyambut
" Dapat uangnya?" Ratna langsung menanyai Kania tak sabar.
Kania mengangguk senang memeluk keduanya bergantian
" Alhamdulillah, Bu. Majikan Kania baik sekali. Kania juga tak perlu membayar uang tersebut. Dia memberi cuma- cuma.
Bu Ros dan Ratna saling memandang. kemudian saling mengucapkan syukur.
Tak menunggu waktu, Kania segera membayar Administrasi rumah sakit.
Operasi pun dilakukan.
Kania, Ibu Ros dan Ratna menunggu harap- harap cemas di luar ruang operasi Sambil tak henti merapal doa- doa untuk Ibu.
Dua Jam berlalu dalam gelisah dan rasa takut.
waktu berjalan lambat Bagi Kania.
Berulang kali Mba Ratna memeluk Tubuh Kania menenangkan dirinya.
Akhirnya dokter yang menangani Ibu keluar dari ruang operasi.
"Operasinya berhasil, Ibu anda akan segera membaik.."
Dokter juga mengatakan
Kondisi Ibu sudah stabil.
Tapi perlu menunggu beliau siuman dari pengaruh Obat bius.
Kania berulang kali mengucapkan terima kasih.
Lanjut thor
Lanjut thor
Semangat thor