NovelToon NovelToon
Balada Cinta Suratih

Balada Cinta Suratih

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: Irawan Hadi Mm

Cinta membuat seorang gadis bernama Suratih, menentang restu ayahnya. Damar, pemuda yang membuat hatinya lebih memilihnya daripada apa yang dikatakan orang tuanya, membuatnya mengambil keputusan yang sebenarnya mengecewakan sang ayah. Apakah Suratih akan bahagia membangun rumah tangga bersama Damar, setelah jalan yang dia tempuh salah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 8

"Lu masih di sini Inah? kagak mau pulang lu? betah lu di mari, hahh?" tanya Sumi, muncul dari balik punggung bidang Damar yang membelakangi pintu masuk. Wajahnya terlihat sangat serius.

"Ini Inah mau pulang, mak haji! Inah pamit, mak! Mas Damar!" ucap Inah sambil sedikit membungkukkan tubuhnya untuk sesaat, lalu bergegas pulang dengan langkah tergesa-gesa.

‘Untung mak haji nongol di saat yang tepat, bisa keceplosan ngomong aku kalo lama-lama di sana. Den Damar juga, ngapa pula dia datang di saat aye mau pulang juga!’ pikir Inah.

Damar meraih tangan kanan sang ibu, lalu mencium punggung tangannya. Namun pikirannya masih menebak-nebak apa yang tadi dikatakan oleh Mpok Inah.

‘Siapa ya kira-kira kerabat jauh bapak yang mau datang ke sini besok? Malah pake ada acara nginep lagi! Alamat di undur ini rencana yang diusulin cing Nimah.’ pikir Damar berusaha setenang mungkin di depan sang ibu.

"Baru pulang lu, Damar? Udah jam berapa ini? Gak biasanya lu pulang lewat bedug magrib!" protes Sumi dengan tatapan yang sangat tegas penuh selidik.

"Tadi ada pekerjaan yang harus diselesaikan, bu! Makanya Damar telat pulangnya." dusta Damar dengan tatapan meyakinkan.

Ya ampun, mereka benar-benar harus berdusta untuk bisa saling berhubungan. Sungguh sangat disayangkan, sama-sama ego orang tua mereka. Sama juga dengan ego mereka.

Namun Sumi tak bisa begitu saja percaya dengan apa yang dikatakan anaknya itu. Dia masih curiga pada Damar.

"Bukan jalan nemenin anak si pincang kan lu?" tebak Sumi dengan nada agak santai.

Sumi melangkah masuk ke dalam rumah, dengan Damar yang mengekorinya di belakang.

Damar menggaruk kepalanya yang gak gatal, ‘Benar aja lagi tebakan ibu, kok ibu bisa nebak sih, itu insting kuat bener dah, tapi gak mungkin juga aku ngaku habis nemenin Ratih seharian. Bisa perang dunia ini mah!’

Sumi mendudukkan dirinya di sofa, netranya menatap tajam Damar yang ikut duduk di sofa lain.

"Kenapa diam lu, Damar? Tebakan ibu jadi benar? Kamu seharian ngabisin waktu buat si anak pin cang?" tanya Sumi yang semakin yakin saja kalau apa yang dia pikirkan itu benar.

Damar menurunkan resleting jaket yang ia kenakan, lalu melepaskannya dari tubuhnya. Hanya memperlihatkan kemeja yang masih membalut tubuh atletisnya.

"Bukan si pincang bu, tapi bang Ali. Dia pan punya nama, sama kaya ibu!" ujar Damar, meralat perkataan sang ibu yang gak enak di dengar.

"Di mata ibu, dia itu si pin cang! Gak peduli siapa pun namanya. Selain pincang, dia juga merusak masa depan wanita lain, ingat itu Damar! Makanya ibu gak pernah suka, kamu berhubungan dengan keluarga perusak masa depan orang lain!" cecar Sumi, dengan emosi meluap-luap. Jelas sudah dia masih memiliki kebencian yang begitu besar pada ayah Suratih itu.

"Itu kan dulu, bu! Beda dulu, beda sekarang! Lagi pula, bukannya semua orang juga udah tau. Bang Ali berbuat seperti itu karena rasa sakit hatinya sama itu perempuan? Sekarang bayangin aja, ibu sakit hati gak kalo Damar di katakan cacat fisik sama perempuan? Yang jelas-jelas menolak pernyataan cinta anak ibu?" tanya Damar, mencoba membuat Sumi mengerti. Kalau tidak boleh mengatai seseorang dengan kata kasar seperti itu.

"Jangan bandingin kamu dengan si pincang, Damar! Kalian berdua itu jelas berbeda. Dia mah udah ketauan cacat! Kamu anak ibu, sehat, terlahir dengan sempurna! Gak akan ada satu perempuan pun yang berani menolak cintanya kamu, Damar! Jangan lupa, status dan derajat keluarga kita… sangat berbeda dengan keluarga si pincang!" Sumi masih sangat bersikeras dengan prinsip dan egonya.

Damar menghembuskan nafasnya kasar, "Hanya manusia yang membedakan fisik, status dan derajat manusia satu dengan yang lainnya, bu! Tapi semua manusia itu sama saja di mata sang pencipta. Yang membedakan itu hanya kadar keimanannya." Damar bicara dengan nada lembut.

Sumi beranjak dari duduknya, netranya menatap nyalang Damar. Dia kesal, bukan karena nasehat anaknya. Tapi karena anaknya terkesan membela Ali. Tentu saja, karena anak si Ali itu, sudah membuat Damar keblinger. Dan terus melawan Sumi.

"Cukup Damar! Gak perlu kamu terus membela keluarga si pincang. Ibu tidak akan pernah setuju kamu dekat dengan anaknya! Kita dan dia itu bagaikan langit dan bumi, Damar!" tegas Sumi dengan nada tinggi.

"Astagfirullah bu! Jangan ngomong begitu, apa yang kita miliki di dunia ini hanya sementara. Baik Itu jodoh, maut dan rezeki, semua itu sudah ada yang mengatur bu! Harusnya ibu lebih mengerti itu dari pada Damar kan!" jelas Damar, masih berusaha sabar menghadapi kerasnya hati sang ibu.

Sayangnya semua yang dikatakan Damar malah membuat ibunya semakin naik tensi.

"Stop Damar! Jangan berani kamu ajari ibu! Ibu jelas lebih mengerti dari pada kamu!" ke'ke'h Sumi.

Damar beranjak dari duduknya dengan malas, rasanya mendebat ibunya ini tidak akan ada habisnya.

"Bu! Maaf jika perasaan yang Damar miliki untuk Ratih menyakiti hati ibu! Tapi di hati Damar, cuma ada Suratih seorang! Gak ada perempuan lain yang bisa menggeser Suratih di hati Damar, bu!"

Plakkk

Sumi menampar pipi Damar cukup keras, membuat wajah sang anak sampai berpaling. Karena memang dia sangat kesal, dia begitu emosi anaknya bicara seperti itu. Kenapa semua yang dia ucapkan tidak bisa dimengerti oleh Damar yang sedang mabukk cinta pada Suratih itu.

Damar mengepalkan tangannya erat, ‘Sabar Damar, aku harus tetap sabar di depan ibu. Benar apa kata cing Nimah, satu satunya cara untuk aku mendapatkan restu dari ibu… aku harus menyembunyikan Ratih beberapa malam di kamar ku.’

Dengan emosi yang sudah di ambang batas kesabaran. Sumi mengacungkan jari telunjuknya di depan Damar. Mengatakan dengan penuh ketegasan pada sang anak. Lalu berlalu tanpa peduli teriakan Damar yang protes dengan keputusannya.

"Ibu tegaskan sekali lagi sama kamu, Damar! Ibu gak sudi kamu memilih anak dari si pin cang! Ibu akan pilihkan kamu wanita yang pantas mendampingi mu! Wanita yang sudah jelas terlahir dari keluarga baik baik! Wanita yang sudah jelas bebet dan bobotnya!!"

"Gak bu! Damar hanya akan menikahi Suratih! Apa pun yang terjadi, hanya Suratih yang pantas mendampingi Damar! Bu!" teriak Damar, menatap punggung Sumi yang kian menjauh dari pandangannya.

Brugh.

Damar berjingkat kaget, melihat Sumi membanting pintu saat menutup pintu kamarnya.

"Semarah marahnya orang tua, pasti akan mengalah untuk kebahagiaan putranya! Aku yakin itu bu! Lambat laun, ibu pasti akan merestui hubungan ku dengan Ratih. Hanya Ratih yang bisa membuat ku bahagia, bu!" gumam Damar dengan tatapan kecewa.

***

Bersambung …

1
Gaby
Geregetan sama author, Suratih kenapa dibikin begitu
Irawan Hadi MM: makasih kak udh mampir,
salam kenal kak
total 1 replies
Liliana
gemes bener ini sama Suratih, cinta boleh oon jangan dong. Thor bikin gemes bener
Irawan Hadi MM: salam kenal kak
makasih udah mampir
total 1 replies
Jia
saya nonggol thor
Jia
lanjutkan up thor
Shafa Adeena
hadir
Be-Trhee
semangat untuk upgrade
Kinanti Putri
terus kan kak, di tunggu bab berikut nya
Kinanti Putri
semangat ya kak
Ummu Marhamah
bagus untuk karya mu kak, jangan lupa jaga kesehatan biar selalu up
Kiki Fitri
lanjutkan up nya kak
Kiki Fitri
is the best
Dinda Shaza
hadir kak
Amanda
sipppp keren banget thor
Amanda
keren
Alana
semangat terus thor
Nesia
keren banget nih💪💪💪😍
Sonia
💪💪💪💪💪 semangat terus thor
Nona
lanjutkan up nya kak
Ayah Fifi
👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Donita
Bagus sih, lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!