NovelToon NovelToon
Titik Akhir Ke Titik Awal Seorang Istri

Titik Akhir Ke Titik Awal Seorang Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Keluarga / Cinta Murni / Penyeberangan Dunia Lain / Menikah Karena Anak
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Eireyynezkim

Heavenhell Athanasia Caventry pernah percaya bahwa cinta akan menyelamatkan hidupnya. Namun, lima tahun pernikahan hanya memberinya luka: suami yang mengkhianati, ibu yang menusuk dari belakang, dan kehilangan terbesar, bayi yang tak sempat ia peluk. Saat ia memilih mengakhiri segalanya, dunia ikut runtuh bersamanya.

Namun takdir memberinya kejutan. Heavenhell terbangun kembali di masa remajanya, sebelum semua penderitaan dimulai. Dengan ingatan masa depan yang penuh darah dan air mata, ia bertekad tidak lagi menjadi pion dalam permainan orang lain. Ia akan menjauh dari Jazlan, menantang Loreynzza ibu yang seharusnya melindungi, dan membangun kehidupannya sendiri.

Tapi kesempatan kedua ini bukan sekadar tentang mengubah masa lalu. Rahasia demi rahasia yang terkuak justru menggiring Heavenhell pada jalan yang lebih gelap… sebuah kebenaran yang dapat membalikkan segalanya.

Kesempatan kedua, apakah ini jalan menuju kebebasan, atau justru jebakan takdir yang lebih kejam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Titik Akhir

"Sayang, aku udah siapin sarapan. Ayo duduk dulu, kita sarapan bareng."

Pria yang disapa hanya menautkan alisnya lalu menatap makanan yang tersaji diatas meja. Well, aromanya memang enak tapi itu tidak menggugah seleranya atau lebih tepatnya ia malas memakannya karena harus duduk berdua dengan wanita didepannya ini.

"Not thanks," balas pria itu dingin seraya sibuk membetulkan kancing jasnya. Setelah itu ia lalu berjalan kearah pintu keluar.

"Jazlan, stop. Bisa nggak sekali aja kamu ngehargain aku. Kita udah nikah 5 tahun lebih tapi nggak ada perubahan sama sekali. Hubungan kita kek jalan ditempat. Kamu selalu menghindari aku," ucap sang wanita frustasi.

Jazlan menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap istrinya, Heavenhell. Matanya memancarkan aura dingin dan terasa ingin meremukkan tulang belulang Heavenhell. Perlahan tapi pasti Jazlan melangkahkan kakinya kearah wanita yang sudah ia nikahi selama 5 tahun lebih ini.

"Nggak ada yang nyuruh lo buat bertahan di hubungan toxic ini, Ave. Nggak ada. Gue udah sering ngajuin gugatan cerai tapi elo yang keras kepala untuk tetap ngelanjutin hubungan ini dengan ngancem bakal bunuh diri. Jadi diam, lakukan, dan terima," kata Jazlan dingin sambil menatap tajam Heavenhell.

Rasa sakit sontak meremas relung hati Heavenhell dengan dahsyat. Memang bukan pertama kalinya Jazlan melemparkan perkataan kasar padanya tapi rasanya selalu sama dan menyakitkan. Sesakit inikah cinta sendirian?

"Lan, apa nggak sedikitpun kamu cinta sama aku. Aku udah ngorbanin semuanya untuk kamu. Selama ini aku berjuang demi kita."

Jazlan terkekeh sinis. "Ada yang suruh lo berjuang? Nggak ada. Lo sendiri yang nyusahin diri lo dan sekarang lo mau menyalahkan gue atas segala kemalangan yang lo dapat."

Pria itu mencondongkan kepalanya kearah Heavenhell. "Listen this, Heavenhell Athanasia Caventry. Lo adalah penyebab gue nggak bisa menjadi CEO di perusahaan bokap gue. Karena lo dan semua drama lo itu menyebabkan gue harus ditendang dari posisi garis pewaris."

Tes!

Setitik airmata Heavenhell terjatuh dan membuat aliran sungai airmata di kedua pipinya. "Lan, aku nggak maksud buat kamu harus menderita. Saat itu aku emang hamil beneran dan itu anak kamu."

Jazlan memutar bola matanya kesal. Mengingat kejadian bertahun-tahun lalu itu selalu membuatnya sangat kesal dan marah. Dirinya yang seharusnya menduduki posisi tertinggi di perusahaan keluarganya harus rela dicopot karena kelakuan Heavenhell. Bahkan pria itu tidak bisa mengecap indahnya bangku kuliah karena Ayahnya mencopot semua fasilitasnya dan menyuruhnya untuk bekerja dari O.

Tidak sampai itu saja, ia harus rela menahan cacian dan hinaan saat harus bekerja sebagai OB di perusahaan keluarganya. Dan semua itu karena tingkah Heavenhell yang memberikan obat perangsang padanya dan berakhir mereka melakukan hubungan yang tidak sepatutnya.

"Lo sadar nggak sih kalau lo itu cewek ter egois di dunia ini. Gara-gara lo dan semua pikiran aneh lo itu, nyokap gue hampir meninggal karena sakit jantung. Citra keluarga gue tercemar karena pewaris utamanya menghamili cewek di bawah umur. Dan nggak itu aja, lo pada akhirnya gugurin anak itu pas kita udah nikah. Dan siapa yang salah? Gue. Gue dicap sebagai suami yang nggak bisa diandelin, calon ayah yang payah, pewaris utama yang gagal. Apa lagi Ave? Apa?" teriak Jazlan yang sukses menyentak Heavenhell.

Suara pria itu bahkan menggema diseluruh penjuru rumah yang dibelinya dari hasil menjadi sales bertahun-tahun. Keluarganya sudah tutup telinga terhadap dirinya.

"Maaf, Lan. Aku terlalu cinta sama kamu makanya aku nggak mau kamu jatuh ke tangan orang lain. Saat itu aku panik banget pas tau kamu udah jadian sama Aretha. Aku marah, aku kesel, kenapa dia yang harus jadi pacar kamu," kata Heavenhell berlinang airmata.

Ia bahkan sampai bersujud didepan Jazlan.

Dosanya pada suaminya itu tidak terampuni dan tidak akan pernah. Ia sudah merenggut kebahagiaan dan masa depan Jazlan dengan sangat kejam demi ambisinya.

"Cih, andai aja kata maaf itu bisa merubah semuanya. Gue dengan senang hati bakal maafin lo. Tapi semuanya percuma, Ave. Percuma," kata Jazlan berdecih sinis. Ia bahkan dengan teganya melepaskan belitan tangan Heavenhell di kakinya dengan kasar membuat istrinya itu tersungkur dengan menyedihkan di lantai.

Tapi Jazlan sama sekali tidak merasakan kasihan atau apapun. Hanya rasa puas yang ia rasakan melihat pemandangan tersebut. Heavenhell ingin menghabiskan hidup dengannya kan? Maka dengan senang hati Jazlan mengabulkannya dengan memberikan neraka yang sesungguhnya.

"Hiks.... Lan.. Maaf.. Kita bisa mulai dari awal lagi." Heavenhell berusaha bangkit dan merangkak kearah Jazlan. Kepalanya terasa sakit karena membentur lantai dengan keras akibat tendangan Jazlan. Belum lagi kedua sikunya yang lecet. Namun ia tidak peduli, rasa cintanya pada Jazlan sudah tahap gila. Teman masa kecilnya yang dulunya mengatakan akan menikahinya saat mereka dewasa dan mereka sudah berjanji. Jadi Heavenhell hanya mau menjaga janji itu meski harus membayar mahal.

"Dari awal, heh?" tanya Jazlan sinis. Sekali lagi kakinya menendang tubuh Heavenhell hingga menubruk lantai. Ia ikut berjongkok di samping wanita itu lalu tangannya dengan santai menjambak rambut Heavenhell dengan kasar membuat tubuh malang itu terangkat.

"Ave, I did love you. Kalo aja saat itu lo mau nunggu dan nggak langsung berburuk sangka terhadap gue sama Aretha. Now, we're gonna fine. But, hell no. Lo tau gimana sakitnya gue saat gue harus merelakan masa depan gue yang cerah demi ambisi gila lo. Apa lo tau sakitnya hati gue saat lo dengan santainya gugurin anak kita pas kita udah nikah demi lo bisa jadi model dan menggapai mimpi lo. Disaat itu lo bilang kalau bayi itu cuman ngancurin mimpi lo trus gimana dengan gue? Kedua orangtua gue? Keluarga gue? Apa pernah lo pernah mikirin dari sisi gue."

"Semua orang menaruh simpati ama lo sebagai korban sedangkan gue dianggap penjahat kelamin. Semua kesalahan yang lo lakuin diludahin didepan muka gue, Ave. Dulu setiap harinya gue harus nahan malu karena harus jadi OB dikantor bokap gue sendiri. You never know that, karena yang lo pikirin cuman kebahagiaan lo. Hanya lo, lo, lo, dan lo," jelas Jazlan mengeluarkan semua unek-uneknya.

Dirinya tidak akan berbohong jika ia pernah mencintai Heavenhell, cinta pertamanya. Seseorang menyebarkan hoax mengenai dirinya berpacaran dengan Aretha, adik angkat Heavenhell membuat wanita di depannya ini menggila dan melakukan hal nekat.

"Maaf.. Hiks... Maaf..Lan... Maaf," raung Heavenhell kesakitan ketika melihat sorot mata terluka dari Jazlan. Ya Tuhan, apa yang sudah ia lakukan pada pria didepannya ini. Pria yang seharusnya sekarang sedang menikmati masa mudanya dengan indah malah harus berakhir dengan tragis.

Tubuh Heavenhell gemetar ketika mengingat semua kejahatan yang sudah ia lakukan pada Jazlan. Tidak heran kenapa suaminya ini membencinya karena ia sudah memberikan penderitaan luar biasa padanya.

"Sorry means nothing, now," kata Jazlan dingin sambil melepaskan jambakan rambut Heavenhell dan membuatnya sekali lagi tersungkur.

Jazlan tidak repot-repot untuk merasa kasian padanya. Pria itu memilih merapikan bajunya yang kusut, berkat usahanya ia berhasil menjadi manager di sebuah perusahaan kecil. Dengan gen pengusaha hebat yang diwariskan Ayahnya, ia bisa mencapai posisi ini, tidak seperti beberapa tahun lalu ia harus berpuas diri hanya menjadi OB dan sales atau terkadang menjadi pelayan di sebuah restoran. Yang dimana ia harus menebalkan wajahnya ketika bertemu dengan rekan bisnis keluarganya yang mengenalnya.

Heavenhell masih terisak dengan hebat diatas lantai, tidak menghiraukan kepalanya yang berdenyut kesakitan. Jazlan meliriknya sejenak lalu mengambil tas kerjanya di sofa. Langkahnya terhenti ketika matanya bersinggungan dengan sebuah foto diruang tamu. Foto USG bayi mereka yang berusia 3 bulan yang malangnya harus meregang nyawa karena keputusan bodoh Heavenhell.

Hanya foto ini satu-satunya yang ia punya untuk mengenangnya. Walaupun dia hadir dengan cara yang salah namun ia tetap suci, yang salah adalah dirinya dan Heavenhell. Jazlan mengusap foto itu dengan jarinya dan pandangannya melembut, mungkin jika berhasil lahir maka sekarang ia sudah masuk taman kanak-kanak.

Tapi takdir berkata lain, mungkin bayi itu tidak mau terlahir sebagai anak haram yang dicemooh makanya memilih untuk kembali kepada Tuhan. Hal yang entah harus disyukuri atau tidak oleh Jazlan.

Drrrt...

Drttt....

Dering ponsel Jazlan di sakunya. Pria itu mengerjapkan matanya sejenak lalu menghela nafas agar mengurangi rasa sakit yang menyiksa relung hatinya. Kemudian ia meraih ponselnya dan mengangkat telfon tersebut dengan raut wajah sumringah.

"Halo, sayang," sapa Jazlan hangat.

"Iya, Papa sekarang kesana. Tunggu yah," balas Jazlan sambil berjalan keluar rumah dan membanting pintu.

Kesunyian menemani Heavenhell yang masih terisak diatas lantai. Ia tidak perlu bertanya siapa yang menelfon suaminya karena pasti itu Melody, anak Aretha atau keponakannya. Aborsi di usia muda membuatnya kesulitan memiliki anak ditambah Jazlan tidak pernah menyentuhnya.

Melody kehilangan ayahnya karena kecelakaan pesawat sehingga Jazlan yang masih berduka karena kehilangan anak mereka menjadi prihatin dan memutuskan untuk menjadi figur Ayah bagi anak malang itu.

"Maaf.. Lan.. Maaf," bisik Heavenhell. Ia akan menghabiskan hidupnya untuk mengatakan hal tersebut walau itu tidak akan menghapus rasa sakit di hati Jazlan.

Dengan tertatih, Heavenhell merangkak kearah nakas tempat bingkai foto anak mereka berada. Tangannya yang gemetar meraih foto tersebut dan mendekapnya. Ini salahnya, Jazlan benar. Semuanya salahnya. Ia satu-satunya yang bersalah disini. Dan ia pantas untuk semua ini.

"Maaf... Maaf," isak Heavenhell ditengah keheningan rumah mereka yang sepi.

......................

Suara jangkrik terdengar merdu dimalam hari, menemani Heavenhell yang tengah menatap Jazlan tertidur di sampingnya. Matanya merekam dengan sempurna siluet wajah tenang Jazlan ketika tertidur. Hanya di saat seperti ini saja, Heavenhell bisa menatap suaminya dengan sepuasnya. Setiap hari Jazlan jarang pulang atau hanya pulang jika ia sedang mood melihat wajahnya.

Mata Heavenhell bergerak menatap jari manis Jazlan yang disana terdapat cincin perak yang melingkarinya dengan indah. Bukan, itu bukan cincin pernikahan mereka. Namun cincin pernikahan Jazlan dengan Aretha. Satu bulan lalu entah apa yang terjadi dengan Melody yang tiba-tiba meminta adik kepada Jazlan. Alasannya karena ia iri dengan teman-temannya yang memiliki saudara sementara dirinya tidak.

Gadis kecil itu bahkan sampai demam karena permintaannya tak kunjung dikabulkan membuat Jazlan tidak tega. Sehingga dengan impulsifnya ia melamar Aretha agar bisa memenuhi keinginan Melody. Jadilah Jazlan menikahi kakak beradik itu.

"Lan, aku cinta kamu. Selalu dan selamanya,"

bisik Heavenhell dengan sepelan mungkin agar tidak mengganggu tidur Jazlan.

Pasti Aretha yang menyuruh Jazlan pulang kesini karena sudah lama suaminya ini tidak pulang atau lebih tepatnya ia pergi berlibur dengan keluarga barunya. Heavenhell melihat potret kebersamaan mereka bertiga di sosmed, senyum Jazlan membuat Heavenhell seperti melihat sosok Jazlan dulunya yang masih sangat menikmati hidupnya sebagai anak konglomerat yang tampan nan keren.

......................

Garis dua.

Heavenhell membekap mulutnya tidak percaya saat ia melihat garis pada testpack tersebut. Hal ini sangat diluar ekspektasinya. Tangannya bahkan gemetar ketika memegang benda itu. Keisengannya yang berakhir dengan berita mengejutkan ini.

Awalnya Heavenhell merasa tidak enak badan belakangan ini. Ia pikir hanya kelelahan karena harus menyelesaikan novelnya yang akan dirilis beberapa bulan kedepan. Namun saat ia melihat testpack dikamar mandi, ia akhirnya iseng menggunakannya.

Setelah hampir 6 tahun, Heavenhell akhirnya bisa hamil lagi pasca ia melakukan aborsi saat kehamilan pertamanya dulu. Dokter memvonisnya susah hamil karena aborsi di usia muda membuat Jazlan sangat marah dan kecewa padanya.

Brak...

Tubuh Heavenhell terlonjak kaget ketika mendengar suara pintu kamar yang dibanting. Wanita itu menyimpan testpack tadi didalam kantongnya dan berjalan keluar untuk mengecek keadaan. Terlihat Jazlan tengah memasukkan beberapa pakaian kedalam koper dengan terburu-buru.

"Lan, kamu mau kemana?" tanya Heavenhell hati-hati. Wajah Jazlan terlihat tidak bersahabat walau memang hanya ekpresi itu yang selalu ditampilkannya.

Kegiatan pria itu terhenti sejenak lalu dengan perlahan ia membalikkan tubuhnya kearah Heavenhell. "Aretha lagi di rumah sakit," jawabnya sambil berjalan kearah Heavenhell.

"Oh, aku harap dia cepat sembuh," balas Heavenhell tegar. Hatinya terasa sesak ketika mengingat beberapa bulan lalu Aretha berhasil melahirkan anak pertamanya dengan Jazlan. Bayi laki-laki yang sangat mirip Jazlan. Hal itu meluluhkan hati keluarga Jazlan dan membuat pria itu diterima kembali karena telah memberikan mereka pewaris yang sesungguhnya. Bahkan posisi Jazlan dikembalikan seperti semula. Sesuatu yang sudah Heavenhell renggut.

"Keadaannya kritis, dia harus dapet pendonor ginjal secepatnya."

Heavenhell tidak bisa menahan rasa terkejutnya, tidak menyangka kondisi Aretha bisa se kronis itu pasca melahirkan. "Boleh aku jenguk dia?" tanya Heavenhell yang sudah siap jika Jazlan menolak.

"Boleh."

Mata Heavenhell membulat ketika mendengarkan jawaban Jazlan. Sedikit tidak menyangka kata itu meluncur dengan indah dari bibir Jazlan. Secercah senyum terbit diwajah Heavenhell. Ia berencana setelah menjenguk Aretha, dia akan melakukan pemeriksaan terhadap kehamilannya. Ia ingin mengecek apakah testpack tadi benar atau tidak.

"Makasih, sebentar aku siap-siap dulu." Heavenhell bergegas kearah lemarinya dan mengambil pakaian yang akan ia kenakan untuk menjenguk Aretha.

Walaupun wanita itu adalah madunya tapi ia tetap berterimakasih kepadanya karena telah memulihkan hidup Jazlan dan memberikan warna baru dihidupnya.

"Maaf," batin Jazlan ketika melihat Heavenhell yang antusias masuk kedalam kamar mandi untuk berganti pakaian.

Langkah kaki Jazlan dan Heavenhell menggema di koridor lantai teratas rumah sakit ini. Untuk pertama kalinya Jazlan mau berjalan bersamanya setelah sekian lama apalagi sekarang Heavenhell sedang mengandung anak mereka. Kebahagiaannya menjadi bertubi-tubi meskipun Jazlan belum mengetahuinya.

"Lan, kondisi Aretha kritis," kata seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik di usianya.

Heavenhell yang tadinya sibuk menatap fitur wajah Jazlan dari samping beralih menatap wajah wanita paruh baya itu yang notabene adalah ibu kandungnya alias Loreynzza Inara Xavellyn.

"Kritis? Tapi kata dokter tadi keadaan Aretha baik-baik aja," balas Jazlan tidak kalah khawatir. Koper yang dipegangnya tadi ia letakkan begitu saja diatas kursi tunggu didepan ruang rawat VVIP rumah sakit ini.

"Keadaan Aretha tiba-tiba collapse, apalagi dia lagi dalam masa nifas. Jadi kondisinya belum aman, kita harus cari pendonor secepatnya," ucap Loreynzza khawatir.

Heavenhell hanya diam menyaksikan percakapan mereka. Dalam hati ia merasa cemburu karena Aretha mendapatkan apa yang dia inginkan. Keluarga, Jazlan, dan anak. Semua hal yang menjadikannya wanita utuh seutuhnya.

"Aku lagi usahain, Ma. Ini aja anak buah aku lagi nyari ke segala penjuru negeri ini. Aku bakal ngomong sama dokter tentang hal ini," balas Jazlan mulai frustasi.

Ya Tuhan, putranya masih sangat kecil jika ia harus kehilangan ibu kandungnya.

"Mama, udah cek seluruh riwayat kesehatan keluarganya Aretha dan keluarga Mama. Hanya dua orang yang golongan darahnya cocok yakni Kakek Aretha atau Ayahnya Mama dan.." Loreynzza menggantungkan ucapannya.

"Dan siapa ma?" tanya Jazlan tidak sabaran.

Mata Loreynzza melirik kearah samping Jazlan tepat kearah Heavenhell. Kaki wanita paruh baya itupun melangkah ke arah Heavenhell.

"Ave, tolong donorkan ginjal kamu ke Aretha. Golongan darah kalian sama dan berpeluang berhasil. Kakek udah nggak ada. Kamu satu-satunya harapan kami," kata Loreynzza memegang kedua bahu Heavenhell.

"Ma, apa yang kamu katakan. Kamu udah gila?" seru seorang pria paruh baya dari arah belakang Loreynzza.

"Mas, ini yang terbaik. Aku nggak mau kehilangan Aretha," balas Loreynzza pada suaminya, Valdrin Alagar.

"Dengan mengorbankan anak kandung kamu, hah? Sebenarnya apa yang dipikiran kamu. Heavenhell anak kandung kamu, hidup dengan satu ginjal itu nggak mudah," balas Valdrin yang tidak habis pikir dengan jalan pikiran Loreynzza. Ia saja yang hanya Ayah tiri Heavenhell tidak akan tega melakukan itu.

"Aku tau tapi bayi Aretha, Melody, dan Jazlan butuh Aretha. Kamu nggak bisa tutup mata akan fakta itu dong."

"Jazlan kan udah bilang kalau dia bakal usaha cari ginjal buat Aretha. Jadi yaudah tunggu dan ikhtiar. Tidak seperti ini. Ingat Aretha cuman keponakan kamu yang kamu angkat jadi anak. Jadi jangan berlebihan."

"Maka dari itu aku nggak mau kehilangan dia, aku udah cukup kehilangan adik aku, Mas," teriak Loreynzza.

Tes!

Airmata jatuh dari kedua mata Heavenhell dan membentuk sebuah anak sungai kecil dikedua pipinya. Perkataan-perkataan Loreynzza sukses merobek-robek hatinya. Apakah setidak berharganya ia dimata Mamanya itu sehingga ia rela mengorbankan anak kandungnya demi Aretha? Apakah tidak sedikitpun Loreynzza memikirkan dirinya? Apakah Loreynzza akan menangis jika ia yang berada disana?

"Kamu mau kan, Ave?" tanya Loreynzza melemparkan tatapan mengancam kearah Heavenhell.

Tangan Heavenhell meremas erat ujung bajunya, merasa bimbang untuk menjawab. Sorot mata tajam Ibunya sudah memberikan clue padanya untuk menyetujuinya.

Tapi ia kemungkinan sedang hamil sekarang, hasil dari kecelakaan yang terjadi satu bulan lalu ketika Jazlan yang mungkin sedang bergairah namun tidak bisa melampiaskannya pada Aretha sehingga memilih dirinya. Walaupun setelah itu ia ditinggalkan bak pelacur habis pakai.

"Maaf, ma. Aku nggak bisa," jawab Heavenhell pelan membuat Loreynzza melemparkan tatapan tajam kearahnya.

"Denger kan, Ma. Heavenhell aja nggak mau, jadi stop bertingkah berlebihan seperti ini," celetuk Valdrin.

"Cih, itu nggak penting. Jazlan udah tandatangan surat persetujuan transplantasi dan Heavenhell juga."

Heavenhell sontak menatap Jazlan dengan pandangan nanar. Jadi karena ini suaminya itu baik padanya hari ini sebab dia berhasil menandatangani sebuah dokumen yang ia kira hanyalah dokumen biasa. Harusnya ia curiga dengan tingkah tidak biasa Jazlan padanya hari ini, tapi ketulusan cintanya menampik perasaan itu.

"Lan," panggil Heavenhell pelan pada Jazlan yang memalingkan wajahnya.

"Apa itu semua benar, Lan?" tanya Valdrin.

Jazlan menutup matanya sejenak sebelum mengangguk. "Aku sama anak-anak butuh Aretha, Pa. Dan ini jalan terakhir yang bakal aku tempuh demi kebahagiaan kami."

Deg!

Jantung Heavenhell seperti terjun bebas ketika mendengarkan kalimat Jazlan. Nyawanya serasa direnggut paksa saat mengetahui Jazlan lebih memilih menyelamatkan Aretha dengan mengorbankan dirinya.

Apa ini harga yang harus ia bayar demi menebus kesalahannya pada Jazlan? Tapi bagaimana dengan bayi mereka yang kemungkinan masih sebesar stroberi di rahimnya.

"Denger kan? Sekarang kamu harus ikut sama Mama. Kamu harus menjalani serangkaian medical checkup untuk proses transplantasi ginjal. Waktu Aretha nggak banyak." Loreynzza berusaha menggapai lengan tangan Heavenhell namun wanita itu menolak dengan mundur kebelakang.

"Aku nggak mau," balas Heavenhell sebelum berlari meninggalkan mereka. Ia harus menyelamatkan dirinya dan bayinya. Sekali ini saja ia akan bertingkah egois lagi bukan demi Jazlan tapi demi dirinya sendiri dan kebahagiaannya.

"Heavenhell mau kemana kamu hah? Jazlan tangkap dia. Jangan diam doang," seru Loreynzza.

Jazlan memberikan kode kepada anak buahnya untuk mengejar Heavenhell. Beberapa dari mereka termasuk Jazlan dan Loreynzza mengikuti langkah Heavenhell yang sangat cepat di depannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!