NovelToon NovelToon
Dimahkotai Mafia Dengan Cinta Dan Kekuatan

Dimahkotai Mafia Dengan Cinta Dan Kekuatan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Spiritual / Mafia / Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:698
Nilai: 5
Nama Author: Eireyynezkim

Hari yang seharusnya menjadi awal kebahagiaan Eireen justru berubah menjadi neraka. Dipelaminan, di depan semua mata, ia dicampakkan oleh pria yang selama ini ia dukung seorang jaksa yang dulu ia temani berjuang dari nol. Pengkhianatan itu datang bersama perempuan yang ia anggap kakak sendiri.

Eireen tidak hanya kehilangan cinta, tapi juga harga diri. Namun, dari kehancuran itu lahirlah tekad baru: ia akan membalas semua luka, dengan cara yang paling kejam dan elegan.

Takdir membawanya pada Xavion Leonard Alistair, pewaris keluarga mafia paling disegani.
Pria itu tidak percaya pada cinta, namun di balik tatapan tajamnya, ia melihat api balas dendam yang sama seperti milik Eireen.

Eireen mendekatinya dengan satu tujuan membuktikan bahwa dirinya tidak hanya bisa bangkit, tetapi juga dimahkotai lebih tinggi dari siapa pun yang pernah merendahkannya.
Namun semakin dalam ia terjerat, semakin sulit ia membedakan antara balas dendam, ambisi dan cinta.

Mampukah Eireen melewati ini semua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berprinsip

Eireen akhirnya sampai juga di markasnya. Mereka mengadakan pesta kecil, untuk menyambut kedatangan dan berkumpulnya tim mereka kembali, setelah krisis tidak terduga beberapa hari lalu.

Ya walau Eireen terkejut, melihat banyak makanan, yang diberikan oleh Ayah Xav. Bahkan, laki-laki itu juga mengganti rugi uang, atas macetnya arus khas, jasa kurir Dunia Gelap milik Kalan, karena penyelidikan seminggu terakhir.

Eireen jadi kepikiran dengan Xav. Ia pun membawa cangkir kopi, menuju ke teras samping yang menghadap laut, meninggalkan rekannya yang tengah berpesta di dalam.

'Dia pasti berhasil lolos, tapi, kenapa ya? Dia bersikeras, untuk melakukan yang dia mau sendiri? Padahal, kalau dia bawa pasukan, jelas akan lebih mudah menyelidiki apapun dengan aman. Belum lagi, dia masih masa pemulihan kan? Gila, atau memang mau bunuh diri dia?'

Seberapa keras ia pikirkan pun, Eireen tetap tidak paham dengan Xav.

Lantas, sadar-sadar, ia menggelengkan kepala.

'Bodoh, kenapa pula kau pikirkan laki-laki menyebalkan itu, hah?'

'Tidak-tidak, pasti aku hanya khawatir saja, kalau dia mati duluan, sebelum sempat menepati janjinya. Ehm, karena itu, aku kepikiran, bukan lainnya!' Gadis itu terus mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Namun, berapa kali pun ia cegah, pikirannya seolah penasaran sekali dengan Xav.

Sampai-sampai, ia melamun, dan baru sadar saat sebuah botol cola dingin menyentuh tangannya.

Ia menoleh, ternyata si Bos Kalan sudah berdiri di sampingnya. "Sejak kapan di sini, Bos?"

"Sejak kau melamun. Kenapa? Memikirkan sesuatu?" Si Bos Kalan menyeruput minuman cola, sambil menatap lautan di depan sana.

"Tidak. Memikirkan apa?" Eireen berkelit.

Bos Kalan tahu, ada yang disembunyikan oleh Eireen. Laki-laki itu sudah hafal benar, bagaimana mimik wajah, gadis yang sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri itu.

"Kudengar dari Dokter Nathan, kau sempat mengatakan tidak takut kepada Tuan Besar? Bahkan saat orangnya tahu? Benar itu?"

"Aku hanya bicara jujur saja. Ya walau, setelah melihat perlakuannya kepadaku, kalian, bahkan barang dan uang ganti rugi, kupikir, dia tidak seburuk yang kukira. Ya... masih layak untuk kuhormati dan takuti."

Bos Kalan tersenyum tipis. "Kau harusnya maklum, Eir. Terlepas dari jabatannya, sebagai Pendamping Kepala Keluarga Penguasa, Tuan Besar itu juga seorang ayah. Kalau tentang keselamatan putranya, dia akan lakukan apapun, termasuk berlaku seperti kemarin begitu."

"Ya-ya. Setidaknya, mereka masih memegang prinsip hidup mereka."

"Sejauh aku mengenal petinggi dari Keluarga Penguasa, memang begitu. Mereka akan sangat kejam, tapi, hanya kepada orang yang memang berbuat buruk pada mereka. Tapi kalau tidak, mereka rekan bisnis yang loyal dan bisa dipercaya."

"Bos pernah bicara dengan mereka semua? Petinggi dari tiga Keluarga Penguasa?"

"Pernah, sejak muda dulu. Kudengar, kau juga sempat berhadapan dengan Nyonya Navya?"

"Hah. Perempuan itu sangat mencurigaiku, Bos. Entahlah, katanya, mataku mengingatkannya kepada sesuatu. Lantas, kuda-kuda pertahananku, reflek gerakanku, seperti sudah terlatih dari kecil, makanya, dia semakin curiga saja, jika aku mendekati putranya, karena disuruh orang untuk mencelakai. Aneh kan? Padahal aku sendiri tidak ingat masa kecilku. Bahkan, semua bela diri, kupelajari darimu. Ya, kan?"

Bos Kalan tidak langsung menjawab. Laki-laki itu diam, membuat Eireen menoleh.

Saat ditatap, si Bos justru meminum colanya, menghabiskan sekali tenggak. "Argh... Sudahlah, jangan dipikirkan! Asal kita tidak melakukan seperti yang mereka curigakan, maka semuanya akan baik-baik saja."

Eireen masih menatap bosnya penuh tanya. "Tidak ada yang kau sembunyikan dariku, kan, Bos?"

"Apa? Bukannya kau... yang selalu suka menyembunyikan sesuatu dariku? Selalu seenaknya pula!"

Eireen jadi merasa bersalah, kalau ingat, hasil dari dia yang seenaknya, justru membuat susah semua orang.

"Sudahlah, aku mau istirahat. Besok, usaha ini harus mulai beroperasi lagi. Hah, pasti akan sibuk!" ucap si Bos sambil melakukan peregangan tangan, berjalan masuk ke dalam.

Eireen memanyunkan bibir. Ia pun menghilangkan semua kecurigaannya pada si Bos, meminum kopinya, sambil menikmati suara deburan ombak dan angin laut malam itu.

Lantas, teringat dengan Xav. Ia mengeluarkan telepon genggam dalam sakunya. Ia kirim alamat dan waktu resepsi pernikahan Aslan dan Zeya ke nomor yang disebut Xav di pesawat.

Terkirim, bahkan dibaca, tapi tidak dibalas. Eireen pun mengirim pesan lagi.

"Awas kalau kau tidak datang!"

Tidak dibaca, justru telepon dari Zeya yang masuk. Eireen menghembuskan napas, bersiap menghadapi kerumitan dengan pelakor yang telah merebut calon suaminya.

"Ehm? Ada apa?" tanya Eireen dengan nada malas.

"Akhirnya kau buka juga pesanku hah? Kupikir, kau takut sekali, membuka pesanku karena tidak akan bisa membawa siapa-siapa ke pesta mewahku."

Suara Zeya terdengar percaya diri sekali.

"Heh. Takut? Aku? Sorry lah, lihat saja, besok aku akan datang dengan kekasih baruku, yang jauh dari pada laki-laki peselingkuh yang menikahimu!"

"Hahahaha." Zeya tertawa di ujung sambungan telepon. "Mimpi kau, hah? Calon suamiku itu... sekarang ini bukan hanya jaksa, tapi juga calon hakim. Kau tahu? Calon hakim, mana ada yang lebih darinya? Mimpi kok ketinggian!"

"Hakim suap maksudnya? Astaga.... begitu saja bangga!"

"Kau jangan macam-macam ya! Mulutmu busukmu itu, suatu saat akan membuatmu mendekam di penjara. Kau tahu?!"

"Ya-ya, lakukan saja sesukamu. Yang jelas, besok, setelah tahu kekasihku, kupastikan, kau dan calon suamimu itu akan tunduk di kakiku!"

"Astaga... rupanya kau gila seminggu ini? Kok berkhayal segitunya sih? Setres ya, karena tidak ada yang mau denganmu? Atau... masih gamon karena Aslan lebih memilih menikahiku?"

"Cih. Aku justru membuangnya, dan kau dengan senang hati memungut sampah itu!"

"Sampah katamu? Aslan akan jadi hakim, kau dengar?!"

"Ya-ya, hakim atau apapun, dia akan tetap tunduk besok di kakiku. Bye!"

TUT... TUT.. TUT...!

Eireen mengakhiri panggilan tanpa aba-aba, membuat Zeya marah-marah di ujung telepon sana. "Dasar perempuan buangan!"

"Ada apa, Zeya? Kok mau menikah malah marah-marah?" tanya sang Ibu yang masuk ke kamarnya.

"Ini si Eireen, Bu. Masa' dia dengan percaya dirinya akan membuatku dan Aslan bertekuk lutut besok. Gila, kan?"

"Oh... mungkin karena dia belum tahu saja, kalau sekarang Aslan itu sudah jadi rekanan salah satu pejabat penting yang sedang naik daun. Makanya, dia masih berani bermulut besar. Besok, ibu yakin, dia akan mati kutu, setelah tahu pejabat itu ikut hadir di resepsi kalian!"

Zeya menganggukkan kepala mantap. "Ya. Aku pastikan, dia akan benar-benar malu besok itu. Beraninya bilang kekasih barunya lebih dari suamiku!"

"Itu pasti karangan Eireen saja, Zeya. Kekasih siapa? Paling juga dia membawa rekannya yang sesama sopir itu. Sudahlah, jangan dipikirkan, biar besok, kita bisa maksimal mempermalukan dia. Ok?"

Zeya dan Anabia sudah tidak sabar sekali akan mempermalukan Eireen, dengan berbagai cara, yang sudah mereka siapkan.

Sementara, Eireen sendiri masih dengan santainya termenung, melihat chat Xav, menunggu laki-laki itu membaca dan membalas pesannya.

Satu menit, dua menit, baru saat Eireen sudah akan menghubungi, pesannya terbaca.

Bahkan, ada balasan juga dari laki-laki itu.

"Langsung ketemu di tempat saja!"

Singkat, tapi Eireen sudah lompat-lompat kesenangan. "Yes... yes.. yes....! Aye.. Aye...!"

Jimmy dan Joey yang melihat dari dalam saling tatap. Mereka geleng-geleng kepala, karena gadis gila itu semakin gila saja sepertinya.

Eireen membalas pesan Xav setelah lelah merayakan kesenangannya.

"Ok, ketemu di sana. Jangan telat!"

Sayang, pesannya tidak terkirim. Eireen yang tadinya semringah pun jadi kesal lagi. 'Kenapa perasaanku tidak enak ya? Ck. Tidak mungkin kan, dia bohong? Ayahnya saja lumayan berprinsip, masa' dia tidak?'

Satu jam Eireen berpikir sambil menunggu balasan pesannya, tapi, nomor laki-laki itu tetap tidak aktif juga.

Di sisi lain, Xav tampak berjalan dengan ekspresi marah, meninggalkan sebuah bangunan, yang baru saja ia acak-acak untuk mencari targetnya.

Tangannya mengeluarkan sebuah alat pemantik api (lighter) dari saku celana.

Ibu jarinya yang juga terdapat bercak darah bergerak, hingga lighter itu apinya menyala.

Xav dengan tatapan mata dingin melihat ke depan, menjatuhkan begitu saja lighter ke rumput sintetis di bawah, agak ke belakang.

Dan seketika itu juga, api mulai merambat, mengikuti gas hingga menyambar bangunan di belakangnya.

Api berkobar, Xav tidak melihat ke belakang sama sekali. Ia masih terus berjalan, sedang dari dalam bangunan, suara riuh orang berteriak terdengar meminta tolong.

Laki-laki itu menaiki mobil, yang sempat ia ambil dari salah satu rumah persembunyian keluarganya di kota itu.

"Tolong...! Tolong...!"

Ia sama sekali tidak peduli dengan teriakan itu, justru memacu mobilnya tanpa menoleh sedikitpun.

Mengingat, bangunan itu, adalah markas, dari orang-orang, yang telah menyerangnya terakhir kali di pelabuhan. Tidak ada kata kasihan.

Xav selalu membalas lebih dari yang dilakukan orang padanya, sebagaimana, ayah dan ibunya mengajarkannya.

Tanpa bicara, tangannya aktif mengemudikan mobil itu, menuju ke tempat yang ia dapatkan setelah mengorek informasi dari orang-orang tadi.

Ia sungguhan tidak akan berhenti, sampai bisa menemukan perempuan, yang begitu ia benci dan ingin sekali dibunuhnya kini.

Keesokan harinya.

Eireen yang kesal bukan main. Nomor Xav tidak aktif juga. Ia sudah mulai gelisah. "Sial, jangan-jangan, dia sungguhan menipuku?"

"Ck. Lantas bagaimana aku datang ke resepsi? Argh!" Gadis itu mengacak-acak rambutnya sendiri. Padahal, ia sudah bicara begitu percaya diri kepada Zeya dengan akan datang kemarin.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!