Dunia Tati hancur, ketika suami yang sangat dia cintai, yang dia harapkan bisa menjaganya, melindunginya. Malah menjualnya ke pria lain. Sedang suaminya sendiri malah selingkuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 5
Sementara di malam yang sama, namun di tempat berbeda. Junet tengah asik berbagi peluh dengan wanita lain, tanpa rasa bersalah sedikit pun pada istrinya yang dengan sengaja ia serahkan kepada pemilik Town Happy, tempat ia berjudi.
"Aduh sayang, enak bangat. Terus lagi, lebih cepat lagi!" seru Junet dengan frustasi.
"Dasar payah, harusnya kau yang berada di atas! Kenapa jadi aku!" gerutu Monika dengan nafas ngos-ngoson.
Junet terkekeh senang, "Jangan mengeluh sayang! Harusnya kau berterima kasih aku beri kesempatan untuk memegang kendali."
Monika memukul bahu Junet dengan bibir mengerucut kesal.
Bugh.
"Ada harga yang harus kau bayar, Jun!" seru Monika dengan nada manja.
"Apa pun yang kau inginkan, kau akan dapatkan sayang!"
"Ahh terus sayang, lebih cepat lagi, aku mau ke luar nih!" imbuh Junet lagi, bak terbang ke awan. Ia begitu menikmati permainan wanitanya.
"Ini aku sudah cepat ihs! Jangan terus memerintah ku! Bantu aku Jun!" rengek Monika dengan manja.
Junet mengerang panjang, ia berhasil memuntahkan larvanya di dalam milik Monika. Sementara Monika, yang masih berada di atas pangkuan Junet, kini menyandarkan tubuhnya pada Junet.
"Akuh lelah!" seru Monika dengan nafas tersengal sengal.
Junet mengelus punggung polos Monika, "Wajar kau lelah, kita melakukannya lebih dari 3 ronde tanpa jeda. Kau hebat sayang!"
Monika menjarak duduknya, menatap nakal Junet, "Hebat siapa, aku atau istri mu, Jun?"
Bukannya langsung menjawab, tapi Junet mela hap dengan ra kus bibir Monika, mengabsen rongga mulutnya dengan lidahnya. Setelah puas, baru ia melepaskan pagutannya.
"Siapa lagi kalo bukan diri mu, sayang! Tati itu gak bisa bermain cantik seperti diri mu! Kau itu hebat, gak ada tandingannya saat berada di atas ranjang! Kau memuaskan ku!" seru Junet dengan bangga, menyeka bibir Monika yang ba sah dengan jempolnya.
Monika mengalungkan kedua tangannya di leher Junet, lalu mengerdikkan dagunya.
"Alasan apa yang akan kau berikan pada orang tua Tati, Jun? Jika tau putri nya kau serahkan pada pemilik Town Happy?" tanya Monika lagi, dengan manja.
Junet berseringai, 'Untung saja, aku sempat mengirim pesan ke mang Mamat lewat ponsel Tati sebelum meninggalkannya bersama dengan bos Brian.'
"Aku sudah pikirkan baik-baik, sayang! Mama mertua ku yang bodohnya sama dengan putrinya. Pasti gak akan banyak bertanya. Aku sudah membungkamnya dengan sebuah pesan ajaib." celetuk Junet.
Satu alis Monika terangkat, "Bagaimana jika mereka gak percaya dengan pesan ajaib yang kamu maksud itu, Jun?"
Junet tersenyum sinis, "Kedua tua bangka, bau tanah seperti mereka… pasti akan percaya pada ku, sayang! Seperti Tati, putrinya yang bodohh! Mudah untuk aku kelabui. Dan terbukti kan, sekarang wanita yang sok suci itu, pasti sudah naik ke atas ranjang bos Brian."
Junet beranjak dari duduknya, dengan membawa serta Monika dalam gendongannya.
"Singkirkan dulu senjata mu, Jun!" rengek Monika, masih merasakan ada yang menggan jal dalam miliknya.
"Sssttt! Aku mau lagi! Kita lanjut di kamar mandi!"
"Oke, tapi jawab dulu pertanyaan ku ini! Kenapa tidak kau lunasi hutang judi mu? Kau mampu kan untuk melunasinya dengan posisi mu yang sebagai suami dari Tati? Kau bahkan memegang kendali penuh atas perusahaan yang kalian miliki?" tanya Monika dengan tatapan ingin tahu.
"Aku sengaja tidak membayarnya, biar aku bisa melempar Tati jauh dari hidup ku! Karena jika aku yang menceraikannya, aku yang gak mendapat apa pun dari pernikahan." seru Junet dengan tatapan penuh kebencian.
Monika merajuk dengan tatapan sendu, "Aku pikir kau melakukan semua ini untuk ku! Untuk membalas sakit hati ku pada istri sah mu itu!"
Wusssss.
Air dari shower mengalir membasahi tubuh keduanya.
"Jangan ikutan bodohh, sayang! Aku melakukan semua ini jelas untuk mu! Mana rela aku melihat kekasih tersayang ku ditindas istri ku!"
"Kau memang pria ku yang bisa ku andalkan, Jun!" cicit Monika sebelum melanjutkan aktifitas gila keduanya kembali.
**
Sementara di luar hotel, tempat di mana Junet berada.
"Kamu yakin Junet berada di dalam, mang?" tanya Talita, wanita yang gak lagi muda itu menatap ragu sang supir pribadi putrinya.
"Yakin Nyonya besar!" jawab mang Mamat.
"Apa kamu sudah kasih tau Tati, jika suaminya cek in bersama dengan wanita lain?" timpal Temmy, ayah dari Tati yang gak lain suami dari Talita.
"Maaf Tuan besar, ponsel Nyonya Muda gak bisa di hubungi usai mengirimkan pesan pada saya." Mang Mamat memperliharkan isi pesan yang terakhir dikirim dari nomor Tati pada nya.
'Mang, tolong sampaikan pada papa dan mama. Aku mau berlibur, menikmati hidup. Jangan ganggu aku dan jangan cari aku. Kau harus patuh pada mas Junet ya, mang! Apa pun yang ia katakan, kamu harus percaya padanya!'
Temmy mengerutkan keningnya dalam, beberapa kali ia membaca ulang pesan itu. Mencermati kata tiap kata dalam kalimat yang cukup ganjal baginya.
"Jujur, aku tidak percaya jika ini Tati sendiri yang mengirimkannya pada mu, mang!" Temmy memperliahtkan keraguannya pada mang Mamat.
Mang Mamat mengerdikkan bahunya bingung, "Tapi itu beneran dari nomor Nyona Muda, Tuan besar!"
Sreek.
Talita merebut ponsel mang Mamat dari tangan sang suami. Netranya terfokus pada layar benda pipih itu dan membaca apa yang tertulis di sana.
Dari ponsel mang Mamat, Talita mencoba menghubungi nomor ponsel Tati.
"Nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif atau berada di luar area. Mohon hubungi lagi nanti."
"Nomor putri kita gak aktif, pah!" ujar Talita dengan tatapan khawatir, mendengar mbak operator yang menjawab sambungan teleponnya.
Temmy mengepalkan tangannya kesal, "Tunggu apa lagi, kalo beneran ada yang gak beres. Kuncinya hanya ada satu, Junet!"
Ketiganya masuk ke dalam hotel, menuju meja resepsionis.
"Selamat malam, ada yang bisa kami bantu, pak, bu!" sapa Lita, wanita yang berada di belakang meja resepsionis dengan ramah.
"Bisa tolong saya, mbak! Saya mencari menantu saya yang bernama Junet. Bisa tolong beri tahu saya, dia ada di kamar nomor berapa? Lantai berapa?" cecar Temmy dengan tegas.
"Maaf, pak! Pihak hotel harus menjaga privasi dari pengunjungnya. Kami tidak bisa memberi tahu bapak." seru Lita dengan ramah.
Talita hendak menjelaskan pada resepsionis, namun sayangnya seorang pria muda lebih dulu menyapa dirinya dan Temmy.
"Tapi mbak, tolong kami. Kami butuh kejelasan dari…"
"Om, tante! Kalian lagi di sini?" sapa Josep, pria dalam balutan jas itu tanpa ragu menyalami Talita dan Temmy.
"Kamu sedang apa di sini, nak?" tanya Talita.
"Lagi mampir, tante! Kebetulan ada berkas yang tertinggal di sini." jawab Josep dengan sopan.
Josep mengalihkan perhatiannya pada Lita, hal itu pun gak luput dari Temmy dan Talita.
"Ta, tolong minta seseorang untuk ambil berkasnya di ruang kerja saya ya! Map warna merah berkasnya, ada di atas meja." cerocos Josep.
"Baik pak, mohon tunggu sebentar!" sahut Lita, memberikan isyarat pada rekannya yang lain untuk langsung ke ruang kerja sang bos.
Baik Temmy dan Talita sama sama membola, namun sedetik kemudian ada rasa lega yang menyeruak. Seakan sementra tengah berpihak pada keduanya dengan memperlihatkan jalannya lewat Josep.
"Pak?" ucap Temmy dan Talita bersamaan, dengan netra yang saling pandang lalu keduanya menatap Josep penuh selidik.
Grap.
Temmy mencengkram erat lengan Josep, dengan netranya yang memohon.
"Tolong bantu om dan tante, Josep! Kami ingin tau di kamar berapa Junet sekarang berada!"
Josep menggaruk kepalanya bingung, "Ini ada apa ya tante, om? Kenapa kalian tanyakan Junet pada Jo?"
***
Bersambung…