NovelToon NovelToon
Reany

Reany

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Wanita Karir / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Aerishh Taher

Selama tujuh tahun, Reani mencintai Juna dalam diam...meski mereka sebenarnya sudah menikah.


Hubungan mereka disembunyikan rapi, seolah keberadaannya harus menjadi rahasia memalukan di mata dunia Juna.

Namun malam itu, di pesta ulang tahun Juna yang megah, Reani menyaksikan sesuatu yang mematahkan seluruh harapannya. Di panggung utama, di bawah cahaya gemerlap dan sorak tamu undangan, Juna berdiri dengan senyum yang paling tulus....untuk wanita lain.

Renata...
Cinta pertamanya juna
Dan di hadapan semua orang, Juna memperlakukan Renata seolah dialah satu-satunya yang layak berdiri di sampingnya.

Reani hanya bisa berdiri di antara keramaian, menyembunyikan air mata di balik senyum yang hancur.


Saat lampu pesta berkelip, ia membuat keputusan paling berani dalam hidupnya.

memutuskan tidak mencintai Juna lagi dan pergi.

Tapi siapa sangka, kepergiannya justru menjadi awal dari penyesalan panjang Juna... Bagaimana kelanjutan kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aerishh Taher, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5 : Pengacara dan Live Reani

Beberapa hari setelah kejadian di villa pribadi itu.

Reani berdiri di balkon mansion barunya—tempat yang ia beli setelah pulang dari pertengkaran memalukan dengan Juna dan Renata. Angin sore mengusap rambutnya, namun tak cukup dingin untuk memadamkan bara yang sejak hari itu terus menyala di dadanya.

Ponselnya bergetar.

Sebuah pesan masuk dari orang kepercayaannya.

“Mereka pulang lebih cepat dari rencana. Katanya, para staf di villa terlalu banyak melihat. Mereka terlihat gelisah. Dan… Renata dan Juna berencana menikah.”

Reani terdiam.

Hanya sedetik.

Lalu bibirnya terangkat, menciptakan senyum miring yang tidak bisa disebut manis.

“Ah… dasar jalang dan bajingan paling hina.” gumamnya pelan. “Tunggu saja… Aku akan membuat kalian menyesal. Semua.”

Ia tidak perlu berteriak.

Dendam bukan racun yang diminum panas-panas.

Ia menikmatinya perlahan, seperti anggur tua yang sudah ia simpan terlalu lama.

___

Pagi itu, Reani melangkah masuk ke gedung perusahaan yang selama ini ia bangun bersama Juna—lelaki yang ia cintai, percayai, dan pada akhirnya, khianati dirinya dengan cara paling menjijikkan.

Setiap karyawan yang melihatnya menunduk hormat. Aura Reani hari itu berbeda Reani jauh lebih tenang, dingin, dan berbahaya.

Tanpa mengetuk, ia membuka pintu ruang kerja Juna.

Masih kosong.

Tentu saja.

Mereka baru kembali dari “liburan” penuh dosa itu.

Mungkin sedang istirahat di apartemen Juna.

Mungkin sedang mempersiapkan pengumuman pertunangan.

Mungkin sedang saling berbisik tentang “masa depan”.

Reani tersenyum hambar.

Ia melangkah mendekati meja kerja Juna.

Jarinya menyusuri permukaan meja itu—meja tempat begitu banyak mimpi dan rencana mereka ditulis. Lalu ia melihatnya:

Dokumen proyek pembangunan resort bernilai triliunan.

Kebanggaan Juna.

Ambisi terbesarnya.

Reani langsung mengambilnya tanpa ragu.

Kertas-kertas itu ia selipkan perlahan ke dalam tas kulit hitamnya, seolah sedang memasukkan barang belanjaan, bukan masa depan seseorang.

Klik.

Tas tertutup.

Ia membalikkan badan, melangkah pergi tanpa tergesa.

Tidak perlu lari.

Kemenangan tidak pernah dicapai oleh orang yang terburu-buru.

Sebelum keluar dari ruangan, ia berhenti sejenak, menatap ruangan itu untuk terakhir kali.

“Aku akan menghancurkan segala yang kamu banggakan, Juna.” bisiknya, rendah dan nyaris seperti doa gelap.

“Tunggu dan lihat… apa saja yang bisa aku renggut darimu.”

Reani menutup pintu di belakangnya.

___

Keluar dari gedung perusahaan, Reani langsung menekan nama Arian S. di layar ponselnya.

Angin mengibaskan rambutnya, tapi tidak bisa meredam gemuruh di dalam dadanya.

Nada sambungan berdering.

Lalu terdengar suara berat yang sangat ia kenal.

“Akhirnya kamu menghubungiku, Rea. Setelah kamu memintaku menjauh bertahun-tahun.”

Reani menelan ludah. “Mas… aku—”

“Sudah.” Arian memotong pelan. “Aku nggak menyalahkanmu. Aku cuma heran… bagaimana anak bungsu keluarga Wijaya bisa berubah jadi wanita yang gila cinta?”

Reani menghentikan langkahnya—tajam, seperti ditusuk.

“Kamu memata-mataiku?” suaranya melengking rendah.

Tawa halus terdengar. “Untuk apa? Kamu terlalu terkenal untuk aku intip.

Nama kamu itu pusat gosip mereka—para ‘orang kaya’ yang dompetnya isinya recehan.”

“Arian!” Reani mendesis. “Aku tidak menghubungimu untuk mengungkit kebodohanku.”

Arian merespons cepat. “Lalu untuk apa?”

Reani menarik napas panjang, seperti menahan sesak.

Tatapannya menajam, berubah menjadi dingin seperti bilah logam.

“Aku mau kamu menggugat Juna. Atas dasar penipuan pernikahan.”

Sunyi beberapa detik.

Saat Arian bicara lagi, nada suaranya menegang.

“Rea… penipuan apa yang dia lakukan?”

Reani menggigit bibir, menahan getaran. “Dia buat buku nikah palsu. Aku baru tahu. Dia tidak pernah mencatatkan pernikahan kami.”

Suara Arian berubah gelap. Serius. Profesional.

“Kalau itu benar… Juna bisa dihukum pidana.”

Reani menoleh, terkejut. “P—pidana?”

Arian menjelaskan dengan nada tenang tetapi menghunjam.

“Pemalsuan akta nikah termasuk pemalsuan dokumen negara. Ada di Pasal 263 KUHP. Ancaman hukuman bisa sampai enam tahun penjara.

Dan jika dia sengaja membuatmu percaya bahwa kalian menikah… itu masuk penipuan berat.**

“Rea… kamu bukan hanya bisa membatalkan ‘pernikahan itu’.

Kamu bisa menjatuhkan dia.”

Reani terdiam.

Bukan karena takut.

Tapi karena akhirnya ia benar-benar punya tali untuk menjerat leher Juna.

Ia menarik napas pelan. “Aku akan kirim semua detailnya ke emailmu nanti.”

“Baik. Kalau sempat, temani aku makan siang? Sudah terlalu lama—”

“Tidak hari ini.” potong Reani tajam. “Mungkin lain kali. Aku punya urusan lebih penting. Ada anjingku… yang berani menggigit tuannya.”

Arian terdiam.

“…Anjing?”

Reani tidak menjawab.

Ia menutup telepon dan masuk ke mobilnya, wajahnya membeku oleh satu emosi.

"Hihihi... Tiba-tiba saja aku lebih bersemangat untuk memukuli mereka. Anjing-anjing tidak tau diri."

___

Mobil sport Lamborghini Aventador SVJ hitam pekat itu melaju mulus di jalan malam, lampu kota memantul di kap mobilnya seperti kilatan pisau.

Tangan Reani mengepal di setir.

Senyumnya… tipis. Bahaya.

Apartemen mewah tempat ia dan Juna dulu tinggal kini berdiri di hadapannya—tinggi, dingin, dan menyimpan terlalu banyak kenangan busuk.

Ia melangkah masuk lobi tanpa menoleh kanan-kiri.

Hak Stilettnya memantul keras di lantai marmer, memecah keheningan.

Saat pintu lift terbuka, Reani mengeluarkan ponsel.

Satu ketukan.

LIVE ON.

Wajahnya tersenyum getir ke kamera.

“Halo semuanya… hari ini aku mau kasih kejutan buat seseorang yang spesial. Aku pulang lebih cepat dari liburanku. Semoga dia senang…”

Suaranya bergetar lembut, seperti istri setia yang rindu.

Padahal dadanya dingin seperti baja.

Lift berdenting.

Lorong apartemen terbentang panjang.

Di dinding menggantung potret pernikahan mereka—Reani memakai gaun putih sederhana, Juna menggenggam tangannya erat.

Penonton Live langsung meledak.

[Kok ada foto nikahan?]

[Mereka sudah menikah??]

[OMG—apakah ini pasangan hidden marriage?]

Reani tidak tersenyum.

Tapi matanya… berkilat puas.

Ia menempelkan kode di pintu.

Bip.

Pintu terbuka.

Dan suara itu langsung menyambutnya.

Suara desahan. Rintihan.

Begitu vulgar, begitu nyata…

Begitu menjijikkan.

Kolom live langsung meledak seperti bom.

[ASTAGA ITU APA???]

[OH MY GOD SUAMI DIA SELINGKUH?!]

[REANI JANGAN MASUK!!]

[SAKIT BANGET JADI REANI]

[WAH TRENDING TOPIK PASTI INI,PANAS BANGET MAIN MEREKA]

Reani menutup mulutnya dengan tangan—pura-pura terkejut, pura-pura hancur.

“A-apakah aku… diselingkuhi oleh suamiku sendiri?”

“Di tahun ke tujuh pernikahan kami…?”

“Aku sudah menyembunyikan pernikahan kami dari publik… demi dia… tapi…”

Suaranya pecah.

Tapi senyum licik menyelinap di ujung bibirnya ketika ia mengarahkan kamera ponselnya ke arah kamar.

Tangan Reani mendorong daun pintu sedikit.

Cukup untuk kamera menangkap siluet dua tubuh di atas ranjang.

Renata—di atas.

Juna—di bawah.

Live menjerit serempak.

Reani jatuh berlutut, memegang dadanya dramatis—padahal tak ada satu pun air mata asli.

Lalu ia bangkit cepat.

Ponselnya ia sandarkan diam-diam di lantai, di dinding dekat pintu, kamera tetap mengarah ke dalam kamar.

Reani masuk.

Cepat.

Sunyi sesaat.

Lalu—

“KAU—”

Renata menoleh kaget, tangannya buru-buru menutupi tubuhnya.

“R-Reani?!”

Reani mencengkeram rambut Renata dan menariknya kasar dari Juna.

PLAQQ!!!

tamparan Reani terus berlangsung hingga kedua pipi Renata bengkak.

Jeritan Renata pecah di udara.

“Jalang murah! Berani sekali kau bergoyang diatas suami ku!”

Nafas Reani memburu. “Apa orang tuamu mengajarimu menjadi murahan seperti ini?!”

Renata terisak, menutupi wajahnya.

Juna meraih celananya, panik.

“Reani, hentikan! Lepaskan Renata!”

Reani menoleh dengan mata menyala sambil menghempaskan tubuh Renata yang tak berdaya.

“Dulu kau hanya mahasiswa miskin yang hidup dari beasiswa!”

Suara Reani bergetar penuh amarah yang ditekan.

“Aku mendukung dan membangun bisnismu! Lalu kau balas aku dengan ini?!”

Ia mendorong Juna, membuat lelaki itu mundur menabrak dinding.

Lalu memberi bogem mentah dengan kepalan tangan nya, cukup keras untuk menunjukkan kekejaman hati Reani.

“Berani sekali kau mengkhianatiku!”

Napas Reani hampir seperti tawa.

“Dasar pasangan hina!”

Juna dan Renata yang panik dan malu dengan keadaan tanpa sehelai benangpun akhirnya kabur ke kamar lain, dengan terbirit-birit.

Pintu kamar terbanting.

Reani berdiri di tengah ruangan…

sementara kamera di lantai merekam segalanya.

Ia menutup mulutnya, menahan tawa.

Tawa itu mengguncang bahunya, tapi tak ada suara keluar.

Penonton Live meledak, Juna dan Renata belum sadar bahwa mereka sedang dalam masalah besar yang mungkin jadi salah satu penyebab kehancuran mereka.

bersambung....

1
Noor hidayati
wah saingan juna ga kaleng kaleng
Noor hidayati
ayahnya juna tinggal diluar kota kan,waktu ayahnya meninggal juna balik kampung,ibunya juna itu tinggal dikampung juga atau dikota sama dengan juna,ibunya juna kok bisa ikut campur tentang perusahaan dan gayanya bak sosialita,aku kira ibunya juna tinggal dikampung dan hidup bersahaja
drpiupou: balik Lampung bukan kampung beneran kak, maksudnya kita kecil gitu.
ibunya Juna itu sok kaya kak 🤣
total 1 replies
Noor hidayati
mereka berdua,juna dan renata belum mendapatkan syok terapi,mungkin kalau juna sudah tahu reani anak konglomerat dia akan berbalik mengejar reani dan meninggalkan renata
drpiupou: bener kak
total 1 replies
Noor hidayati
lanjuuuuuuuut
Aulia
rekomended
drpiupou
🌹🕊️🕊️👍👍👍👍
Noor hidayati
apa rambut yang sudah disanggul bisa disibak kan thor🙏🙏
drpiupou: makasih reader, udah diperbaiki/Smile/
total 2 replies
Noor hidayati
juna berarti ga kenal keluarga reani
drpiupou: bener kak, nanti akan ada di eps selanjutnya.
total 2 replies
Noor hidayati
definisi orang tidak tahu diri banget,ditolong malah menggigit orang yang menolongnya,juna dan renata siap siap saja kehancuran sudah didepan mata
Noor hidayati
lanjuuuuuuut
Noor hidayati
kok belum up juga
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!