NovelToon NovelToon
Ketika Badai Bertemu Dengan Jenderal

Ketika Badai Bertemu Dengan Jenderal

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi / Cinta pada Pandangan Pertama / Reinkarnasi / Dokter Genius / Fantasi Wanita
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Storm adalah gadis bar-bar dengan kemampuan aneh—selalu gagal dalam ujian, tapi mampu menguasai apa pun hanya dengan sekali melihat.

Ketika meninggal pada tahun 2025, takdir membawanya hidup kembali di tubuh seorang narapidana pada tahun 1980. Tanpa sengaja, ia menyembuhkan kaki seorang jenderal kejam, Lucien Fang, yang kemudian menjadikannya dokter pribadi.

Storm yang tak pernah bisa dikendalikan kini berhadapan dengan pria yang mampu menaklukkannya hanya dengan satu tatapan.

Satu jiwa yang kembali dari kematian. Satu jenderal yang tak mengenal ampun. Ketika kekuatan dan cinta saling beradu, siapa yang akan menaklukkan siapa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

“T—tebas?” tanya pasien itu gemetar, langsung menutup “senjatanya” dengan kedua tangan.

“Kenapa takut? Saat bersenang-senang kau tidak takut. Setelah kena penyakit baru tahu rasa,” jawab Storm sambil mengambil pisau sayur dan mendekat.

“Tidak, Nona, jangan. Aku masih ingin punya anak,” kata pasien itu sambil merangkak dan bersembunyi di bawah ranjang.

“Nona, kau telah menakutinya. Biasanya kalau Tuan bertemu pasien dengan keluhan seperti ini, beliau hanya memberi obat saja. Tidak perlu disunat,” ujar Nic, mencoba menenangkan suasana sambil menaruh cangkir tehnya di meja.

“Cieh, suka bermain wanita, tapi jadi pengecut saat mau diobati,” ejek Storm sambil menatap si pasien yang masih bersembunyi.

“Caramu tidak biasa, Nona. Simpan pisaumu. Mana resepnya? Berikan saja padanya!” desak Nic, mulai tidak sabar melihat tingkah Storm.

“Tuan, tenanglah. Kau aman. Tidak perlu melakukan apa-apa, hanya perlu minum obat,” kata Nic lagi menenangkan pasien.

Setelah dibujuk oleh Nic, pasien itu perlahan keluar dari bawah ranjang dan menahan napas sembari memasang celana kembali.

“Ambil obatnya di depan!” kata Storm sambil menyerahkan resep kepada pria itu.

Pasien itu menerima resep, lalu membacanya. Matanya membelalak dan wajahnya langsung pucat.

“A-apa?” tanya pasien itu panik.

“Ada apa, Tuan?” Nic bertanya cepat.

“Nona, bukankah bukan masalah besar? Kenapa malah menyuruh minum obat ini?” tanya pasien itu kepada Storm, suaranya bergetar.

Nic segera mengambil resep itu dari tangannya dan melirik tajam ke arah Storm. “Kenapa kau nulis resep seperti ini?” tanyanya heran.

“Nona, obat yang kau berikan ini adalah untuk membuat senjatanya tidak ereksi dan tidur terus,” kata Nic dengan nada tercengang.

“A-apa? Tidak mungkin, aku pasti salah menulis lagi. Obat yang ingin aku berikan adalah untuk mengurangi pembengkakan dan infeksi,” jawab Storm panik, matanya menatap tinta resep seakan mencari kesalahan.

"Nona, tujuan tuan memintaku menemanimu di saat memeriksa pasien, adalah supaya aku bisa periksa ulang resep yang kau tulis. Biar aku saja yang tulis nama obatnya. Katakan saja nama obatnya!" kata Nic.

***

Beberapa saat kemudian, Storm dan Nic sedang menuju ke suatu tempat.

“Nona, apa kau yakin tidak ingin ke rumah sakit? Tuan pasti mengamuk lagi. Soalnya, Tuan Xi pasti sedang menunggumu,” kata Nic sambil menyetir dengan wajah serius.

“Biarkan saja. Aku sengaja ingin membuat Tuan Xi kecewa agar dia menolak perjodohan ini. Ini sudah zaman apa, bukan era 80-an, kenapa masih harus melakukan perjodohan?” jawab Storm santai, duduk sambil melipat tangan.

“Nona, ikat sabuk pengamannya. Kenapa kau selalu saja meremehkan nyawamu,” ujar Nic dengan nada kesal.

“Di sini sepi dan tidak ada kendaraan lain,” jawab Storm cuek, lalu mengeluarkan ponselnya dan mulai menonton drama.

“Nona, apa kau tidak bosan menonton drama era 80-an? Drama itu sudah sering kau tonton,” tanya Nic sambil melirik sekilas.

“Drama ini diangkat dari kisah nyata. Seorang Jenderal, Lucien Fang, yang kejam dan dingin, tapi dia pahlawan negara. Ia meninggal demi tanah airnya. Bukankah patut dihormati? Aku suka menonton drama ini karena beliau. Berdarah dingin dan tampan. Auranya sangat menakutkan,” jawab Storm dengan mata berbinar.

“Sayang sekali kau dilahirkan di tahun 2025. Andaikan kau lahir di tahun 1980, mungkin kau bisa bertemu dengannya. Dan aku yakin, kau tidak akan seperti sekarang—punya kepala tapi tidak berisi,” sindir Nic.

“Kau mengejekku lagi!” ujar Storm sambil melirik tajam ke arah Nic.

Namun sebelum Nic sempat membalas, tiba-tiba sebuah van melaju kencang dari arah samping dan menabrak keras sisi tempat duduk Storm.

“AAHHHH!!” teriak Storm dan Nic bersamaan.

Mobil mereka terpental ke sisi jalan, berputar beberapa kali di udara sebelum menghantam pagar pembatas. Nic kehilangan kendali, dan dalam kekacauan itu, mobil mereka menyerempet mobil mewah lain yang melaju dari arah berlawanan.

Suara benturan logam beradu terdengar keras.

BRAKK!!!

Asap putih tebal mulai keluar dari kap mesin kedua mobil yang kini terbalik di tengah jalan besar itu.

Udara dipenuhi bau bensin dan asap terbakar. Dari kejauhan.

Mobil mewah yang tertabrak ternyata milik Tuan Xi.

Storm terlempar keluar sejauh beberapa meter. Tubuhnya menghantam keras ke tanah berdebu sebelum terkapar tanpa gerakan.

Sementara itu, Nic berusaha merangkak keluar dari mobil yang sudah ringsek dengan kaca berhamburan di sekelilingnya. Kepalanya berdarah, napasnya tersengal, namun ia tetap memaksakan diri untuk bangkit.

“Nona…,” seru Nic dengan suara serak penuh rasa sakit.

Pandangan matanya buram karena darah yang mengalir dari pelipis, namun begitu melihat Storm tergeletak tak jauh darinya, ia langsung menyeret tubuhnya ke arah gadis itu.

Tuan Xi dan sopirnya juga tampak tak sadarkan diri di dalam mobil mereka yang rusak parah di sisi jalan. Tempat itu begitu sepi, hanya suara angin dan desis asap dari mesin yang terbakar pelan. Tidak ada siapa pun yang bisa menolong mereka.

Van yang menjadi penyebab kecelakaan juga remuk di bagian depan. Sopirnya, dengan tangan gemetar dan wajah penuh luka, berusaha menghubungi bantuan lewat ponselnya.

“Nona!” seru Nic lagi, suaranya gemetar dan penuh kepanikan. Ia berlutut di samping Storm yang wajah dan kepalanya berlumuran darah.

“Cepat bangun, jangan bercanda lagi!” seru Nic, suaranya pecah saat ia menggenggam tangan Storm yang dingin. “Aku berjanji padamu, aku tidak akan mengejekmu lagi. Kalau kau mati, siapa yang akan menemaniku dan menggangguku setiap hari? Sebenarnya aku sudah menganggapmu sebagai adikku. Makanya aku sering melindungimu dan memarahimu!”

Tangisan Nic pecah di tengah sunyi, menyatu dengan suara angin yang membawa aroma bensin dan darah.

Asap mulai menutupi pandangan Nic. Suaranya yang memanggil “Nona!” semakin jauh... semakin samar... hingga semuanya menjadi gelap.

Tak ada lagi rasa sakit, hanya hening yang menelan seluruh dunia.

---

Ketika Storm membuka mata, Ia menatap sekeliling. Dinding batu. Jeruji besi. Kasur jerami.

Tangannya diangkat—namun yang ia lihat bukan tangan mungilnya, melainkan tangan penuh bekas luka dan kasar seperti pernah digigit rantai.

“Di… mana aku?” gumamnya lemah.

“Bukankah aku bersama Nic? Kenapa aku berada di penjara dan mengenakan pakaian narapidana seperti zaman dulu?” gumam Storm dengan wajah bingung.

Matanya berkeliling ke seisi ruangan sempit itu — dindingnya terbuat dari batu kusam, lantainya berdebu, dan di pojok ruangan hanya ada jerami kering yang tampak seperti tempat tidur darurat. Bau lembap bercampur anyir membuat perutnya mual.

Storm menatap kedua tangannya yang kini tampak lebih kasar dan penuh luka. “Aku… reinkarnasi ke tubuh orang lain? Narapidana?” katanya dengan suara gemetar, masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat dan rasakan.

Ia berusaha berdiri, tapi rantai besi yang melingkar di pergelangan kakinya berbunyi nyaring, membuatnya semakin panik. “Woi! Kenapa aku malah menjadi narapidana?!” serunya keras sambil menendang jerami di bawah kakinya. “Selama ini aku sering menimbulkan masalah, tapi bukan berarti aku pantas dikurung di tempat yang penuh rumput kering begini! Apa kalian mengira aku adalah ayam betina yang mau bertelur?!”

Storm menatap langit-langit kusam yang retak, wajahnya merah padam karena marah. “Narapidana jahanam....." geramnya, tak tahu apakah ia sedang mengutuk tubuh barunya atau takdir yang menempatkannya di sana.

1
merry
🤣🤣🤣🤣🤣 sakit perut kuu 🤣🤣🤣🤣 nic cck dgnn stromm 🤣🤣🤣🤣🤣 rame tu rumhhh dh gede ajj rusuh gmnn wktu mrk. kcil yaa
Rizky prasetyor862@gmail.com
munkin kah lucie fang reinkarnasi nya tuan xi ya thor
Inez Putri
bagus lanjut thour
Lina Hibanika
tapi rese juga ni jenderal nya😑
Lina Hibanika
alias waria 😂😂😂
Etty Rohaeti
lanjut
Wahyu Ningsih
sakit perut saya karena ketawa aja
Lina Hibanika
sama sama asal ceplos aja klo ngomong 😂
🍁𝐘𝐖❣️💋🅃🅁🄸🄿🄻🄴'🅁👻ᴸᴷ
Ini yg nama ny, Jodoh mesti yg Setara 🔥🔥🔥
Lina Hibanika
percayalah storm punya kemampuan khusus
Jessica Xie
halo thor ini kan bab yg judulnya gadis milik raja macau koq malah ke judul ini thor
Pikachu: Eh, maaf kak. slh up rupanya🙏🙏🙏.terima kasih pemberitahuannya🙏🙏
total 1 replies
Lina Hibanika
walaupun terusir tapi si mimi pasti akan selalu balas dendam
Lina Hibanika
klo dia bukan Strom trus menurutmu dia siapa Mimi?
tapilu
kenapa part nya diulang
Pikachu: Maaf,kak. salah upload🙏🙏🙏
total 1 replies
Lina Hibanika
waduh 😱 semoga ga kejadian deh storm kenapa napa
Lina Hibanika
siapa sih si mimi ini ngelunjak banget jadi anak angkat juga
Lina Hibanika
hahahaha,, kenapa pantatnya yang diarah storm 🤣
Lina Hibanika
mulai penasaran rupanya sang jenderal 😅
Lina Hibanika
hahahahaha 🤣🤣🤣
Lina Hibanika
biar tambah semangat updatenya ya thor 💪🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!