Fahira Azalwa, seorang gadis cantik yang harus menelan pahitnya kehidupan. Ia berstatus yatim piatu dan tumbuh besar di sebuah pesantren milik sahabat ayahnya.
Selama lima tahun menikah, Fahira belum juga dikaruniai keturunan. Sementara itu, ibu mertua dan adik iparnya yang terkenal bermulut pedas terus menekan dan menyindirnya soal keturunan.
Suaminya, yang sangat mencintainya, tak pernah menuruti keinginan Fahira untuk berpoligami. Namun, tekanan dan hinaan yang terus ia terima membuat Fahira merasa tersiksa batin di rumah mertuanya.
Bagaimana akhir kisah rumah tangga Fahira?
Akankah suaminya menuruti keinginannya untuk berpoligami?
Yuk, simak kisah selengkapnya di novel Rela Di Madu
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 5
Zidan yang mendengar bahwa Viola bisa menemani dirinya asal mau membayarnya mahal, akhirnya Zidan memutuskan untuk membawa Viola ke sebuah rumah makan ternama langganannya.
Zidan lalu mengajak Viola masuk ke rumah makan tersebut dan duduk berhadapan, memesan dua gelas kopi juga sepiring camilan goreng.
"Kenapa Anda membawaku kemari? Bukankah Anda akan membayarku mahal untuk tidur bersamaku di Hotel?" Viola mengajukan beberapa pertanyaan karena baru pertama kali ada pria yang membawanya ke sebuah rumah makan.
Zidan yang mendengar pertanyaan Viola hanya tersenyum miring. Saat Zidan mengajak Viola pergi, dia tak mengatakan bahwa dirinya ingin ditemani tidur olehnya, tapi hanya ingin suatu rencana yang sudah direncanakan sejak kemarin.
"Ya, sesuai janjiku. Aku akan membayarmu mahal dengan menemaniku minum kopi di sini," kata Zidan sambil tersenyum.
"Jadi, kau membayarku mahal hanya untuk menemanimu di sini? Apa kau tahu tarifku per jam jika tidur?" Viola bertanya dengan nada tak percaya, bahwa dirinya hanya dibawa untuk menemani minum kopi.
"Kenapa? Apa kau tidak percaya aku akan membayarmu sesuai dengan tarifmu?" tanya Zidan lalu bersandar dan bersedekap dada.
Zidan lalu memandangi wajah Viola. Zidan tidak menyangka, seorang wanita yang masih sangat muda dan berparas cantik, terdengar sangat miris jika harus masuk ke jurang dunia malam.
"Tentu saja aku tidak percaya. Bagiku semua pria itu sama saja, tidak ada yang berbeda," sahut Viola. "Jadi kau hanya ingin menemaniku untuk minum kopi, aku tidak bisa. Dan ini hanya buang-buang waktu," sambung Viola dengan sedikit kesal.
"Jika aku membayarmu untuk selamanya, apa kau masih tidak percaya?"
Viola yang baru melangkah akan pergi, terhenti seketika. Dia yang tidak mengerti dengan pertanyaan Zidan berbalik kembali menatap Zidan yang masih duduk bersedekap dada, tersenyum padanya.
"Maksudmu? Kau mau menjadikanku simpananmu?" tanya Viola.
Zidan yang mendengar pertanyaan Viola terkekeh kecil.
"Aku tidak akan menjadikanmu seorang simpanan. Tapi untuk aku jadikan istri, itu pun kalau istriku mengijinkannya."
Viola terkejut bukan main setelah mendengar jawaban dari Zidan. Tidak mungkin ada seorang pria yang mau menjadikan wanita malam sebagai istrinya.
"Kau akan menjadikanku istrimu?" tanya Viola lagi masih dengan ekspresi tidak percaya.
"Ya, aku ingin kau menjadi istriku. Tapi sebelum itu, aku akan menjelaskan padamu, kenapa aku ingin menikahimu."
"Apa kau sedang mabuk? Hei, aku ini wanita malam. Apa kau yakin akan menjadikan aku istrimu?" tanya Viola lagi masih ragu dengan pria yang ada di hadapannya itu.
"Ya! Aku yakin!"
Zidan mulai hilang arah. Kepergian Fahira yang mendesak dirinya harus mencari wanita agar bisa mempunyai keturunan, membuat dirinya semakin tertekan.
Fahira mengatakan dirinya tidak mau bersamanya lagi jika Zidan tidak mau menikahi wanita lain. Fahira tidak ingin lagi dirinya dikatai dengan buruk oleh Ibu mertuanya. Jadi dia menekan Zidan menyuruhnya untuk menikahi wanita lain, meskipun wanita itu Salwa yang dijodohkan oleh Ibunya.
"Hei, sekali lagi aku bertanya. Apa kau tahu siapa aku? Aku beragama non-muslim, dan dari cara berpakaianmu, kau adalah seorang muslim. Kita tidak mungkin untuk menikah."
Viola kembali duduk karena pembahasan dengan Zidan mulai serius.
"Dengar! Tidak ada wanita apalagi seorang istri yang mau dimadu. Kau jangan mengada-ngada. Kau pasti sedang mabuk. Lebih baik sekarang aku pulang, buang-buang waktu saja," sambungnya.
Saat Viola akan kembali berdiri, Zidan kembali menahannya karena masih banyak yang harus dibicarakan.
"Tunggu! Jangan pergi dulu, aku belum selesai bicara."
"Apalagi, Tuan Zidan? Waktumu membawaku sudah lebih dari satu jam, otomatis tarifnya semakin bertambah. Kau tahu itu?" Viola kembali kesal karena Zidan masih terus menahannya.
"Jangan banyak bicara, aku akan membayarmu dua puluh juta untuk malam ini. Dan sekarang kau duduk dan dengar penjelasanku agar kau mengerti kenapa aku mau menikahimu."
Viola akhirnya menurut. Dia kembali meletakkan tasnya di atas meja. Mendengar jumlah yang akan dibayar oleh Zidan padanya membuat Viola tak bisa lagi menolak perintahnya.
"Waah, aku tidak bisa bermain-main dengannya. Rupanya dia orang kaya. Lebih baik aku mendengar dulu apa tujuan dia padaku," kata Viola dalam hati.
Zidan akhirnya menjelaskan semuanya pada wanita yang ada di hadapannya itu. Dia juga menceritakan tentang istri tercintanya, Fahira. Bahkan, dia juga memberitahu tentang Ibunya yang selalu menekan Fahira di rumahnya. Tidak ada yang dirahasiakan oleh Zidan. Dia juga butuh teman untuk bercerita. Dia tidak bisa hidup tanpa istrinya, jadi dia terpaksa menuruti kemauannya.
"Cih, lemah lembut sekali istrimu itu. Harusnya dia melawan jika sudah ditindas begitu!" Viola yang mendengar cerita Zidan ikut kesal saat dia menjelaskan tentang istrinya.
"Baiklah, aku akan menerima tawaranmu itu. Kapan kita akan menikah?" tanya Viola akhirnya.
"Aku akan bicara dulu dengan istriku. Jika dia setuju, maka aku langsung menghubungimu."
"Jika dia tidak setuju, bagaimana?" tanya Viola lagi.
"Jika dia tidak setuju, maka aku akan membuatnya setuju. Daripada aku harus menikahi sepupuku, lebih baik aku menikahimu."
Viola yang mendengar ucapan Zidan seketika tersipu. Belum ada seorang pria pun yang dengan serius memilihnya sebagai istri.
"Mana nomor ponsel dan rekeningmu? Aku akan mentransfer tarifmu untuk malam ini karena kau sudah bersedia menikah denganku," sambung Zidan.
Viola memberikan nomor ponsel dan nomor rekening miliknya. Zidan tak lupa juga memberikan kartu nama miliknya pada wanita itu. Setelah obrolan mereka selesai, Zidan memilih untuk mengantar wanita itu lebih dulu ke rumah kos yang ia sewa.
Tak berselang lama, Zidan telah sampai di depan kos milik Viola. Setelah turun dari mobil, Viola kemudian menunduk untuk mengucapkan terima kasih pada Zidan yang sudah baik hati mau mengantarnya.
"Terima kasih, Tuan Zidan, sudah mau mengantarku. Jika membutuhkan teman ngobrol, kabari aku. Aku pasti datang," ucap Viola tersenyum.
"Oke, sama-sama. Aku permisi. Selamat malam."
"Oke, selamat malam, bye..."
Viola melambaikan tangannya saat mobil Zidan berjalan. Kini Zidan dapat bernapas lega. Satu langkah lagi, dia akan berhasil dengan rencananya. Dia harus meyakinkan Fahira dulu dengan rencananya itu. Viola sudah setuju sesuai perjanjian yang disepakati mereka berdua. Hanya meyakinkan Fahira adalah jalan satu-satunya untuk rencana yang sudah dia pikirkan sejak kemarin.
Sampainya di rumah, Zidan terkejut saat yang membuka pintu adalah Najwa. Harusnya jam tengah malam seperti ini dia sudah tidur di kamarnya bersama Eva, tapi justru malah membukakan pintu untuknya.
"Najwa, kau belum tidur?" tanya Zidan saat melihatnya di depan pintu.
"Aku terbangun, ini kan sudah waktunya salat malam, Kak."
Seketika Zidan langsung melihat arloji di tangan kirinya. Ternyata benar, ini sudah jam dua pagi. Sudah waktunya salat tahajud bagi Najwa yang lulusan Kairo.
"Ooh, aku pikir kau disuruh Ibu untuk menungguku. Lain kali tidak perlu menungguku. Aku kan membawa kunci cadangan, jadi bisa masuk meski di dalam rumah sudah tidur."
Hal itu hanya diangguki oleh najwa dengan senyum simpul di bibirnya. Zidan akhirnya masuk ke kamarnya, tak menghiraukan Najwa yang masih berdiri di depan pintu.
Kira-kira apa yang direncanakan Zidan dengan Viola? Jangan lewatkan kisah tentang Fahira dengan Zidan, ya...
tapi sayangnya semua sudah di lihat Fahira
dan Fahira inilah resikonya mau di madu pasti sakit dan sangat sakit
dan ku harap kamu sedikit tehas ke ubu mertuamu jangan terlalu lemah dan psrah gotu aja
udah ngehadapin dua istri
tiba di rumah ibumu udah ngadepin ibu dan adikmu juga nikmati hidupmu ya zidan pasti bnyk drama nya
gak di madu hati dan pisik sakit
di madu malah tambah sakit