Aziya terbangun di tubuh gadis cupu setelah di khianati kekasihnya.
Untuk kembali ke raganya. Aziya mempunyai misi menyelesaikan dendam tubuh yang di tempatinya.
Aziya pikir tidak akan sulit, ternyata banyak rahasia yang selama ini tidak di ketahuinya terkuak.
Mampukah Aziya membalaskan dendam tubuh ini dan kembali ke raga aslinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lailararista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melawan
Aziya berdiri di pintu kantin sambil memandang keseluruh penjuru kantin. Semua meja sudah terisi penuh, ia melirik satu meja paling pojok hanya di isi seorang pria, itu lebih baik dari pada dia tidak dapat tempat duduk.
Aziya mulai berjalan, semua tatapan tertuju padanya tapi ia tidak peduli. Aziya menatap sekilas ke meja dimana ada Evan kakaknya dan juga pacar Azira? Aziya tau semua teman kakaknya. Mereka semua juga ikut tertawa melihat Azira ditindas banyak orang. Tapi kalau Gabriel? Ia sama sekali tidak mengingat. Atau sedikit penglihatan tentang Gabriel pun tidak ada.
Aziya melewati meja itu. Ia memutar bola matanya malas saat Azura merentang kan kakinya ke jalan yang hendak ia lewati. Apakah dia bisa berpikir mempermalukan Aziya? Mimpi saja!
"Aahh!"
Aziya tersenyum miring melihat Azura yang meringis mengadu kesakitan saat dengan santai Aziya menginjak kaki Azura. Siapa suruh menghalangi jalannya.
Senjata makan tuan kan? Dia pikir Aziya tidak tau niatnya? Niat mencelakai Aziya tapi dia yang kesakitan duluan.
"Kamu kenapa?"ucap khawatir Evan. Sedangkan Aziya hanya menatap datar mereka berdua dengan tangan yang diletakkan diatas dada.
"Kaki aku diinjek Zira kak..."Azura menangis mengusap kakinya yang terasa sangat sakit. Lebay! Padahal Aziya menginjaknya pelan. Iya pelan, tapi menggunakan sepatu hak tinggi.
Aziya menaikan sebelah alisnya saat Evan menatapnya tajam. Dengan kasar Evan berdiri dan mencengkeram lengan Aziya kasar. Aziya tidak meringis sedikitpun, ia masih tetap diposisi sambil menatap acuh Evan yang jelas sangat marah kepadanya.
"Kenapa Lo injek kaki Zura haa!"
"Oh itu kaki ya? gue pikir sampah."ucapnya santai membuat siapa saja yang mendengar nya menganga tak percaya. Azira? Sejak kapan berani melawan?
Evan menggeram,"Sampah? Azura saudara Lo!"
Aziya memutar bola matanya malas, mau makan saja banyak drama.
"Lo liat kaki adek gue!"Aziya menatap kaki Azura yang memang memerah. Diinjak pelan saja sudah kayak begitu. Apalagi kalau Aziya mengeluarkan semua kekuatannya, mungkin sudah penyet tu kaki
"Terus gue harus bilang wow gitu? Wow!"
"Pfftt..." Sebagian teman Evan menahan tawanya melihat ekspresi Aziya yang lucu, di tambah ekspresi datarnya saat mengatakan wow. Salah satu dari mereka menatap Aziya dengan pandangan sulit diartikan.
"Lo!"
"Diem! Dari pada lo banyak bacot, lebih baik obatin kaki adek kesayangan Lo itu. Kalau gak, nanti infeksi terus di amputasi."ucap Aziya dan berlalu keluar dari kantin. Mood makan nya sudah hilang sekarang.
Evan yang mendapatkan perlakuan seperti itu mengepalkan tangannya menahan amarah. Ia masih tidak menyangka Azira berani melawan, ini bukan Azira yang ia kenal dulu. Jelas dia seperti memiliki kepribadian ganda, tapi tidak mungkin.
...~ Transmigrasi Aziya ~...
Karena sudah tidak nafsu untuk makan, Aziya memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi sekolah. Menghafal setiap tempat yang dia lewati.
Aziya mendudukkan dirinya di kursi taman. Taman itu sepi, hanya ada dirinya. Tapi dia lebih suka suana seperti ini, tenang. Aziya menghirup udara segar, dia merasa tidak asing dengan tempat ini, apa Azira sering ke sini?
Aziya terkejut saat seseorang duduk disebelahnya. Aziya menghela nafas,' lagi-lagi dia.'
"Lo ngapain di sini?"
"Bawa makanan buat kamu."
Gabriel, pemuda itu menaruh nampan berisi makanan ke atas pahanya. Dia mengambil piring berisi nasi goreng dengan telur mata sapi setengah matang.
"Gue nggak laper." Aziya menutup mulutnya dengan tangan di saat Gabriel ingin menyuapinya.
"Makan!" Titah Gabriel, Aziya menggelang.
Gabriel terdiam sebentar, lalu pemuda itu tersenyum miring. "Kamu makan atau aku suapi pake mulut."
Aziya terbelalak kaget, setelah itu menormalkan kembali ekspresinya. Jangan kira dia takut dengan ancaman lelaki itu. Kalau dia berani macam-macam, Aziya tinggal mengeluarkan ilmu bela dirinya.
"Gak mau!" Aziya menekan setiap katanya.
"Oke," Gabriel mengangguk lalu memasukkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya. Dia mencengkeram rahang Aziya pelan, tangan yang satunya menahan kedua tangan Aziya ketika dia ingin memberontak.
Bibir ke duanya bertemu, Gabriel mulai mendorong masuk makanan itu ke dalam mulut Aziya. Gabriel menjauhkan wajahnya saat telah berhasil melakukannya.
Apa ini? Kenapa Aziya sama sekali tidak bisa melawan? Pemuda ini memiliki tenaga beribu kali lipat lebih besar dari tenaga nya. Ia pikir dengan mudah Aziya bisa menghajar tapi cengkraman nya sangatlah kuat.
Aziya menetralkan nafasnya, mengusap bibirnya jijik. Selama dia hidup tidak ada yang berani menyentuhnya. Gino, lelaki itu bahkan tidak pernah menyentuhnya hanya berpegangan tangan tidak lebih.
Gabriel yang baru dia kenal, ralat mungkin Azira yang mengenalnya lebih dulu. Berani-beraninya melakukan ini padanya! Walaupun tubuh ini milik Azira, selama dia yang menempati, raga ini menjadi miliknya sampai dia kembali ke raga aslinya.
"Aku gak pernah main-main sama kata-kataku, sayang." Bisik serak Gabriel.
Aziya menatap tajam Gabriel, bukannya takut tetapi malah terlihat lucu, ya Azira selalu terlihat lucu di matanya.
"Aku memang tampan."
Aziya membuang mukanya,"Gak usah kepedean!"
Gabriel tertawa kecil," gak usah malu, akui aja aku memang tampan."
Aziya memutar bola matanya malas mendengar ucapan Gabriel. Sok tampan! Tapi memang tampan.
Aziya merebut sendok dan piring ketika Gabriel hendak menyuapinya lagi."Gue bisa sendiri."
Aziya tidak ingin mengambil resiko jika Gabriel melakukan hal yang lebih gila dari ini. Menurut Aziya, Gabriel ini tipe cowok pemaksa yang keinginannya harus di turuti dan dia juga nekat. Contohnya saja dia nekat menyelinap ke kamar Azira, padahal di luar banyak bodyguard yang berjaga tetapi tidak ketahuan.
"Udah?" Tanya Gabriel saat Aziya menyerahkan piring yang hanya tersisa telur.
Aziya mengangguk lalu meminum air yang di sodorkan Gabriel.
"Kok telurnya gak di habisin?"
"Gak suka."
"Gak suka?" Tanya Gabriel memastikan.
"Iya."
"Kenapa gak suka?"
Aziya mendengus," Gue gak suka telur setengah matang, puas?"
Gabriel mengernyit, bukanya itu kesukaan Azira? Ia sengaja memesan telur setengah matang karena Azira menyukainya di banding matang sempurna. Apa hilang ingatan bisa mengubah kebiasaan seseorang?
Gabriel menyadari banyak yang berubah dari Azira semenjak dia masuk rumah sakit. Awalnya dia memaklumi karena kekasihnya itu hilang ingatan. Tapi semakin lama Azira semakin berbeda, seperti bukan dirinya?
Aziya berdiri,"Dah lah, gue mau balik ke kelas aja. Bye!"
Gabriel menarik tangan Aziya hingga dia terduduk kembali. Baru saja ingin protes, Aziya menahan nafasnya di saat Gabriel mendekatkan wajahnya. Gabriel memeluk Aziya, ia menghirup wangi strawberry di leher Aziya, sepertinya akan menjadi kesukaannya.
Wajah Gabriel menelusuri leher jenjang Azira. Aziya merasakan hembusan nafas Gabriel, membuatnya merinding. Gabriel mengecup pelan lehernya. Aziya melotot, dia berniat mendorong Gabriel tetapi tidak jadi ketika melihat siluet seseorang.
Seseorang itu menatap mereka dengan pandangan terluka namun tersirat kebencian untuk Aziya. Aziya mengerti sekarang, ternyata dia menyukai lelaki yang berada di pelukannya ini. Aziya tersenyum miring, dia mendapatkan satu pion untuk menghancurkannya.
Gadis yang dari tadi mengintip Gabriel dan Aziya pun pergi dengan tangan terkepal. Tatapan benci ia layangkan pada Aziya sebelum pergi.
Melihat itu, Aziya lantas mendorong lelaki itu dengan sepenuh tenaga tapi anehnya Gabriel hanya terdorong sedikit. Aziya bangkit, membenahi seragamnya dan pergi dari sana tanpa mengucapkan apapun.
Gabriel tersenyum kecil, gadisnya sangat lucu bukan.
Ah Gabriel jadi tambah cinta...