NovelToon NovelToon
Pengantin Brutal

Pengantin Brutal

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Nikahmuda
Popularitas:15.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kim elly

Kayla terkenal sebagai ratu gelud di sekolah-cewek tempramen, berani, dan udah langganan ruang BK. Axel? Ketua geng motor paling tengil sejagat raya, sok cool, tapi bolak-balik bikin ortunya dipanggil guru.
Masalahnya, Kayla dan Axel nggak pernah akur. Tiap ketemu, selalu ribut.
Sampai suatu hari... orang tua mereka-yang ternyata sahabatan-bikin keputusan gila: mereka harus menikah.
Kayla: "APA??! Gue mending tawuran sama satu sekolahan daripada nikah sama dia!!"
Axel: "Sama. Gue lebih milih mogok motor di tengah jalan daripada hidup seatap sama lo."
Tapi, pernikahan tetap berjalan.
Dan dari situlah, dimulainya perang baru-perang rumah tangga antara pengantin paling brutal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim elly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 29

Kayla berdiri di depan kaca lemari, berputar-putar sambil mengenakan baju barunya. Ia berlenggak-lenggok, memerhatikan dirinya sendiri dari berbagai sudut. Senyum tipis terukir di wajahnya.

"Pengen meja make up, ikh..." gumamnya sambil menghela napas, matanya menelusuri kamar yang masih kosong. "Pindah aja gitu, nyaman juga di sini, ngga sumpek."

Ia lalu melepas baju barunya dengan gerakan malas, meletakkannya begitu saja di atas kasur.

Dengan tanktop putih tipis dan short hitam, Kayla menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur empuk.

"Akh, nyaman banget..." ucapnya, sambil membuka ponselnya.

Notifikasi masuk dari grup.

"Kay, jam berapa?" tanya Anya.

"Katanya sore," balas Kayla sambil mengetik santai.

"Jam ber?" timpal Laras.

"4 mungkin?" sahut Kayla lagi.

"Iya jam segituan," balas Salsa.

Suara ketukan terdengar di depan apartemen. Kayla melirik malas. "Akh, ada si Axel ini..." gumamnya, menguap sambil terus scroll video. Tak lama, suara bising terdengar lalu hening.

Dengan rasa penasaran, Kayla bangkit perlahan, mengintip keluar kamar. Mesin cuci sudah berdiri manis di depan kamar mandi. Matanya berbinar.

Ia pun mencoba menyalakannya, memasukkan pakaian kotor dengan semangat.

Setelah itu, ia berjalan ke dapur, membuka kulkas, dan menenggak air dingin langsung dari botol.

Saat itulah pintu apartemen terbuka, Axel masuk. Pandangannya langsung terpaku pada Kayla yang berdiri dengan tanktop ketat, tubuhnya siluet jelas di bawah cahaya lampu dapur.

Axel melongo, jantungnya berdegup tak karuan. Ia menelan ludah.

Kayla menoleh cuek. "Lo dari mana?" tanyanya datar.

"Buang kardus mesin cuci, ditaro di sini makan tempat," jawab Axel cepat sambil menjatuhkan dirinya ke sofa, berusaha menutupi rasa gugupnya.

Kayla masih berdiri di depan mini bar, memutar botol di tangannya. "Baru jam 1. Kalo gue tidur, keburu ngga?" tanyanya, setengah melamun.

"Keburu kali. Bangunnya jam 3 aja," ucap Axel, pura-pura sibuk memainkan ponselnya agar tidak terus menatap Kayla.

"Ya udah, gue tidur dulu ya." Kayla berjalan menuju kamar, bahunya terangkat malas.

"Hmm..." hanya itu yang keluar dari mulut Axel.

Anjir, mulus banget... batinnya, menahan diri.

Kayla pun terlelap siang itu.

Pukul 3, suara teriakan membuyarkan mimpinya.

"Bangun woy!" teriak Axel dari pintu kamar.

Kayla menggeliat, menarik selimut. "Ikh, apaan sih... masih ngantuk, Axel," ucapnya manja, matanya masih terpejam.

"Udah jam 3," jawab Axel singkat.

"Hmm... bentar lagi, akh..."

"Nanti ditinggal yang lain, loh, Kay," Axel mengingatkan.

"Ngga akan," balas Kayla ketus.

Axel menghela napas panjang, menyerah, lalu meninggalkannya.

Beberapa menit kemudian, Kayla bangkit juga. Ia berdandan, mengenakan baju dan sepatu pemberian Axel. Saat keluar apartemen, Axel sudah menunggu dengan motor menyala.

"Udah?" tanya Axel.

"Iya," jawab Kayla sambil membetulkan helmnya.

Motor pun melaju kencang. Kayla spontan memukul bahu Axel. "Pelan-pelan, bego! Lo bukan pembalap!"

"Ngga enakeun atuh pelan mah," sahut Axel santai.

"Lo udah celaka, mau mampus jangan bawa gue!" Kayla berteriak kesal.

Axel terkekeh. "Dih, mending meluk gue biar gue nyaman bawanya."

"Dih, ogah! Itu mah maunya lo!" Kayla mendelik dari belakang.

Axel mengangkat bahu. "Terserah lo. Ngga nyaman kalo gitu mah, lo pegel sendiri."

Kayla mendengus. "Ya kalo terpaksa gue nanti peluk lo."

Axel hanya tersenyum sinis, merasa menang dalam hati.

Mereka menepi, menghampiri rombongan lain.

"Mau jajan dulu?" tawar Axel.

"Nanti aja, deh, di sana," jawab Kayla singkat.

"Ok."

Kayla menoleh ke sekeliling. "Anya mana ya..." gumamnya.

Tak lama, Niko dan Tania datang. Kayla sekilas melirik, lalu kembali fokus ke ponselnya, pura-pura tak peduli. Tak lama, Putra dan Salsa pun tiba. Kayla langsung berlari kecil, memeluk Salsa erat.

"Sa, naik mobil aja ya," bisik Putra pelan.

"Ngga mau akh, mau naik motor," protes Salsa.

"Sa, berabe loh," desak Putra lagi.

Salsa merengut. Kayla segera ikut menengahi. "Sa, nurut aja deh. Lagian kalo ada jalan jelek gimana? Belum nanjak, Sa..." ucapnya tegas.

Salsa akhirnya menyerah. "Iya deh..."

"Gue beli makanan dulu," ucap Anya.

"Gue ikut," sambung Kayla.

"Ikut juga," celetuk Salsa.

"Lah, gue ditinggal!" protes Laras, ikut berlari ke dalam mini market.

Mereka membeli banyak makanan. Kayla sampai terbahak. "Istighfar, woy! Ini tengah bulan!"

"Haha, iya iya!" Laras juga ngakak.

Salsa mendekat, berbisik. "Kay, lo dikasih duit sama si Axel?"

"Iya, dari bokapnya. Kenapa emang?" sahut Kayla santai.

"Tar deh gue cerita," jawab Salsa penuh rahasia.

"Ok," Kayla mengangguk penasaran.

Usai belanja, rombongan bersiap berangkat lagi. Jalanan panjang membuat Kayla mulai lelah.

Tanpa sadar, tangannya melingkar di pinggang Axel, kepalanya bertumpu di bahu lelaki itu.

Axel tersenyum sinis, puas. Akhirnya pegal juga lo... batinnya.

Suara Kayla terdengar lembut, napasnya hangat di leher Axel. "Kita sewa vila, Xel..."

Axel menelan ludah, menahan reaksi. "Iya."

"Satu vila apa satu kamar?" tanya Kayla, suaranya nyaris berbisik.

"Vila, deh. Kasian temen lo," jawab Axel cepat, meski wajahnya panas.

"Ada duitnya?" Kayla masih menempel erat.

"Ada, tenang aja."

"Ok." Kayla mengeratkan pelukannya, kali ini karena udara dingin pegunungan yang mulai menusuk. Namun di balik dingin itu, ada sesuatu yang mulai hangat-tak hanya di tubuhnya, tapi juga di hatinya.

"Pegel, ikh..." keluh Kayla sambil mengangkat kedua tangannya, lalu merebahkan tubuhnya di kasur empuk villa.

"Tiduran aja," jawab Axel cuek, tanpa menoleh. Nada suaranya datar, seolah tak mau peduli.

Kayla menoleh cepat, wajahnya masam. "Axel... ini buat kita aja kan?" tanyanya pelan, matanya menatap Axel penuh was-was.

"Iya. Kenapa?" balas Axel sambil menaikkan alis, pura-pura heran.

Kayla langsung manyun. "Gue nggak mau, ah, kalau satu ruangan sama mantan lo," ucapnya sambil memeluk bantal, pura-pura kesal tapi jelas ada rasa takut di balik suaranya.

Axel mendengus pelan. "Lah, siapa juga yang mau masukin dia?kenapa?lo cemburu ya?" nada suaranya terdengar jengkel.

"Nggak,dih siapa tau aja lo masih suka sama dia. Kasian kan kalau dia tidur di tenda." Kayla melipat tangannya di dada, cemberut semakin dalam.

"Ngga lah! Biarin aja dia sama si Niko," Axel menjawab dengan nada tinggi, jelas kesal. Namun sesaat kemudian, senyum nakal melintas di wajahnya. Ia mendekat ke Kayla, menundukkan kepala hingga wajah mereka hanya sejengkal.

"Kan kita mau bulan madu..." bisiknya lirih, penuh godaan.

"Ikh! Nggak ah, nggak mau!" Kayla langsung menutup dada dengan bantal, wajahnya merah padam. Degup jantungnya berpacu, antara marah, takut, dan... sesuatu yang lain.

"Dosa lo," ucap Axel singkat, lalu melangkah pergi, meninggalkan Kayla yang kini menggigit bibirnya sendiri.

Kayla menghela napas panjang. Hatinya berkecamuk, takut sekaligus ada getaran aneh yang sulit ia pahami.

"Kay, lo tidur?" suara Anya terdengar dari luar.

"Ngga, rebahan doang!" balas Kayla cepat.

"Di luar yuk, pada bikin api unggun tuh!" teriak Anya dari ruang tengah.

"Ok!" jawab Kayla. Ia segera membuka pintu, mengenakan topi rajut, lalu melangkah keluar.

Begitu sampai di dekat Axel, Kayla mendekatkan mulutnya ke telinga Axel. Bisikannya menusuk, "Mabok, gue hajar lo."

Axel menoleh dengan tatapan malas. "Kenapa emangnya?"

"Gue laporin Bu Ami," bisik Kayla, nadanya ketus.

Axel mendengus kesal. "Lo bawa-bawa orang tua mulu."

"Tujuan kita nikah biar gue jagain lo, lo jagain gue. Kalau omongan gue kagak mempan, gue bilangin emak lo!" Kayla menatap tajam, wajahnya serius.

"Iya, iya... dikit aja, biar anget," gumam Axel dengan alis berkerut.

Mereka pun duduk melingkar di depan api unggun. Nyala api berkeretak, menerangi wajah mereka semua.

Tania duduk tak jauh dari Axel, matanya tak pernah lepas memandangi lelaki itu dengan tatapan menggoda.

Axel seolah paham, langsung meraih Kayla dan memeluknya erat dari belakang.

"Ikh! Lo ngapain?!" Kayla terlonjak kaget.

"Diem, ok?" ucap Axel, nada suaranya terdengar setengah mengancam.

"Lo gila ya? Nyuri kesempatan banget!" bisik Kayla ketus, wajahnya kaku.

Axel mendekatkan hidungnya ke leher Kayla, menghirup aromanya. "Lo wangi banget," ucapnya pelan, membuat Kayla makin kaku.

"Banyak orang anjir!" Kayla menelan ludah, jantungnya berdegup kencang tak karuan.

"Biarin... kalau berdua, nggak bakal bisa kayak gini." Axel terkekeh kecil, penuh kemenangan.

"Anjing lo, Xel..." bisik Kayla, pipinya memanas.

Tania yang melihat kemesraan itu langsung memalingkan wajah, jelas cemburu.

"Lo udah makan, Xel?" Kayla berusaha mengalihkan suasana.

"Belum." Axel menaruh dagunya di bahu Kayla, masih tak mau melepasnya.

"Makan dulu yuk. Lo nanti rese kalau gue udah tidur," ucap Kayla dengan nada lembut, hampir seperti rayuan.

"Ya udah, ayok," jawab Axel sambil menggenggam tangan Kayla.

"Dih!" Kayla meliriknya, terkejut sekaligus bingung.

"Anya, gue makan dulu ya!" seru Kayla.

"Eh, gue ikut, bego!" sahut Anya cepat. Laras dan Salsa pun ikut bergabung.

Mereka makan bersama,usai makan Kayla masuk ke villa bersama teman-temannya, sementara Axel tetap bersama rombongan.

"Sa, mau ngomong apa tadi?" tanya Kayla begitu mereka duduk santai.

"Gue nggak pernah dikasih duit, Kay. Kesel gue," keluh Salsa, matanya berkaca-kaca.

"Lah, si Putra kan belum kerja, oon," sahut Laras.

"Iya gue ngerti... tapi orang tuanya juga gitu, jutex banget sama gue," jawab Salsa, suaranya tercekat menahan tangis.

Kayla menghela napas panjang. "Mending lo pisah daripada tinggal sama mertua."

"Kalau pisah, buat bayar kosannya mana, Kay? Gue mau jajan aja susah," ucap Salsa, mulai menangis.

"Suruh si Putra kerja lah!" Anya nyeletuk kesal.

"Nyesel gue nikah..." isak Salsa, air matanya tumpah.

"Lah, malah nangis," celetuk Anya.

"Udah, udah, jangan gitu Anya," Kayla menenangkan. "Mending lo di rumah lo aja, Sa, daripada ngebatin. Kasian anak lo."

"Tapi gue takut Putra nggak mau ke rumah, Kay," ucap Salsa, suaranya kecil.

"Kalau dia sayang lo, dia pasti nyamperin," Kayla tersenyum tipis, mencoba menenangkan.

"Kalau nggak sayang?"

"Buang," celetuk Laras sambil ngakak.

"Dih, si bego! Temen lagi sedih juga," Kayla mendelik. "Dia pasti datang kok."

"Datang pas maunya doang," Anya ngakak.

"Gila lo, anjing!" Kayla ikut tertawa, suasana sedikit mencair.

"Bagi rokok dong, udah lama gue nggak ngerokok," ucap Kayla sambil terkekeh.

"Nih," Anya menyerahkan rokok.

Kayla melangkah keluar villa, menyalakan rokok, dan berdiri di balkon. Matanya menatap rombongan Axel yang asyik minum miras sambil bernyanyi. Namun ia tak melihat Axel di sana.

"Kemana dia?" gumam Kayla sambil menghembuskan asap.

Ponselnya menunjukkan pukul 22.30. Kayla tetap berdiri di balkon, menunggu. Hingga jam 23.00, Axel belum juga muncul.

Ia pun menelpon. "Lo dimana?" tanyanya tegas.

"Kumpul," jawab Axel singkat.

"Dimana bego? Gue di luar nyari lo, nggak ada." Suaranya meninggi.

"Emang lo peduli?" jawab Axel datar.

Kayla terdiam. Ada rasa perih yang menjalar.

"Jadi lo ajak gue ke sini biar lo bisa sama si Tania itu?!" nada suaranya meninggi, penuh emosi.

"Nggak."

"Ok. Gue balik."

"Jangan, udah malam, bego."

"Lo dimana, anjing?!"

"Liat gue ke depan. Dari tadi gue di sini, tolol," jawab Axel sambil melambaikan tangan.

Kayla terkesiap, wajahnya merah karena malu sendiri. "Bego banget gue panik," gumamnya.

"Kenapa lo cemburu sama Tania?" Axel terkekeh puas.

"Najis," Kayla mendesis, menutup telepon, lalu masuk ke dalam villa.

Udara dingin semakin menusuk, tapi entah kenapa hatinya terasa lebih hangat... sekaligus kacau.

Bersambung...

Kasih author semangat dong caranya

#vote

#komen

#like

Makasih udah baca cerita ku 🥰🥰

1
Wida_Ast Jcy
lama lama juga dekat gak jauh lagi🤭🤭🤭🤭
Wida_Ast Jcy
dia suka gue kali. kenapa lu cemburu hah🤣🤣🤣
Wida_Ast Jcy
sama pacar gue don tanya lagi lu🤭
rokhatii
haha semoga nggak pura pura lagi nanti romantis romantisnya
rokhatii
nurut banget xel🤭🤭
sunflow
wah mulai modus terselubung
sunflow
minat xel? DM ya
sunflow
berpelukan.... 🤭🤭
mama Al
orang mau bulan madu malah di ajak
mama Al
cemburu itu namanya
mama Al
Kdrt verbal
Rahma Rain
suami nya lagi cemburu tuh🤭🤭😂
Rahma Rain
emosi tapi di buat juga ya Kayla 🤭🤭
Mutia Kim🍑
Lewat mulu di tiktok nih😭🤣
kim elly: 🤣🤣🤣ini ngakak parah pas nulis
total 1 replies
Mutia Kim🍑
Cekcok mulu dah😭
🌹Widianingsih,💐♥️
dah lah kawin pura-pura aja.
jangan sentuhan
🌹Widianingsih,💐♥️
ini orang tua pada nggak ngerti perasaan anak. Ahh....egois semua !
kim elly: penjelasan nya ada di season 2 axel curhat sama anak nya 🤭🤭
total 1 replies
sunflow
cuman 1 macam kug
rokhatii
dosa lah kay
rokhatii
pasti tujuannya buat panas"in seseorang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!