Alya terpaksa menggantikan Putri yang menghilang di hari pernikahan nya dengan putra dari konglomerat keluarga besar Danayaksa. Pebisnis yang di segani di dunia bisnis. Pernikahan yang mengantarkan Alya ke dalam Lika - liku kehidupan sebenarnya. Mulai dari kesepakatan untuk bertahan dalam pernikahan mereka, wanita yang ada di masa lalu suami nya, hingga keluarga Devan yang tidak bisa menerima Alya sebagai istri Devan. Mampukah Alya melewatinya? Dengan besarnya rasa cinta dari Devan yang menguatkan Alya untuk bertahan mengarungi semua rintangan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecupan Dikening
****
" ..Obat nya sudah datang. Aku ambil dulu ya ke bawah." Ucap Devan.
Sekali lagi Devan mengusap lembut rambut Alya sebelum keluar dari sana.
Alya jadi bingung sendiri. Dia mengusap kepala nya sendiri sambil bertanya - tanya. Kenapa suami nya itu suka sekali mengusap rambut nya yang kini tidak pernah lagi tertutup hijab karena sedang di rumah.
Padahal dia sudah memiliki niat untuk bertemu Naomi dan ingin bertanya tentang keluarga mertuanya itu. Setidaknya dia harus memiliki amunisi untuk mengenal mereka dulu sebelum mereka kembali menyerangnya.
Ah, dia juga ingin mengetahui tentang mantan-mantan kekasih suaminya itu, mengingat kemarin Mama mertuanya membawa seorang wanita tanpa dikenalkan padanya. Alya berpikir mungkin itu salah satu mantan Devan, dan mungkin mama mertuanya itu ingin menjodohkan Devan dengan salah satu mantannya.
Tidak berapa lama Devan datang dengan plastik obat di tangannya. Pria itu terlihat membuka dan membaca intruksi yang ada lalu mengambil satu demi satu obat yang ada sebelum memberikannya pada Alya dengan segelas air.
" Kamu bisa langsung meminumnya atau perlu aku hancurkan dulu?" Tanya Devan begitu perhatian.
" Aku bisa langsung meminumnya Mas. Terima kasih." Jawab Alya langsung menelan obat yang terdiri dari empat macam itu satu demi satu.
" Mas ... Bisa tolong ambilkan tab ku? Aku belum mengirim email untuk izin hari ini."
Devan langsung beranjak menuju meja yang ada di pojok kamar itu.
Devan menyerahkannya sambil terus memperhatikan Alya, wajah wanita itu terlihat lebih baik sekarang.
" Istirahat lah. Aku ada di luar, jika kamu membutuhkan sesuatu panggil saja. Pintu tidak aku tutup ya." Ucap Devan lalu beranjak dari sana.
Alya hanya mengangguk.
" Mas... Lihatkan aku sudah lebih baik. Tidak apa-apa jika kamu mau ke kantor." Ucap Alya sekali lagi mencoba bernegosiasi dengan Devan yang tidak mau meninggalkannya.
Devan yang mendengar itu terkekeh, tidak menjawab pertanyaan Alya justru membantu Alya untuk kembali berbaring. Dia menyelimuti Alya dan sekali lagi mengusap lembut puncak kepala Alya.
" Istirahatlah. Tidak perlu memikirkan apapun." Ucap Devan, tanpa diduga mengecup kening Alya, lalu beranjak dari sana setelah membuat jantung Alya berdegup kencang dengan ciuman di kening yang dilakukan oleh suaminya itu.
" Kenapa dia melakukannya?" Batin Alya menyentuh keningnya yang dikecup oleh Devan.
Degupan jantung Alya terus meningkat karena tindakan Devan barusan. Jika begini bukan hanya demam yang dia rasakan, dia takut terkena serangan jantung atau serangan tiba-tiba suaminya itu.
Devan tetap bekerja dari rumah. Pria itu duduk di ruang tamu, fokus mengikuti meeting secara online karena dia tidak bisa datang ke kantor hari ini.
*
*
*
Setelah melakukan meeting online selama 2 jam, Devan pun mengakhiri meetingnya. Saat itu juga dia mendengar ponselnya berdering. Mamanya yang menelpon.
" Kamu kenapa tidak ke kantor hari ini, Devan?"
" Alya sakit ma. Aku tidak bisa meninggalkannya."
Terdengar decakan kesal dari sana, membuat Devan menahan nafasnya. Mamanya tipe orang yang keras dan apa yang diinginkan harus terpenuhi. Namun kali ini Devan tidak bisa melakukannya.
" Kamu ini semakin gila ya. Sudah berapa kali Mama minta kamu agar cepat menceraikan wanita itu. Apalagi yang kamu tunggu. Dia tidak memberikan keuntungan apapun dalam hidup kamu. Dia hanya akan menjadi beban kamu di masa depan."
" Ma... Kita sudah pernah membahas ini dan jawaban Aku tidak akan berubah. Ini pilihan hidup aku mah. Saat Putri memutuskan pergi tanpa alasan meninggalkanku, maka aku juga telah memutuskan untuk melupakannya walau tidak mudah. Aku menghargai Alya yang kini ada disisiku. Bisakah Mama melihat dari sudut pandang Alya? Dia telah mengorbankan hidupnya untuk mau menikah denganku. Dia tidak pernah memanfaatkanku. Dia bukan seperti apa yang Mama pikirkan. Aku akan bersama Alya, menjaganya dan bertanggung jawab atasnya. Ini pilihanku dan menjadi keputusanku untuk melanjutkan pernikahan dengannya."
Helahan nafas Devan terdengar setelah mengucapkan itu. Namun yang dia dengar mamanya justru yang berteriak marah.
" Lihatkan. Baru sebentar Kamu menikah dengannya tapi kamu sudah semakin berani melawan mama. Tega kamu Devan mengabaikan permintaan Mama padahal apa yang Mama lakukan ini terbaik untuk kamu."
" Bukan begitu mah. Aku menyayangi mama. Rasa sayangku tidak pernah berubah kepada Mama. Namun kini aku sudah menikah ma. Insya Allah... Pilihan yang aku ambil adalah pilihan terbaik untukku."
Devan masih mencoba memberikan pengertiannya kepada Jenny. Sekalipun Jenny sudah menyala-nyala dengan amarahnya di sana, Devan tetap mempertahankan nada suaranya yang tenang karena dia sangat menghormati dan mencintai Jenny. Dia tidak ingin melukai sang Mama dengan perdebatan yang sama.
" Mama semakin benci dengan istri kamu itu Devan."
Setelah mengatakan itu panggilan pun terputus sepihak oleh Jenny yang membuat Devan hanya bisa menghelan nafasnya panjang.
Alya yang baru akan keluar kamar mendengar percakapan itu. Hatinya sesak namun juga menghangat saat mendengar ucapan Devan yang membelanya lagi di depan Mama mertuanya. Dia memutuskan untuk keluar dan menghampiri Devan.
" Mas..." Panggilan itu membuat Devan mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
" Hai... Sudah enakan?" Tanya Devan membuat Alya mengangguk dan kini sudah duduk di samping suaminya itu.
" Mama menelpon ya? Aku mendengarnya." Desis Alya membuat Devan mengangguk lalu merangkul wanita itu tanpa lagi merasa canggung.
" Iya, Mama memang keras. Selama ini keinginannya selalu terpenuhi. Jadi ya seperti itu. Tapi kamu jangan khawatir, nanti Mama pasti akan menerima pada akhirnya. Kamu tidak perlu terlalu memikirkannya. Kita hadapi bersama saja ya. Ini hidup kita Alya. Saat kamu dan aku telah setuju untuk mencoba membangun rumah tangga impian itu, maka yang perlu kita fokuskan adalah bagaimana membangun bahagia itu ada di antara kita. Gangguan dari luar harus membuat kita semakin kuat dan kompak kan?" Devan menatapnya dengan senyum yang manis, membuat Alya mengangguk dengan perasaan yang lega.
" Memang mama orang yang seperti apa sih Mas? Apa ada celah yang bisa aku masuki untuk bisa mengenalnya lebih dekat?" Tanya Alya pada akhirnya.
Devan terdiam dengan tatapan yang menerawang.
Devan menatap lekat pada Alya karena kenyataannya, mamanya itu sangatlah keras. Jika tidak menyukai sesuatu maka tidak ada celah sedikitpun kecuali memang hatinya sendiri yang tergerak.
" Tidak perlu memikirkan mama. Nanti juga dia melunak sendiri jika sudah lelah memaksa." Ucap Devan tersenyum membuat Alya menarik kesimpulan jika memang celah untuk bisa diterima di keluarga suaminya sangatlah kecil.
*
*
*
Alya masuk ke ruangan meeting mengikuti Jaka. Pria itu baru saja mendapatkan project baru dan ini pertemuan dengan para investor yang akan mendanai project tersebut.
Namun, yang mengejutkan Alya ternyata ada Devan di sana. Suaminya itu duduk diantara para investor lain dan suaminya itu tidak sungkan menyunggingkan senyum ke arahnya. Sehingga membuat Jaka menatap sekretarisnya dan juga Devan yang telah dia kenal dengan tatapan bingung.
Alya hanya mengangguk dengan senyum tipis lalu membagikan surat perjanjian investor dan pengelola kepada masing-masing dari mereka.
Setelahnya wanita itu duduk di kursinya, mulai mencatat minutes of meeting saat Jaka mempresentasikan project tersebut secara lebih detail dan diskusi yang lebih mendalam dengan para investor.
***
Gimana dengan bab ini?
Devan makin perhatian nggak tuh???
Jangan lupa tinggalkan komentar ya...
tetep semangat nulis thor 💪