Arion adalah segalanya yang diinginkan setiap wanita dan ditakuti setiap pria di kampus. Tampan, karismatik, dan pemimpin Klan Garuda yang tak terkalahkan, ia menjalani hidup di atas panggung kekuasaan, di mana setiap wanita adalah mainannya, dan setiap pertarungan adalah pembuktian dominasinya. Namun, di balik pesona mautnya, tersembunyi kekosongan dan naluri brutal yang siap meledak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dnnniiiii25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Cahaya lampu di penthouse Alditama semakin meredup saat jam semakin malam yang kian larut, namun intrik di baliknya justru kian terang benderang, Arion bergerak di antara keramaian, senyum palsu terukir di bibirnya, sementara matanya tak henti memindai.
Pertemuan tak terduga dengan Rex telah menambahkan lapisan baru pada permainan ini, sebuah ancaman yang kini terasa lebih personal, Ia adalah pemburu namun sekaligus mangsa di tengah sarang laba-laba yang kian menjerat.
Setelah kepergian Rex, Arion mencoba kembali fokus pada misinya, Ia harus mencari bukti, Ia melirik Anita yang masih bersamanya.
"Siapa pria itu Arion?" Anita bertanya, suaranya sedikit cemas.
"Hanya rival lama" Arion tersenyum meyakinkan.
"Jangan khawatirkan dia, Lebih baik kau ceritakan padaku tentang Dekan Anwar, Kudengar dia sangat menyukaimu"
Arion membelai lembut lengan Anita, lalu mengusap punggungnya, Sentuhan itu memabukkan, sebuah janji kenikmatan yang Anita tahu tidak akan pernah bisa ia tolak, Anita tersipu malu, matanya berbinar.
"Dekan memang baik padaku, Dia bilang aku adalah mahasiswi paling berbakat yang pernah dia temui."
"Tentu saja" Arion membalas, mendekatkan wajahnya.
"Tapi kurasa Dekan hanya melihat sebagian dari dirimu Anita, Aku melihat semuanya, Dan aku yakin kau punya lebih banyak bakat tersembunyi". Anita tertawa genit, tubuhnya merapat pada Arion.
"Kau ini bisa saja Arion, Tapi kau benar, Aku tahu banyak tentang Dekan Dan tentang proyek-proyeknya". Arion merasakan jantungnya berdebar.
"Katakan padaku Anita, Apa yang kau tahu? Aku akan memastikan kau aman". Anita ragu ragu, Ia melirik ke arah Dekan Anwar yang sedang tertawa lepas dengan Alditama.
"Aku,,, aku tidak bisa, Ini berbahaya."
"Tidak ada yang berbahaya jika kau bersamaku Anita" Arion berbisik mendekatkan bibirnya ke telinga Anita.
"Aku akan menjagamu, Aku akan melindungimu dari Dekan, Dari Alditama, Dari siapa pun, Tapi aku butuh bantuanmu."
Arion mencium lembut telinga Anita, lalu turun ke lehernya, Tubuh Anita merinding, matanya terpejam, tubuhnya sepenuhnya luluh dalam ciuman Arion.
"Ada sebuah brankas di kantor Dekan, Dia menyimpan semua dokumen penting di sana, Termasuk kontrak-kontrak pembangunan yang asli, Dan juga,,, beberapa hard drive berisi video-video pribadi" Anita berbisik, suaranya serak.
"Video-video pribadi?" Arion bertanya, intuisinya berteriak.
"Ya, Video-video yang bisa menghancurkan reputasinya, Dan beberapa orang penting lainnya."Arion merasakan kemarahan membuncah, Ini lebih kotor dari yang ia kira.
"Bagaimana cara membukanya?"
"Ada kode, Dia selalu menggunakan kode yang sama" Anita berbisik lagi.
"Tanggal ulang tahunnya, Tapi dia mengganti tahunnya setiap kali dia merasa curiga". Arion mengangguk, Informasi ini sangat berharga.
"Terima kasih Anita, Kau telah melakukan hal yang benar." Arion langsung berdiri dan tersenyum pada Anita.
"Sekarang berhati-hatilah, Aku akan mengurus sisanya."
Arion melihat Clarissa dan Tania sedang berusaha mengambil foto-foto dan video dari beberapa petinggi yang terlibat dalam transaksi mencurigakan, Mereka bergerak dengan hati-hati, namun Arion bisa melihat ketegangan di wajah mereka.
Tiba-tiba,, Arion melihat bayangan Rex dari sudut matanya, Rex sedang berbicara dengan seorang pria berjas yang tidak ia kenal lalu menunjuk ke arah Arion. Jelas Rex tidak sendirian, Arion segera memberi sinyal kepada Kenzie dan Adrian yang sudah menunggu di luar area pesta.
"Ada yang tidak beres, Rex punya sekutu baru, Mereka mengincarku." Kenzie membalas pesan.
"Aku akan masuk, Adrian akan mengawasimu dari jauh." Arion tahu ia harus bergerak cepat, Ia tidak punya banyak waktu.
Sementara di sisi kampus, Luna duduk di depan laptopnya bersama Profesor Hadi, Mereka sedang menganalisis rekaman percakapan Luna dengan Serena.
"Dia sangat licik" Profesor Hadi berkomentar sambil mendengarkan rekaman.
"Dia tahu bagaimana cara memanipulasi, Tapi ada beberapa informasi yang bisa kita gunakan, Terutama tentang Alditama Group dan ambisinya untuk menguasai kampus" Luna mengangguk.
"Dia juga tahu tentang video-video itu, Dia tahu tentang eksploitasi mahasiswi, Dan dia tidak peduli." Tiba-tiba Profesor Hadi menerima pesan dari seseorang yang ia kenal.
"Ada laporan baru, Beberapa mahasiswi yang terlibat dalam kasus Dekan Anwar, mereka tiba-tiba menarik laporan mereka ke polisi, Ada juga yang menghilang." Luna terkejut.
"Menghilang? Apakah Alditama sudah mulai bertindak?", Profesor Hadi menghela napas.
"Kita tidak punya waktu lagi, Kita harus membocorkan ini secepatnya Sebelum ada korban lebih banyak."
Luna merasakan ketakutan melanda nya, Ia memegang ponselnya, melihat foto Arion yang ia ambil diam-diam di taman. Arion dengan seringainya, namun ada kehangatan yang tak biasa di matanya, Ia merindukan Arion, Ia berharap Arion aman.
Kembali ke penthouse, Arion sedang berbicara dengan Dekan Anwar, Arion mencoba memancing informasi lebih lanjut tentang brankas dan video-video itu.
"Dekan, Anda terlihat sangat bersemangat malam ini" Arion berkata, senyumnya memikat, Dekan Anwar tertawa.
"Tentu saja Arion, Ini adalah malam yang luar biasa, Kita sedang merayakan masa depan kampus kita."
"Masa depan yang cerah, saya yakin," Arion membalas.
"Ngomong-ngomong, saya dengar Anda punya koleksi pribadi yang sangat menarik di kantor Anda, Mungkin berupa film-film lama? Atau rekaman-rekaman penting?" Dekan Anwar menatap Arion, matanya sedikit menyipit.
"Oh ya? Kau mendengar dari mana?"
"Dari beberapa teman yang mengagumi selera Anda" Arion menjawab dengan percaya diri.
"Saya hanya ingin tahu, apakah kode brankas Anda semudah itu untuk ditebak?" Dekan Anwar tertawa lagi namun sedikit terlalu keras.
"Kau ini Selalu saja ingin tahu, Tentu saja tidak, Itu kode yang sangat rahasia, Hanya saya yang tahu."
"Tanggal ulang tahun Anda bukan?" Arion berbisik, matanya menatap Dekan Anwar, Wajah Dekan Anwar langsung pucat, Ia terkejut, Ia menatap Arion dengan mata terbelalak.
"Bagaimana,,, bagaimana kau tahu?" Arion hanya tersenyum.
"Saya tahu banyak hal Dekan, Lebih dari yang Anda kira."
Tiba-tiba Arion merasakan sentakan keras di belakangnya, Ia dipukul, lalu tubuhnya sedikit kehilangan keseimbangan namun tidak sampai jatuh, Ia melihat Rex dengan tinjunya yang terkepal, menatapnya dengan penuh kebencian.
"Aku sudah bilang Arion" Rex menggeram,
"ini belum berakhir."
Pertarungan pecah, Kali ini tidak ada lagi mahasiswi yang berteriak, Hanya Arion dan Rex di tengah pesta mewah saling melayangkan pukulan, Dekan Anwar dan Alditama melihat dengan terkejut, Arion tahu ia telah melakukan kesalahan, Ia telah memancing terlalu banyak masalah.