perjuangan seorang pemuda untuk menjadi lebih kuat demi meneruskan wasiat seorang pendekar terdahulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Pagar pelindung
Setelah puas ketiganya memandangi reruntuhan itu, Gandama lalu berkata "Kakang Matsapati tunggu apa lagi mari kita segera masuk. "Orang tua itu terlihat sudah tidak sabar untuk menjelajahi bangunan tua yang berukuran sangat besar itu.
Tapi Matsapati tidak langsung menanggapi ucapan saudara seperguruannya itu, ia merasa ada yang aneh dengan keadaan yang berada di sekitar bangunan itu.
"Iya guru tunggu apalagi , sebaiknya kita masuk sekarang sebelum orang-orang dari Lembah Bangkai itu sampai kemari" tambah Arimba, wanita bergaun merah itu juga merasa sudah tidak sabar seperti Gandama.
"Jangan gegabah kalian berdua, aku curiga dengan bangunan tua ini, aku minta kalian berdua untuk tetap waspada dan hati-hati karena kita tidak tahu bahaya apa yang di sekitar sini" Matsapati memperingatkan dengan serius pada keduanya.
Arimba dan Gandama mempertajam pengelihatannya dan mengedarkan pandangan ke arah penjuru bangunan tua, namun keduanya tidak mendapati hal-hal yang mencurigakan.
"Memangnya ada apa guru, perasaan di sini tidak ada apa-apa selain kita bertiga" ucap Arimba setelah mengamati tempat di sekitarnya dengan cermat.
"Benar apa kata Arimba kakang aku tidak melihat ada hal yang mencurigakan di sini" timpal Gandama. Ia merasa heran dengan kakak seperguruannya yang bersikap terlalu berhati-hati.
Matsapati lalu membungkuk mengambil sebutir batu kecil. "Kalian berdua perhatikan batu kecil ini baik-baik. "
Sesuai berkata-kata Matsapati lalu melemparkan batu itu ke arah bangunan kuno yang berjarak sekitar lima tombak dari tempat ia berdiri.
Wees.. batu itu meluncur cepat dan dess.... batu yang dilemparkan Matsapati langsung terpental sebelum mengenai dinding bangunan itu.
Melihat kejadian itu Arimba dan Gandama sangat terkejut karena tidak menyangka kalau bangunan kuno tersebut dipasangi dengan pagar pelindung.
"Apa pagar pelindung "desis Gandama dan Arimba secara bersamaan.
"Jangan-jangan seluruh bangunan ini selubungi oleh pagar pelindung yang tak kasat mata" ucap Arimba setengah berteriak.
"Ya kau benar Arimba, seluruh bangunan ini memang dipasangi oleh pagar pelindung, aku rasa ada sesuatu yang sangat berharga di dalam sana" ucap Matsapati dengan menatap tajam ke arah bangunan.
Tanpa sepengetahuan Arimba dan kedua gurunya ,Barata dan Andini memperhatikan dengan cermat pembicaraan mereka dari tempat persembunyiannya.Barata memutuskan untuk bertahan di tempat persembunyiannya dan ingin melihat bagaimana orang-orang itu memecahkan dinding pelindung bangunan.
"Kakang Matsapati dan Arimba sebaiknya segera menjauh, karena aku akan menghancurkan dinding pelindungnya" ucap Gandama.
"Baiklah, Arimba kita mundur, " kata Matsapati. Ia dan Arimba mundur sekitar sepuluh tombak ke belakang dari bangunan itu.
Gandama merapatkan kedua tangannya, seketika tubuhnya bergetar dan diiringi oleh hawa panas di sekitarnya. Lalu di kedua telapak tangannya muncullah sinar kuning yang memancar.Itulah ajian jurus penyapu gunung salah satu jurus andalan perguruan Gunung Awan.
Setelah pukulan itu siap Gandama pun langsung melepaskannya. Hiaaat! terdengar teriakan melengking dari mulutnya dan melesatlah jurus itu.
Wuuus.... duaaar! Ledakan pun langsung terdengar yang diiringi dengan goncangan hebat dan asap mengebul.
Semua mata tertuju pada bangunan tua itu, Barata dan Andini yang tidak jauh dari mereka menatap tajam tanpa kedip.Mereka berdua tidak sabar ingin segera tahu hasil usaha Gandama
Setelah beberapa saat asap pun menghilang, Gandama segera mendekat ke bangunan untuk memeriksa hasil pukulannya.
Dia meraba bangunan itu dan alangkah terkejutnya, setelah merasakan dinding pelindung itu masih utuh seperti semula.
" Tidak mungkin bagaimana bisa dinding pelindung ini mampu menahan pukulan andalan ku"Dengan nada lirih Gandama seakan tidak percaya dengan kenyataan yang terjadi.
"Bagaimana Gandama apakah kau berhasil menghancurkan dinding pelindung itu? " tanya Matsapati.
Gandama menoleh sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Ternyata dinding pelindung ini sangat kokoh dan kuat kakang, aku belum bisa menghancurkannya, tapi aku akan mencobanya sekali lagi" jawab Gandama.
Setelah berkata seperti itu Gandama mundur lima tombak ke belakang dan melepaskan kembali pukulan penyapu gunungnya. Ledakan pun kembali terdengar yang disertai dengan getaran hebat.
Setelah menunggu beberapa saat Gandama pun lalu maju dan memeriksa kembali dinding pelindung itu.
Raut wajah Gandama terlihat begitu kecewa setelah usahanya tetap tidak membuahkan hasil.
"Bagaimana Gandama? " tanya Matsapati.
"Aku gagal kakang, rupanya dinding pelindung ini sangatlah kuat" jawab Gandama.
Matsapati dan Arimba lalu mendekat untuk memeriksanya. Matsapati sangat penasaran bagaimana mungkin dinding pelindung itu tidak hancur setelah dua kali terkena pukulan Gandama.
"Dinding ini benar-benar kokoh,apakah mungkin yang membuat dinding ini adalah pendekar tingkat surga" gumam Matsapati.
"Kakang bagaimana menurut mu dengan dinding pelindung ini bagaimana bisa sangat kuat? " tanya Gandama.
"Aku rasa yang membuat dinding ini bukan pendekar sembarangan Gandama, jalan satu-satunya untuk menghancurkan dinding ini adalah dengan menyatukan kekuatan kita," ucap Matsapati.
"Kalau begitu tunggu apalagi guru, mari kita lakukan" ucap Arimba.
"Baiklah, ayo kita lakukan kakang" ucap Gandama.
Matsapati mengangguk,"ini adalah harapan terakhir kita "ucap Matsapati.
Ketiga orang itu lalu mundur lima tombak ke belakang dan langsung mengambil ancang-ancang.
Hiaaat..! pukulan gabungan pun meluncur ke arah bangunan tua. Duuuaaar! Ledakan besar yang dibarengi dengan goncangan hebat pun kembali terjadi.
Selesai melepaskan pukulannya mereka bertiga saling melempar pandang dengan rasa penasaran. Setelah menunggu beberapa saat Matsapati segera menyuruh Arimba untuk memeriksa bangunan itu.
"Arimba cepat periksa! " perintah Matsapati.
Arimba segera melangkah ke arah bangunan ,begitu sampai ia pun langsung meraba pagar pelindung itu.
"Kita gagal guru pagar pelindung ini masih berdiri kokoh" ucap Arimba.
"Kurang ajar, bagaimana bisa pukulan kita tidak berpengaruh apa apa. Kakang kita coba lagi" ucap Gandama.
"Tidak perlu, kita hanya akan buang-buang tenaga saja, sebaiknya kita tunggu yang lain datang" ucap Matsapati.
"Tapi kakang.... "
"Sekuat apapun usaha kita bertiga tidak akan bisa untuk menghancurkan pagar pelindung itu, sebaiknya kita tunggu yang lain datang. " ucap Matsapati langsung memotong perkataan Gandama.
"Apa guru bermaksud melakukan kerja sama dengan dua orang dari Lembah Bangkai itu? " tanya Arimba dengan raut wajah kurang setuju.
Matsapati mengangguk lalu duduk di sebuah batu besar yang ada di dekatnya.
"Sudahlah Arimba turuti saja perkataan kakang Matsapati, kurasa ada baiknya daripada kita terus mencoba dan kehabisan tenaga" ucap Gandama.
"Baiklah guru" ucap Arimba.
Barata pun sangat terkejut melihat usaha mereka bertiga gagal. Dari tempat persembunyiannya ia dengan cermat mengamati setiap bagian bangunan kuno itu.
"Pasti ada cara untuk menghancurkan dinding pelindung itu jika tidak bisa dihancurkan dengan pukulan" gumam Barata.
Tidak lama kemudian Cakra Bayu pun tiba di tempat itu, ia merasa heran melihat ketiga orang dari gunung Awan sedang duduk duduk.
"Apa yang kalian lakukan di sini kenapa tidak masuk kedalam? " tanya Cakra Bayu.
"Bangunan itu tidak bisa di masuki karena di lindungi oleh pagar pelindung yang tidak kasat mata" ucap Arimba memberitahu.
"Begitukah" ucap Cakra Bayu lalu mendekat ke arah bangunan untuk membuktikan perkataan Arimba tadi.
Cakra Bayu pun melemparkan sebuah batu kecil ke arah bangunan itu. Dan batu itu pun langsung terlempar kembali ke arahnya sebelum mengenai bangunan tua itu.
mksh atas sajian ceritanya Thor