NovelToon NovelToon
MAS BERONDONG, I LOVE YOU

MAS BERONDONG, I LOVE YOU

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Berondong / Beda Usia / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Enemy to Lovers
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nanadoongies

Orang bilang Abel yang jatuh cinta duluan dengan gombalan-gombalan itu, tapi Abi juga tahu kalau yang rela melakukan apa saja demi membuat Abel senang itu Laksa.
.
Berawal dari gombalan-gombalan asbun yang dilontarkan Abel, Laksa jadi sedikit tertarik kepadanya. Tapi anehnya, giliran dikejar balik kok Abel malah kabur-kaburan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nanadoongies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 1

Megantara Samudra Laksa. Tingginya sekitar 180cm dengan kulit putih keturunan asli Korea-dari sang ayah- bibir tipis ranum yang jarang sekali digunakan untuk tertawa.

Dia tidak bisu. Tentu. Hanya saja tidak punya kesenangan lebih untuk mengoceh seperti teman-temannya yang lain. Beberapa menganggapnya anti sosial, tapi bagi Abel Kalula, dia hanya seorang laki-laki yang errr mungkin akan sedikit menghangat jika diperhatikan olehnya.

Terlalu percaya diri? Memang. Seluruh penghuni SMA Dream Catcher juga tahu kalau tingkat kepercayaan Abel memang berada di atas rata-rata. Sinting-sinting begitu, dia menjabat sebagai anggota OSIS loh. Ya, meskipun sempat dikatai lolos tanpa melewati tes kejiwaan sih.

"Bel?"

"Apaan?"

"Itu anak gugus lo lagi sariawan apa gimana dah? Perasaan diem mulu dari tadi," ujar Anjani. Dia satu komplotan dengan Abel perkara kesintingan ini.

"Yang mana? Perasaan pada hebring semua."

"Itu yang paling belakang. Yang kalau kata si Dito kayak gapura kabupaten."

"Ohh. Laksa?"

"Iya kali, gue nggak gitu hafal sama nama-namanya."

"Kata gue mending dia diem deh. Kalau udah buka suara, bawaannya pengen ngajak sleep call mulu."

"Tayi. Najis amat baru hari pertama udah ngincer berondong."

"Daripada gue ngincer bapak lo?"

Anjani geleng-geleng kepala. Berteman dengan Abel memang semakin membuatnya gila.

"Samperin kek. Suruh agak ramean dikit kayak yang lain. Kalau ketahuan sama Bian, yang ada malah diceramahin di depan anak-anak lain dan dikatain anti sosial. Tahu sendiri motto kepengurusan kita, tak kenal maka harus kenalan."

"Kalau gue samperin tapi malah kegandeng tangannya, gimana?"

"Itu mah emang elu yang sengaja modus!"

Dengan pita pink yang tergantung menjuntai sampai ujung rambut, Abel menghampiri Laksa. Senyum lebarnya berubah jadi sedikit mentereng, hampir-hampir membuat Abi tertawa cekikkan.

"Lagi nggak enak badan?"

Abel berjongkok. Punggung tangannya menempel di bagian dahi tanpa izin seolah ini bukan kali pertama bertemu dengan Laksa.

"Enggak."

"Terus kenapa diem aja? Sibuk kenalan sama yang lain dong! Apa malah mau kenalan sama gue aja?"

"Masih pagi."

"Kenapa? Senyum gue kelewat cerah ketimbang matahari?"

Laksa menyangga tubuhnya dengan tangan. "Lo kelewat berisik buat pertemuan pertama."

"Bagus dong! Biar nanti di pertemuan kedua, ketiga dan selanjutnya lo mulai terbiasa."

"Terbiasa sama ocehan lo?"

"Terbiasa sama kehadiran Abel Kalula yang akan bertugas mewarnai hari-hari lo ke depannya."

"Penjual krayon?"

Abel mengangguk yakin setelah meletakkan susu kotak ke atas pangkuan laksa.

"Kalau lo yang jadi kanvas putihnya, gue siap jadi penjual krayonnya kok."

Ketika Abel mengerling manja, semua orang dibuat tertawa karenanya.

"Beneran gila itu orang," dengus Anjani.

"Meskipun suara lo terlalu sleepcall-able tapi ngomong lebih banyak dong. Kenalan sama yang lain atau ngobrol-ngobrol juga boleh. Jangan cuma diem-diem doang nanti malah kena semprot sama kakak ketos yang galak itu. Oke, Megantara?"

"Gue juga bisa ngomong sendiri meskipun tanpa disuruh-suruh. Kayak anak kecil aja."

"Ya, kalau bentukannya kalau lo begini sih emang udah nggak cocok jadi anak-anak lagi, tapi cocoknya jadi bapak dari anak-anak gue nanti."

"Lo habis makan kecubung?"

Abi tertawa semakin kencang. Pipinya mendadak kaku gara-gara mati-matian menahan diri agar tidak terlalu bahagia dengan makian itu.

"Habis makan nasi kuning sih. Tapi mungkin kewarasan gue agak sedikit terguncang setelah lihat wujud Megantara Samudra Laksa secara langsung. Ternyata jauh lebih dingin dari profil fotonya yang kosongan itu, ya?"

Laksa betulan merotasikan bola matanya secara terang-terangan. Tak peduli sekalipun Abel lebih tua dibandingkan dirinya.

"Kalau mau eye roll mah eye roll aja kali, jangan malah tambah menarik kayak gini."

Eye roll : Memutar mata

"Gue bukan magnet."

"Loh, kata siapa yang bisa tarik menarik cuma antar kutub magnet doang? Setahu gue yang namanya Samudra Laksa juga paling jago buat narik Abel Kalula sampai nggak bisa lari ke mana-mana."

"Mending lo tes kejiwaan deh."

"Biar apa?"

Abel menelengkan kepala dengan ekspresi tengil. Karena terlanjur sebal, Laksa sampai harus menoyor agar kepala Abel bisa kembali ke posisinya.

"Biar byur."

"Ahahah. Emang boleh selain tinggi dan sleepcall-able begini masih ketambahan humoris juga? Jangan diembat semua dong, nanti cowok lain nggak kebagian apa-apa."

"Stres."

"Apa? Grogi?"

"Ck!"

Abel tertawa sekali kali. Dia tahu kalau Laksa tengah merasakan perasaan yang lain-malu-malu- sampai telinganya tak sengaja memerah.

Alih-alih menggoda lebih lama lagi, dia segera bangkit. Ketika tepukan pelan mendarat di atas puncak kepala, semua orang kembali menyorakinya.

"CIEEEEEEE~"

Laksa kontan melenguh. "Kayaknya emang paling bener gue masuk ke sekolah yang kemarin aja."

Selepas kepergian Abel, Abi kontan menyenggol lengan Laksa dengan senyum yang tak kalah mentereng.

"Darah Korea lo ternyata berguna juga, ya? Baru hari pertama udah diincer sama kakak pendamping aja."

"Kalau bentukannya kayak dia, mending nggak usah."

"Emang kenapa? Dia cantik kok. Lucu malah."

"Lucu apanya? Stress sih iya."

"Hati-hati, Lak. Yang begitu biasanya bisa bikin lo kesengsem sampai ke serat inti DNA."

"Berisik."

Sama seperti dugaan Laksa, MPLS hari pertama ternyata benar-benar membosankan. Seperti tengah ditimang-timang dengan lagu nina bobo paling merdu di seluruh peradaban.

"Lak?"

"Hm."

"Kalau gue merem sebentar, kira-kira bakal kena sembur atau kena lempar pointer, ya?" tanya Abi. Dia sudah terkantuk-kantuk, paling nyender sebentar langsung molor.

"Kena panggil pake mic."

"Emang iya? Kata siapa?"

"Ngga tahu, gue ngarang aja."

"Yeuuu."

"EKHMM!"

Abi langsung kicep apalagi saat seksi kedisiplinan melotot cukup tajam.

"Kalau mau ngobrol mending cabut. Di sini bukan tempat nongkrong yang isinya cuma buat haha hihi doang."

"Baik, Kak."

"Anak gugus mana lo?" Dia bertanya sembari mengarahkan pointer ke dahi Abi.

"Gugus Harimau."

"Ketemu sama gue setelah sesi ini berakhir." Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Kalau ada yang ngobrol waktu pemaparan materi, gue suruh gantiin pematerinya."

"SIAP KAK!"

Laksa melirik dengan alis naik sebelah. "See?"

Abi langsung mecucu. "Harusnya lo ngasih tau gue kalau sekdisnya galak kayak macan baru lahiran."

"Abiiii!"

Seorang gadis berkuncir dua menoleh dengan wajah sebal. Michie namanya.

"Bisa diem dulu nggak? Lo nggak ingat omongannya Kak Abel tadi malem kalau ada yang bikin masalah, nanti satu gugus kena hukum juga?"

"Emang iya, Lak?"

"Nggak tahu."

"Huu, dasar cowok-cowok!"

Ketika Michie kembali menghadap depan, Abi mepet-mepet ke Laksa lagi.

"Emang ada peraturan kayak gitu? Perasaan gue nyimak grup terus tapi nggak pernah baca peraturan itu deh."

"Mana tahu? Gue nggak baca grup."

"Emang semprul!"

1
ren_iren
kok aneh, padahal laksa liat Abel diikat sm tutup matanya masih aja dimarahin...
ren_iren: nanti bucin mampus sampe keurat2 nadi kapok lo sa.... 🤭
total 2 replies
Nanadoongies
kritik dan saran sangat amat dianjurkan, ya. jadi jangan sungkan buat ngoceh di kolom komentar.
Nanadoongies
Jangan lupa tinggalkan jejak, teman-teman
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!