Kata siapa skripsi membuat mahasiswa stres? Bagi Aluna justru skripsi membawa banyak pelajaran berharga dalam hidup sebelum menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Mengambil tema tentang trend childfree membuat Aluna sadar pentingnya financial sebelum menjalankan sebuah pernikahan, dan pada akhirnya hasil penelitian skripsi Aluna mempengaruhi pola pikirnya dalam menentukan siapa calon suaminya nanti. Ikuti kisah Aluna dalam mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Semoga suka 🤩🤩🤩.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SOMPLAK
Aluna diam saja saat di atas motor, begitu juga Mas Ojol. Sekarang Aluna paham, kemungkinan Mas Ojol ini pernah punya hubungan dengan Bu Dokter tadi. Lalu mereka putus, tapi aslinya saling cinta, dan Mas Ojol pura-pura menjadikan Aluna sebagai pacar untuk memanas-manasi Bu Dokter.
Wah, harga diri gue diinjek banget nih. Aluna menatap kepala Mas Ojol, ingin rasanya menonyor dari belakang. Bisa-bisanya PHP Aluna, eh kok PHP sih. Memang Aluna berharap jadi nyata?
"Berapa, Mas?" tanya Aluna saat sampai di kos, mana Mas Ojol gak pakai jaket ojolnya lagi.
"Gak usah gratis."
"Oh, jangan Mas. Nanti Masnya rugi loh, udah keluar bensin dan tenaga juga."
"Gak pa-pa, anggap saja sebagai permintaan maaf saya atas kejadian di rumah sakit tadi."
"Hem gitu ya? Tapi kok terlalu murah. Mas sudah pegang tangan saya, memanggil saya Sayang juga. Kesannya kok harga diri saya murah banget, cuma 12ribu. Ini, terimakasih!" ucap Aluna sembari menyodorkan uang 50ribu yang ia selipkan di case ponsel. Lalu membuka pagar kos, dan tak melihat Mas Ojol sama sekali.
Keenan menghela nafas pendek. Merasa bersalah juga pada Aluna. Lagian kenapa juga melibatkan orang lain pada hubungan masa lalunya. Keenan pun akhirnya menunggu di depan kos Aluna. Dia harus minta maaf sekali lagi. Ia izin ke satpam untuk bertemu dengan Aluna, dan satpam pun membuka pintu pagar khusus tamu, Keenan dipersilahkan untuk menunggu di ruang tamu dulu. Suara panggilan tamu untuk Aluna pun terdengar nyaring, namun Keenan harus menunggu sampai setengah jam.
Baru deh Aluna keluar dengan membawa beberapa packing orderan, dan dia sudah tidak memakai piyama tidur lagi. Sudah cantik dengan membawa ransel, sepertinya akan keluar. Dia kemudian menuju satpam, menitipkan paket orderan yang akan diambil kurir nanti, tak perlu membayar ongkir karena free ongkir dari marketplacenya. Mungkin satpam memberi tahu kalau ada tamu untuk Aluna, makanya dia langsung menoleh ke ruang tamu.
Ekspresi jengkelnya kentara sekali, sepertinya dia masih sebal dengan kejadian di rumah sakit tadi. "Ongkosnya kurang?" tanya Aluna ketus. Mas Ojol tadi tersenyum dan menggeleng.
"Kamu mau ke mana? Biar saya antar?" tawar Keenan.
"Kayaknya gak perlu deh, Mas. Saya bisa pesan ojol lain yang lebih profesional. Urusan kita bukannya sudah selesai ya."
"Saya mau minta maaf."
"Iya sudah saya maafin," ucap Aluna masih ketus.
"Kalau sudah dimaafkan, berarti mau saya antar ke mana?" tanya Keenan, masih tak enak hati. Dia harus menjelaskan dan meluruskan atas tindakan yang spontan terjadi tadi.
"Benaran, Mas. Saya bisa pesan ojol lain saja. Urusan kita juga sudah selesai, kita juga sudah saling memaafkan. Mas gak harus mengantar saya lagi," ucap Aluna yang menandai nama Keenan. Ia berjanji tidak akan mau naik ojol kalau pengantarnya atas nama Keenan.
Keenan menunjukkan aplikasi ojolnya yang sudah aktif. "Kali ini saya sebagai ojol profesional kok, Mbak. Silahkan dipesan," masih ngotot sepertinya.
Aluna pun masuk ke kosnya, sepertinya hari ini ia terpaksa naik motor untuk kembali ke tempat KKN. Keenan masih menunggu dengan wajah tanpa ekspresinya. Aluna membuka pagar dan segera memasang helm, tanpa pamit Aluna pun pergi begitu saja.
"Hem, bukan pacar tapi bikin ribet juga," ujar Keenan. Sebagai laki-laki yang baik, tentu dia tak mau menyakiti perempuan. Apalagi mereka belum kenal, bukan teman juga, tapi kok sudah menyakiti. Branding sebagai laki-laki baik sirna ditangan Aluna. "Tunggu dia anteng dulu deh, baru aku minta maaf lagi," ujar Keenan menyerah. Toh ia sudah tahu kos dan tempat KKN Aluna, gampang lah kalau mau minta maaf sekali lagi.
Sedangkan Aluna di atas motor menggerutu hebat, bukannya berdoa malah ngedumel tentang Keenan. "Dih, emang situ siapa, bisa seenaknya pegang tangan gue. Kenal saja kagak. Lagaknya tadi di lift sok-sok an gak mau nyapa. Begitu ketemu dokter langsung sok kenal. Dih, cowok manipulatif banget. Nyesel gue pernah mengagumi, gue ralat deh branding tentang cowok cakep kayak dia, apaan."
Mood Aluna kembali baik saat berada di jalan menuju kampung KKN, jalan di antara kebun buah yang terlalu menggemaskan. "Pisang Cavendish yang sudah tampak makin montok, mungkin besok kali ya panen," gumam Aluna dengan membayangkan betapa bahagianya ikutan panen. Memang kalau suntuk itu obat terbaik adalah kembali ke alam.
Dulu, saat Aluna liburan semester, pasti ada jadwal ke alam. Apalagi sang mama suka banget ke pantai, pasti ada kunjungan ke pantai untuk keluarga mereka. "Hidup bersama orang tua memang paling menyenangkan," gumam Aluna.
Gadis itu sampai ke kampung KKN menjelang dhuhur, teman KKNnya ternyata mulai siap-siap pelatihan, pasang tripod dan menata kursi. Aluna langsung masuk ke basecamp dengan mengucap salam. Sedikit terkejut karena para cewek berkumpul dan bermain bayi. Ternyata anak Mbak Kamila dibawa ke tempat KKN.
"Lucunya," ucap Aluna langsung antusias. Berbagai makanan yang ia bawa langsung diberikan pada Jihan, ganti deh tempat kumpul, mereka pasti memilih makanan. Meski mereka berasal dari keluarga mapan, jiwa gratisan ala mahasiswa sangat mendominasi.
"Gembrotnya Mbak Kamila," ujar Aluna yang mencoba gendong setelah cuci kaki dan tenang.
"Alhamdulillah, Lun. Cie udah pantas gendong bayi nih," ledek Mbak Kamila. Aluna hanya memutar bola matanya malas. "Tapi kayaknya kamu bukan tipe yang mau menikah muda ya, Lun?" tanya Mbak Kamila sembari menata presensi pelatihan untuk nanti siang.
"Iya, Mbak!" disinggung nikah muda, mendadak bayangan Mas Ojol muncul, kesal seketika. Kalau Mas Ojol saja tampangnya baik, ternyata manipulatif, lalu tampilan cowok baik harus bagaimana.
"Aku setuju sih, Lun. Kadang aku saja menyesal kenapa harus menikah muda," ucap Mbak Kamila dengan tersenyum yang dipaksakan.
"Kenapa, Mbak?" tanya Eriska sembari makan siomaynya. Kepedasan lagi.
"Menikah ternyata gak semudah yang dilihat kebanyakan orang. Apalagi kalau hidup masih tinggal bersama orang tua atau mertua. Kudu sabar tanpa batas. Ada saja yang dikomentari. Belum hamil lah, begitu hamil, pakai kb jangan sampai kebobolan, belum lagi kalau ASI gak bisa keluar, makin ribet."
"Makanya aku memilih childfree saja," Jihan menyahut, Mbak Kamila tersenyum saja mendengar prinsip Jihan. Sedangkan teman lain melongo.
"Emang lo gak mau punya anak, Ji?" mendadak mereka penasaran dengan pemikiran Jihan.
"Enggak. Ribet."
"Ya terus ngapain lo nikah?" tanya Ulin.
"Emang ada keharusan ya, menikah kudu punya anak. Bukankah menikah itu untuk menyempurnakan ibadah? Berjodoh bukan berati harus menghasilkan anak kan?"
"Agak-agak pemikiran lo, Ji. Gak memikirkan nasib Indonesia kalau kekurangan warga negara?" tanya Ulin.
Jihan malah tertawa. "Indonesia gak mungkin kekurangan penurus bangsa, karena sebagain besar warga negaranya punya prinsip menikah harus punya anak. Jadi orang dengan prinsip childfree kayak aku itu 1 banding 1000. Selebihnya seperti lagu ini ibu kaulah wanita yang mulia, derajatmu tiga tingkat dibanding ayah. Kau mengandung, melahirkan, mengandung lagi, melahirkan lagi."
"Somplak!" mereka tertawa mendengar lagu qasidah yang dinyanyikan Jihan.
dipertemukan disaat yg tepat...
balas, "calon suami kamu"...😂
kebanyakan yg diliat orang itu, pas enaknya aja...
mereka ngga tau aja pas lagi nyari2 Customer itu kaya apa.
kadang nawarin saudara atau teman, tapi mintanya harga "saudara" 🤭🤦🏻♀️
bener2 labil 🤦🏻♀️😂🤣🤣...