Queensa tak menyukai pernikahannya dengan Anjasmara. Meskipun pria itu dipilih sendiri oleh sang ayah.
Dijodohkan dengan pria yang dibencinya dengan sifat dingin, pendiam dan tegas bukanlah keinginannya. Sayang ia tak diberi pilihan.
Menikah dengan Anjasmara adalah permintaan terakhir sang ayah sebelum tutup usia.
Anjasmara yang protektif, perhatian, diam, dan selalu berusaha melindunginya tak membuat hati Queensa terbuka untuk suaminya.
Queensa terus mencari cara agar Anjasmara mau menceraikannya. Hingga suatu hari ia mengetahui satu rahasia tentang masa lalu mereka yang Anjasmara simpan rapat selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Mereka sampai di butik yang Anjasmara maksud, Queensa memilih beberapa baju dan aksesoris. Anjasmara tak membatasi apa yang ingin istrinya beli. Pria itu juga tak mempermasalahkan berapapun harga barang yang Queensa pilih. Tentu itu membuat Queensa sedikit heran, pasalnya dia sengaja ambil banyak untuk membuat Anjasmara merasa kesal dan memarahinya, tapi ternyata Anjasmara justru senang membelikan barang-barang itu untuknya.
Menjelang sore hari mereka sepakat pulang. Queensa manut-manut saja, entah mengapa dia merasa sangat lelah dan tiba-tiba kepalanya pusing. Beberapa kali dia merasa matanya ber kunang-kunang.
Queensa turun dari mobil dengan kepala yang terasa berat dan mata yang berkunang. Anjasmara melihat istrinya yang sempoyongan segera menopangnya.
"Queensa, ada apa denganmu?" hal yang terakhir Queensa dengar sebelum tubuhnya roboh dan semua menjadi gelap.
*******
Begitu Queensa membuka mata, ia mencium aroma antiseptik bercampur obat-obatan. Dan itu membuatnya semakin pusing dan perutnya mendadak mual.
"Queensa." suara itu terdengar halus di telinganya. Queensa bahkan bisa menangkap getar lirih dari suara Anjasmara.
Perempuan itu menoleh pelan dan mendapati Anjasmara yang terlihat begitu lega melihatnya sadarkan diri. Bisa Queensa tangkap binar khawatir yang sangat dalam dari netra pria itu.
Queensa tak mengerti, memangnya apa yang terjadi padanya?
"Mau minum?" Tanya Anjasmara menyodorkan sedotan ke mulut Queensa dan perempuan itu merasa lega saat cairan menyegarkan itu membasahi mulut dan kerongkongannya.
Queensa reflek memejam saat tiba-tiba Anjasmara menciumnya lama. Bukan karena menikmati, Queensa hanya tidak punya tenaga walaupun sekedar mendorong dada pria itu.
"Saya sudah hubungi Kepsek. Beliau memintamu menghadap saat nanti sudah kembali mengajar."
Queensa mengerutkan kening. "Ada apa dengan kepala sekolah?"
Anjasmara seketika menatap Queensa tajam dengan raut serius, tanpa senyum sedikitpun. "Saya mengajukan pengunduran diri kamu pada beliau."
"APA?" Queensa membelalakkan mata. Apa maksudnya ini? Benarkah pria ini bermaksud mengatur hidupnya!? "Siapa kamu? Seenaknya berlaku seperti itu padaku?!" Seandainya tubuhnya tidak lemah, Queensa mungkin sudah menampar Anjasmara.
"Saya suami kamu dan Ayah dari janin yang ada di dalam sini!" tunjuk Anjasmara pada perut Queensa yang masih datar. "Saya berhak melakukan apapun untuk melindungi kalian." Ketegasan Anjasmara seperti tidak bisa dibantah.
Sebentar! Queensa butuh beberapa saat untuk mencerna perkataan suaminya.
"Janin? Janin apa maksudmu?" Queensa mengernyit bingung, melayangkan tatapan penuh tanya pada Anjasmara.
"Kita akan menjadi orang tua." jawab Anjasmara tenang dengan pandangan lurus menatap perut istrinya.
"Aku.... Hamil...? Suara Queensa bergetar. Mendadak tenggorokannya terasa kering dan tercekat. Ada rasa takut dan terkejut menyeruak masuk dalam tubuhnya. Ia menghela napas naik turun. Dadanya mendadak sesak dan matanya memanas.
Anjasmara menatapnya dingin dan tajam. Wajahnya bahkan mengeras menatap Queensa. "Saya tidak peduli sekalipun kamu tidak mencintai saya bahkan berharap ingin kita bercerai. Namun, satu yang harus kamu tau, Queensa. Kamu harus menjaga anak ini untuk saya. Suka atau tidak suka!"
Queensa membalas tatapan Anjasmara dengan penuh kebencian. Perempuan itu sama sekali tidak takut dengan perkataannya.
" Aku nggak mau!!" Bulir air mata Queensa turun deras seirama dengan isak dan sesak yang kini mendera dadanya.
Anjasmara terdiam. Ia menatap Queensa dalam. Tak lagi membalas ucapan Queensa.
Anjasmara meninggalkan Queensa setelah seorang dokter memintanya menebus obat.
*******
Queensa sangat kecewa saat Pamannya justru berbahagia mendengar berita kehamilannya, Ridwan bahkan mendukung penuh keputusan Anjasmara untuk mengajukan pengunduran diri sementara untuk Queensa. Bagi Queensa pamannya sama saja dengan Anjasmara terlalu berlebihan menyikapi masalah kehamilannya.
Queensa tidak sudi memakai topeng palsu, dia terang-terangan memperlihatkan raut kesal dan marahnya pada setiap orang yang menatapnya. Baginya tidak ada yang peduli pada rasa sakit hatinya. Dia merasa sial karena kehamilannya sedikit rentan dan harus memaksanya untuk banyak menghabiskan waktu di tempat tidur.
Perihal pergantian guru semua diatur oleh Anjasmara, Queensa hanya perlu menikmati kehamilannya saja, tapi meski begitu Queensa tetap menyalahkan Anjasmara karena membuatnya cepat hamil padahal mereka masih tergolong pengantin baru.
Malang nian nasibnya.
Ucapan selamat yang keluar dari orang-orang itu sama sekali tak berharga dan bermakna bagi Queensa. Karena hingga saat ini hatinya masih mengharapkan orang lain.
Suara langkah kaki terdengar. Queensa tak perlu menoleh untuk mengetahui siapa yang datang. Anjasmara meraih tangannya untuk di tuntun, tapi dengan sengaja dan tidak perduli mereka tidak sedang berdua saja. Queensa menyentak tangan besar itu dan meninggalkan Anjasmara sendiri di hadapan orang-orang.
"Tolong jangan menempel terus padaku, adanya kamu buat aku mual dan ingin muntah!"
Anjasmara hanya memandang istrinya datar. Cuih, dan itu membuat Queensa semakin membencinya.
Anjasmara tak pernah marah, membuat Queensa kecewa, karena itu menyulitkan Queensa untuk menggugat perceraian, tidak ada alasan yang kuat untuk menjadi penyebab gugatannya.
Dengan gaya angkuh, Queensa berjalan menuju kamar, pelan-pelan dia akan menyusun langkah agar menjauhkan Anjasmara dari hidupnya.
"Apa kamu bahagia dengan kehamilan ku?"
Anjasmara yang tengah melepas ikat pinggangnya tiba-tiba dihampiri oleh Queensa.
Pria itu mengangguk. "Sangat. Namun sayangnya istri saya tidak memiliki kebahagiaan yang sama besar dengan yang saya miliki,"
"Benarkah?" Ucap Queensa seraya mengangguk, "Jika benar, apa aku boleh minta sesuatu?" Anjasmara tak menjawab. Ia malah memicing curiga. "Ini demi aku dan anakmu," tambah Queensa serius dengan menatap wajah Anjasmara.
"Apa?"
Queensa tersenyum penuh kemenangan. "Aku butuh ketenangan, aku tidak mau tinggal satu atap denganmu."
Tangan Anjasmara seketika mengepal, pria itu tengah menekan emosi.
"Kamu ingin Saya pergi dari rumah ini?" Dari suaranya, Queensa tahu jika Anjasmara tengah menahan emosi.
Queensa menggeleng pelan. "Aku nggak bilang begitu."
"Apa maumu!?" Anjasmara menghela napas kesal seraya memejamkan mata.
"Aku ingin tinggal jauh darimu, setidaknya sampai aku melahirkan! Tolong lakukan ini demi kami."
Wajah Anjasmara merah padam. "Kau ingin lari dari pernikahan ini!? Jangan harap! Kalau kamu tidak mau melihat adanya Saya? Baik. Tapi jangan harap saya akan membiarkanmu pergi!"
Anjasmara tak meneruskan kegiatannya, laki-laki itu berbalik pergi berjalan meninggalkan istrinya. Queensa meneteskan air mata dengan hati yang terasa diremas, tangannya bergetar diiringi dadanya yang bergerak naik turun.
Queensa berjalan menuju tempat tidur mereka. Aroma khas Anjasmara menguar memasuki indra penciumannya kala kepalanya di letakkan di atas bantal. Queensa merebahkan tubuhnya dengan hati-hati dan berusaha memejamkan mata agar emosinya meredam.
Jika tidak hari ini, esok hari dia akan kembali meminta pada Anjasmara kebebasan, jikapun tidak berhasil lagi, Queensa tidak akan menyerah, apa lagi kini dia memegang senjata yang bisa melumpuhkan Anjasmara, yaitu janin yang ada di rahimnya.
"Cepat atau lambat aku akan terbebas dari gubuk derita ini!" gumamnya sebelum terlelap.
makanya gak usah sooook...
untung gak dicere
semoga Anjas menemukan perempuan yang tepat dalam hidupnya...
queensa ini gak kapok kapok lho ya ...
haddeuh 🤦♀️