kisah sekretaris yang nikah sama bos nya
⚠️ mengandung scene dewasa ⚠️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Undangan Dari Mantan
Satu jam telah berlalu, dengan rasa kantuk dan lelah yang masih menyerang. Hazel terpaksa bangun dari tidurnya. Hazel tersadar ia masih berada di tempat penginapan. Ia harus segera pulang karena tidak mau berlama-lama di tempat itu.
Hazel melirik ponselnya sejenak, pukul tiga dini hari. Pantas saja, suara musik masih terdengar kencang diluar sana. Hazel langsung mengambil seluruh pakaian yang ada diatas meja. Namun sedetik kemudian, ia baru menyadari sosok Jean sedang duduk di sudut ruangan sambil menghirup Vape di mulutnya.
Padahal Hazel berpikir, Jean sudah pergi meninggalkannya. Tetapi tidak, laki-laki ini menunggunya sampai benar-benar terbangun.
Melihat Hazel yang sudah bangun, Jean tetap membungkam suara. Ia memperhatikan Hazel yang sedang memakai pakaiannya. Jean berfikir dalam benaknya, tidak disangka ia bisa menghabiskan malam bersama perempuan yang ia cinta. Ralat, perempuan yang dulunya ia cintai, perempuan yang pernah singgah di hatinya sebelum pergi bersama laki-laki lain.
Jean bangun dan menghampiri Hazel. Gadis itu tersentak, raut wajah Jean terlihat dingin dan datar. Tidak ada lagi raut wajah penuh cinta dan kasih sayang yang Jean tunjukkan seperti saat mereka memadu kasih diatas ranjang.
Jean kembali menunjukkan sisi aslinya. Entah lah, benar begitu atau hanya perasaannya saja.
"Aku mau pulang."
Jean menyingkir setelah mendengar ucapan Hazel, ia beri jalan pada gadis itu.
Hazel pun langsung mengambil tas nya dan melenggang menuju pintu. Jean mengejar, ia menahan tangan Hazel, "Ada yang mau gue tanyain sama lo."
"Apa?."
"Samuel. Lo masih berhubungan sama dia?."
"Kok kamu nanya itu?."
"Waktu lo tidur, dia nelfon. Gue angkat."
"Jean? Terus dia ngomong apa?."
"Dia cuma bilang, dia mau dateng kerumah lo..."
"Lo masih berhubungan sama dia, Zel? Kenapa?..."
"Dia udah ngehianatin lo, dia tidur sama mantannya."
"Emangnya kenapa? Apa bedanya sekarang, aku juga tidur sama kamu."
"Terus lo mau balikan sama dia?."
"Itu bukan urusan kamu. Aku pergi dulu..."
"Oh iya, terima kasih uangnya."
Hazel melenggang pergi meninggalkan kamar mereka. Jean pun terlihat kesal, ia mengepalkan tangannya dan meninju dinding sampai retak.
"Lo belum berubah, Zel."
...•••••...
Beberapa jam sudah berlalu. Sudah cukup lama Hazel melanjutkan tidurnya. Hazel mengerjap beberapa kali sebelum benar-benar membuka matanya. Sedetik kemudian, dia melirik kearah jendela, ternyata diluar sana langit sudah terang.
Hazel kembali memeluk bantalnya, matanya pun kembali terpejam. Bukan hendak kembali tidur, namun Hazel mengingat kembali waktu yang dia habiskan semalam bersama Jean.
Malam yang begitu indah dan terasa panjang, dimana dia memadu kasih dengan Jean diatas ranjang, tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Setiap sentuhan lembut Jean disekujur tubuhnya, Hazel masih merasakannya sampai sekarang. Hazel tersipu malu, dia membayangkannya lagi, membuat jantungnya berdetak sangat kencang. Dia merindukan Jean. Ya, dia merindukan laki-laki itu.
Sesaat kemudian, senyum Hazel mendadak luntur, dering ponselnya membuat dia terkejut. Dia menatap nama Dave terpampang dilayarnya.
"Halo, Hazel?."
"Halo, Pak. Selamat pagi."
"Pagi kamu bilang? Lihat keluar, ini udah sore."
"Hehe, udah sore ya, Pak? Saya baru bangun."
"Apa? Haduh, haduh..."
"Cepat bersiap, temani saya survey lokasi."
"Sekarang, Pak? Bukannya lusa?."
"Sekarang. Buka pintunya dulu, saya udah di depan rumah kamu."
"Apa?! Pak Dave?."
Hazel terkejut, ia langsung menyingkap gordyn kamarnya. Dan benar saja, sosok Dave sedang berdiri sambil bersandar pada mobilnya,
"Haduh, kenapa baru bilang, Pak. Saya buka pintu dulu."
Hazel memutus sambungan telfonnya dan bergegas membuka pintu untuk Dave. Ia merasa tidak enak sudah membuat Bos nya menunggu sambil berdiri didepan rumahnya.
"Maaf ya, Pak. Saya nggak tau."
"Nggak apa-apa, salah saya nggak kabarin kamu dulu."
"Enggak, enggak. Bapak nggak pernah salah, Bapak kan Bos nya, hehehe..."
"Ayo masuk, Pak."
"Eh, Hazel!" Seseorang wanita tua berteriak, membuat Hazel dan Dave kompak menoleh,
"Pacarnya kasihan tuh nunggu diluar dari tadi."
"Ha, pacar?" Hazel bingung, matanya beralih pada Dave yang sedang tersenyum
"Kapan sebar undangan? Jangan kelamaan pacaran, nggak baik."
"Hehe iya, Bu..."
"Hazel masuk dulu ya, Bu, mariii" Hazel bergegas sambil menarik Dave masuk ke dalam rumahnya,
"Kayaknya kalo Bapak beneran jadi pacar saya, itu terlalu berat, deh..."
"Soalnya Bapak itu duda berkualitas tinggi."
"Hm, ngejek saya, ya?."
""Hehe, bercanda Pak."
•••••
Hari sudah semakin larut, malam mulai menjelang. Setelah kembali menemani Dave dengan urusannya, kini berbalik Hazel yang meminta Dave untuk menemaninya pergi ke acara arisan.
Awalnya pria itu menolak, namun Hazel mengancam tidak mau lagi mengikuti kemana pun Dave pergi saat dia memintanya. Dan ternyata, ancaman kecil itu dianggap serius oleh Dave.
Cukup lama menunggu Hazel bersiap, akhirnya Dave menghela nafas lega. Perempuan yang ditunggu-tunggu sudah menampakkan batang hidungnya,
"Saya sampai habis tiga gelas nungguin kamu. Lama banget?."
"Hehe, maaf Pak. Ayo."
Keduanya berjalan menuju pintu. Di depan rumah, sosok Samuel terlihat baru turun dari mobilnya. Benar yang dikatakan Jean, Samuel akan datang kerumahnya. Namun ia tidak tahu maksud kedatangan laki-laki ini.
Samuel menatap Dave dengan seksama dan Hazel menyadari itu, "Samuel, jangan salah paham-"
"Aku mau undang kamu, Zel" Samuel mengeluarkan sebuah undangan pernikahan dari saku jaketnya,
Hazel terperangah. Apa yang ia lihat? Sebuah undangan pernikahan dengan nama Samuel diatas disana? Hancur harapan Hazel untuk kembali dengan laki-laki itu.
Melihat reaksi Hazel, Dave lah yang menerima undangannya. Samuel kembali ke mobilnya namun Hazel menahan, ia mencegah kepergian mantan kekasihnya itu,
"Bukannya kita udah baikan? Aku udah maafin kamu..."
"Tapi kenapa tiba-tiba kamu nikah sama Karin?..."
"Kamu bilang mau perbaikin hubungan kita?."
"Aku berubah pikiran, aku nggak bisa lanjutin hubungan sama kamu."
"Tapi kenapa-"
"Minggir! Hazel!" Samuel mendorong Hazel dengan kencang, beruntung Dave sigap menangkapnya,
"Samuel?."
"Terserah mau datang atau enggak, yang jelas aku udah undang kamu..."
"Jangan playing victim dengan bilang aku tiba-tiba pergi dan menikah tanpa kasih tau kamu. Permisi" Ucap Samuel sebelum pergi,
Hazel menatap Samuel sampai terkulai lemas, air matanya mulai tumpah, Dave memeluknya berharap Hazel bisa menenangkan dirinya.
"Saya nggak suka lihat kamu lemah begini."
"Dia jahat banget, Pak. Padahal dia bilang mau balikan..."
"Dia bilang masih cinta sama saya."
"Itu bohong, Hazel. Dia udah nggak cinta sama kamu sejak dia selingkuh..."
"Kenapa masih berharap? Laki-laki masih banyak. Lupain Samuel."
"Susah, Pak Dave."
"Bisa, hanya butuh waktu."
"Tapi gimana caranya?."
"Caranya? Hm, mungkin kamu harus cari penggantinya?."
"Siapa? Pak Dave mau jadi pacar saya?."
"Apa?."
...•••••...
...bersambung...
Hayo hayoooo siapa yang penasaran sama lanjutannya???
Sejauh ini, kalian naik kapal siapa nih, Hazel Dave atau Hazel Jean?
Jangan lupa klik love biar gak ketinggalan chapter selanjutnya ya, terimakasih ♥️