NovelToon NovelToon
Obsesi Cinta King Mafia

Obsesi Cinta King Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: dina Auliya

Karena menyelamatkan pria yang terluka, kehidupan Aruna berubah, dan terjebak dunia mafia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Api pengkhianatan

Ledakan itu menggetarkan bumi, seakan seluruh kota berguncang. Dari dermaga, kobaran api menjulang ke langit malam, asap hitam menutupi bintang, dan suara sirene mulai meraung di kejauhan.

Aruna terperanjat. Napasnya tercekat, matanya membelalak. “Itu… benar-benar markas mu, Leo?”

Leonardo menggertakkan giginya. Tangannya mengepal, tatapannya gelap. “Sial. Mereka sudah mulai bergerak lebih cepat dari perkiraan.”

Tanpa menunggu, ia menarik tangan Aruna. “Kita harus pergi.”

“Pergi ke mana?!” Aruna berontak, suaranya bergetar antara marah dan takut. “Kau belum menjawab pertanyaanku soal ayah! Jangan pikir aku akan diam begitu saja!”

Leonardo menatapnya sebentar. Di balik sorot matanya yang tajam, ada kelelahan dan rasa bersalah yang tak pernah ia tunjukkan. Tapi ini bukan waktunya.

“Kalau kau ingin jawaban,” katanya dingin, “bertahanlah hidup lebih dulu. Setelah itu, baru kita bicara.”

Aruna menggigit bibir, matanya berkaca-kaca. Hatinya berteriak ingin menuntut kebenaran, tapi ledakan berikutnya mengguncang tanah, membuatnya tersungkur ke pelukan Leonardo.

---

Mobil hitam menjemput mereka di ujung dermaga. Sopirnya, salah satu orang kepercayaan Leonardo, wajahnya penuh darah dan luka.

“Mereka datang dari semua arah, Tuan!” lapornya tergesa. “Markas utama hancur. Sebagian besar anak buah terjebak di dalam.”

“Siapa dalangnya?” tanya Leonardo, suaranya menekan.

Pria itu terisak menahan sakit. “Kami… belum tahu. Tapi… sepertinya orang dalam yang memandu mereka.”

Aruna menoleh cepat. “Orang dalam? Jadi ada pengkhianat?”

Leonardo tidak menjawab, tapi matanya semakin tajam. Ia sudah mencium bau pengkhianatan sejak beberapa minggu terakhir, tapi ia tidak menyangka serangan sebesar ini akan datang secepat itu.

Mobil melaju kencang menembus jalanan gelap, meninggalkan dermaga. Namun, di tikungan sempit, hujan peluru menyambut mereka.

“DUARR! DUARRR!”

Kaca mobil pecah berhamburan. Aruna menjerit, tubuhnya gemetar hebat. Leonardo menunduk kan nya ke bawah kursi, lalu menarik pistol dari pinggangnya.

“Pegangan, Aruna!”

Dengan tenang namun brutal, Leonardo menembak balik dari jendela yang pecah. Dua penyerang jatuh seketika, tapi lebih banyak yang datang dari bayang-bayang.

Sopirnya tak sempat menghindar ketika peluru menembus dadanya. Mobil oleng, menabrak tiang, dan berhenti dengan suara dentuman keras.

Aruna hampir terhempas keluar, kalau bukan karena tangan Leonardo yang melingkari pinggangnya. “Jangan lepaskan aku,” katanya singkat.

Mereka keluar dari mobil, berlari menembus lorong sempit di antara gudang-gudang tua. Suara langkah kaki pengejar terdengar makin dekat.

---

Hujan turun makin deras. Lampu-lampu jalan berkelip samar, seolah ikut menggigil menyaksikan perburuan berdarah itu.

Aruna terengah-engah. “Leo… aku tak sanggup lagi… aku—”

“Diam.” Leonardo menariknya ke tembok, menutupi tubuhnya dengan tubuhnya sendiri saat peluru berdesing melewati kepala mereka.

Darah menetes di pipi Aruna. Ia menoleh dan mendapati lengan Leonardo robek, peluru menembus kulitnya.

“Leo! Kau terluka!”

Leonardo hanya mendesis. “Itu tidak penting.”

“Bagaimana bisa tidak penting?! Kau bisa mati!” Aruna berusaha menahan lukanya dengan tangan gemetar, meski darah terus mengalir.

Leonardo menatapnya sebentar, lalu tersenyum miris. “Kau masih peduli… meski kau membenciku?”

Aruna tercekat. Hatinya memang berantakan. Bagaimana mungkin ia peduli pada pria yang mungkin saja terlibat dalam kematian ayahnya? Tapi di saat bersamaan, ketakutannya akan kehilangan Leonardo begitu nyata, menghantam dadanya hingga sesak.

Ia menunduk, tak sanggup menjawab.

Leonardo meraih dagunya, memaksa matanya bertemu dengan matanya. “Aruna. Aku bukan pria baik. Aku sudah lakukan banyak hal yang tidak bisa kau bayangkan. Tapi satu hal yang harus kau tahu… aku tidak akan membiarkanmu mati. Bukan malam ini, bukan selamanya.”

Aruna hampir terbuai oleh ketegasan suaranya. Namun, sebelum ia sempat merespons, suara ledakan granat mengguncang bangunan di dekat mereka.

---

Mereka akhirnya berhasil mencapai sebuah rumah aman, tersembunyi di balik barisan toko tua yang sudah lama tutup.

Anak buah Leonardo yang tersisa sudah menunggu di sana. Hanya segelintir, wajah mereka pucat dan penuh luka.

“Tuan… kita kalah. Semua jaringan komunikasi disabotase. Senjata-senjata di gudang lenyap. Seseorang dari dalam pasti yang membocorkan ini semua,” kata salah satunya.

Leonardo berjalan mondar-mandir, wajahnya muram. “Siapa yang masih bisa dipercaya?”

Tidak ada yang berani menjawab.

Aruna berdiri di sudut ruangan, tubuhnya masih gemetar. Pikirannya penuh tanda tanya. Siapa yang mengkhianati mereka? Dan lebih penting lagi, apakah semua ini ada hubungannya dengan rahasia masa lalu ayahnya?

Perlahan, ia mulai menyatukan potongan-potongan yang tercecer. Ayahnya terbunuh oleh orang terdekat. Leonardo selalu menolak menjawab. Sekarang ada pengkhianat di lingkaran Leonardo.

Jantungnya berdegup kencang. Jangan-jangan semua ini bukan kebetulan. Jangan-jangan rahasia itu kembali menghantui.

Tengah malam, saat hujan mereda, suara ketukan pelan terdengar di pintu rumah aman.

Anak buah Leonardo sigap mengangkat senjata. Suasana mencekam.

“Siapa di luar?!” teriak salah satu penjaga.

Tak ada jawaban. Hanya suara langkah pelan yang menjauh.

Leonardo memberi isyarat. “Jangan buka pintu. Pasang perimeter.”

Namun, ketika semua fokus pada pintu depan, Aruna merasakan sesuatu aneh. Angin dingin menyusup dari jendela belakang yang setengah terbuka.

Ia menoleh… dan membeku.

Di balik tirai tipis, bayangan seseorang berdiri menatapnya.

Wajah itu samar, tapi sorot matanya menusuk langsung ke dalam hatinya. Aruna ingin berteriak, tapi tubuhnya membeku.

Bayangan itu kemudian mengangkat satu jari ke bibirnya—isyarat diam—sebelum lenyap ditelan kegelapan.

Aruna limbung, kakinya goyah. Siapa itu? Mengapa sorot mata itu terasa begitu… familiar?

---

Leonardo mendekat cepat, menahan bahunya. “Aruna, apa yang kau lihat?”

Aruna menatapnya dengan wajah pucat. Bibirnya bergetar, tapi kata-kata tak keluar.

Di dalam hatinya, ketakutan dan kecurigaan bercampur menjadi satu. Apakah bayangan itu membawa kebenaran tentang ayahku? Atau hanya permainan lain dari Leo?

Leonardo mengguncangnya pelan. “Katakan, Aruna. Apa kau melihat seseorang?”

Aruna akhirnya membuka mulut.

“Aku… aku melihat…”

Sebelum ia sempat melanjutkan, suara tembakan menghantam dinding rumah aman. Jendela pecah, dan anak buah Leonardo berteriak.

“Serangan lagi! Mereka menemukan kita!”

Semua orang berhamburan, bersiap melawan.

Leonardo menarik Aruna ke dadanya, melindunginya. Tapi kali ini, Aruna tidak merasa aman. Di balik pelukan itu, hatinya bergetar oleh ketidakpastian.

Apakah ia benar-benar bersama pelindung… atau justru bersama musuh yang membunuh ayahnya?

Dan pertanyaan itu terus menggantung, seiring suara tembakan menggema memecah malam.

1
🇬‌🇦‌🇩‌🇮‌🇸‌🇰‌
n
🇬‌🇦‌🇩‌🇮‌🇸‌🇰‌
Yang udah diringkas nya naskah nya ini?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!