Ini hanya cerita karangan semata. Semoga bermanfaat.
Ini kisah cinta Viola Armada dan Yuko Eraser. Di lengkapi dengan misteri di balik kematian Lazio Eraser, Daddy nya Yuko Eraser.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
"Viola? Siapa dia, Yuk?" tanya Lova.
Yuka menatap Mommy. "Dia teman sekolah kak Yuko, Mom."
"Teman sekolah?"
Yuka mengangguk. "Dia akan membantu kita mencari kak Yuko, dia akan datang kemari,"
Lova mengangguk. Lova juga penasaran dengan sosok Viola itu. Mungkinkah Viola pacarnya Yuko? Awas saja jika, iya.
...----------------...
Victor dan Sera sedang berada diluar apartemen, mereka baru pulang dari mengurus sesuatu. Langkahnya terhenti saat melihat Viola yang keluar apartemen dengan ekspresi khawatir.
"Ma, Pa,"
"Viola, kamu mau kemana? Ini sudah malam." kata Sera.
"Kata Yuka, Yuko belum pulang dari tadi. Aku mau bantu cari Yuko, Ma, Pa, boleh kan?" Wajah cemasnya tidak bisa disembunyikan, Viola sangat berharap mendapat izin dari mereka berdua.
"Yasudah, kita cari sama-sama saja." Victor memutuskan, mereka bertiga masuk kedalam mobil dan segera menuju tempat tujuan.
Didalam mobil, sambil mengemudi, Victor terlihat serius dan sibuk. Tentu saja tengah menghubungi Letnan, memberitahu mengenai Yuko yang tak kunjung pulang. Disana, Letnan juga diminta untuk ikut mencarinya. Karena sedari awal Victor sudah menaruh orang-orangnya untuk mengintai Yuko beserta keluarganya, begitu juga dengan Viola, dia selama ini selalu diawasi.
...----------------...
Lova dan Yuko menatap mobil hitam yang berhenti dibelakang mobilnya. Mereka berdua keluar begitu melihat Viola yang turun, dan disusul oleh dua orang yang tak asing bagi Lova.
Yuka menebak jika mereka adalah kedua orang tua Viola. Sedangkan Lova, dia sedang berpikir. "T-tuan dan Nyonya Paksa, kan?" Saat Victor dan Sera sudah dihadapannya. Lalu pandangannya berpindah pada gadis cantik berambut panjang dengan tinggi tak jauh dari Yuko. "Apakah gadis ini putri Anda?"
"Iya, dia putri kami." Sera yang menjawab.
"Saya Viola Tante, teman sekolahnya Yuko." Viola meminta tangan Lova untuk dicium, bukan dicium lebih tepatnya ditempelkan dikening.
"I-iya. Makasih ya kamu sudah mau membantu Tante mencari Yuko," Lova menatap Viola intens. Setelah Viola selesai menempelkan punggung tangannya dikening.
Viola mengangguk tersenyum tipis. "Sama-sama, Tante."
Sedangkan Victor, dia menatap jam tangannya, lalu menatap Lova dan Yuka bergantian. "Sudah berapa lama putra Anda menghilang?"
"Biasanya Yuko pulang sekolah jam empat sore. Tapi sampai sekarang dia belum pulang juga." Raut cemas tak bisa Lova tutupi. "Sudah kutelepon dia berkali-kali, tapi tidak bisa, ponselnya tidak aktif," Lova menggigit bibir, cemas.
"Baiklah, mari kita cari bersama-sama." kata Victor, dibarengi dengan ponselnya yang bergetar. Victor mengambil dan menerima panggilan yang ternyata dari Letnan. "Bagaimana?" tanya Victor sambil menjauh dari mereka, menuju mobilnya.
"Anak buah saya mengirimkan titik lokasi. Dan lokasinya ada dijalan Melati kosong dua, anak itu sendirian," kata Letnan.
"Baiklah, berikan titik lokasi itu padaku, tetap awasi anak itu sampai aku tiba disana."
"Baik, Tuan." Letnan mematikan panggilan. Sedangkan Victor menyimpan ponselnya lagi, dia kembali menghampiri istri dan anaknya. "Yuko ada dijalan Melati kosong dua. Mari kita kesana," Menatap Viola dan Sera lalu menatap Yuka dan Lova.
Mereka semua masuk kedalam mobil masing-masing dengan Victor yang memimpin jalan. Dalam perjalanan, Viola tidak bisa untuk tenang. Dia berulang kali menelepon nomor Yuko, tapi benar yang dikatakan oleh Tante Lova. Nomor Yuko tidak aktif.
Sera yang melihat dari spion depan jika anak gadisnya terlihat gelisah, menoleh. Dia menatap Viola. "Kamu tenang saja, Viola. Enggak akan terjadi apa-apa sama Yuko, percayalah,"
"Tapi, Mom. Kalau Yuko kenapa-napa gimana? Aku enggak bisa kalau nggak khawatir. Lagi pula kita akan kejalan Melati kosong dua, nama yang selalu disebut oleh hantu mata pe.cah itu," Viola teringat saat dia didatangi hantu mata pe.cah. Dia memang selalu mengucapkan kata itu. Entah lah, Viola juga tidak tahu ada apa dengan kata itu.
Mendengar kata hantu, Victor terdiam dengan fokus mengemudi. Dua pertemuan dengan Lova. Dia selalu bilang jika arwah suaminya datang meneror. "Jika bertemu dengan hantu itu lagi, tolong tanya dia Viola. Siapa nama dan alasan menakutimu,"
Viola mendelik. "Yang benar saja Papa ini. Baru melihat mukanya saja sudah takut luar biasa. Kok malah suruh nannya,"
"Kan biar tahu alasan setan itu muncul dan selalu bilang... Apa tadi?" ~ Victor.
"Melati kosong dua," ~ Viola.
"Nah itu."
Viola terdiam. Jika dipikir-pikir yang dikatakan oleh Papa ada benarnya juga. Tapi apa dirinya semampu itu untuk tanya jawab dengan hantu? Woah, momen itu sih perlu diabadikan nanti.
Dimobil lain, Yuka dan Lova menatap kedepan sana. Dimana mobil Papanya Viola memimpin jalan. Sambil mengemudi, sejak tadi Lova terus mengingat wajah Viola yang menurutnya mirip dengan seseorang.
"Yuka, Viola betulan anak kandungnya Tuan Victor?" Lova ingin memastikan sesuatu.
"Enggak tahu, Mom. Selama ini yang dekat sama dia bukan aku, tapi kak Yuko,"
Lova mengangguk. "Semoga kak Yuko nggak kenapa-napa,"
...----------------...
"Tolooong, aku tidak bisa bergerak! Tolooong!" Yuko hanya bisa berteriak dalam hati. Dia membaca do'a pengusir hantu, dia yakin pelaku semua ini adalah hantu mata pe.cah itu.
Benar saja, suara nyaring dan teriakan kesakitan terdengar. Suara itu benar suara hantu mata pe.cah itu. Yuko merinding dan gemetaran, perlahan tubuhnya mulai terasa longgar dan bisa bergerak sedikit demi sedikit.
Yuko lunglai dan jatuh terduduk dipinggiran jalan setelah suara kesakitan hantu itu menghilang. Tak lama Yuko melihat dua mobil hitam datang dan berhenti dibelakang motor miliknya.
Setelah mobil terpakir dengan benar, Yuka dan Lova turun dan segera menghampiri Yuko, memeluknya.
"Mom, hantu itu, hantu itu datang lagi, Mom," Yuko membalas pelukan Mommy.
"Tenang Yuko, sudah ada Mommy dan Yuka disini. Ada temanmu juga beserta orang tuanya," ucap Lova.
Viola mendekat dan ikut memeluk Yuko. "Kamu baik-baik saja, kan?"
"Seperti yang kamu lihat." ~ Yuko.
Viola lega. "Sukur lah."
Drrrttt....drrtttt....
Ponsel Lova bergetar didalam saku baju. Lova melepas pelukan dan mengambil ponselnya. Menerima panggilan yang ternyata dari Velix. "Hallo! Kenapa, Ve?"
Semua orang terdiam, mendengarkan Lova yang sedang berbicara dengan seseorang ditelepon. Termasuk Victor.
"Aku kerumahmu tapi kamu enggak ada,"
"Aku dijalan Melati kosong dua, ada apa?" Lova tidak ingin berbasa-basi. Saat ini yang dia pikirkan adalah Yuko, bukan yang lainnya.
"Aku menyusulmu. Tunggu disitu, oke?"
"Oke," Lova mematikan telepon dan kembali menyimpan teleponnya.
"Yuko, ayo kita kemobil sayang. Yuka, kamu bawa motor kakak ya, nggak apa-apa, kan?" Lova menatap Yuka.
"Enggak papa, Mom."
Saat semua membantu Yuko masuk kemobil, mobil Velix sampai. "Lova! Ada ap--Arghhhh!"
"VELIIIX...!"