NovelToon NovelToon
Ketika Suamiku Jatuh Cinta

Ketika Suamiku Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Ibu Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hasriani

Dinda memilih untuk menikah dengan seorang duda beranak satu setelah dirinya disakiti oleh kekasihnya berkali-kali. Siapa sangka, awalnya Dinda menerima pinangan dari keluarga suaminya agar ia berhenti di ganggu oleh mantan pacarnya, namun justru ia berusaha untuk mendapatkan cinta suami dari hasil perjodohannya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 4

Sesampainya dirumah, Dinda segera turun dari mobilnya, masuk ke dalam rumah dan langsung masuk ke kamarnya.

Ia melempar tasnya ke atas kasur lalu menyusul merebahkan dirinya disana.

Dinda menatap langit-langit kamarnya, merenungkan pertemuannya dengan Yuda tadi. Tangannya bergerak naik meraih tasnya dan membukanya lalu mengambil handphone.

Ada lebih dari dua puluh panggilan tak terjawab dari Yuda, ia lupa tadi mengaktifkan mode diam di hpnya.

Panggilan kembali masuk dihpnya, nama Yuda terpampang jelas di layar pemanggil. Dinda tidak berniat mengangkatnya, ia hanya membiarkan panggilan itu hingga berhenti.

Satu pesan masuk dari Yuda membuat Dinda segera membukanya.

"Dinda, aku akan terus berusaha supaya dapat maaf dari kamu, aku tidak mau menyerah mendapatkan kamu lagi."

Begitulah bunyi pesan singkat dari Yuda, Dinda menghela nafasnya dengan berat lalu beralih mengarsipkan pesan WhatsApp Yuda.

"Lama-lama dia juga lelah sendiri." Gumam Dinda tidak ingin mengambil pusing apa yang telah ia akhiri.

Ia lalu meletakkan hpnya diatas kepalanya, lalu kembali menatap langit-langit kamarnya.

Dalam lamunannya, wajah seseorang langsung terlintas dibenaknya, ia segera menggelengkan kepalanya saat ia menyadari isi pikirannya. Entah kenapa tiba-tiba ia teringat pada Ciara, bayi tiga bulan yang ia tolong kemarin bersama Ayahnya.

***

Keesokan harinya, Dinda mendapatkan pesan WhatsApp dari Rindu yang mengajaknya untuk makan siang bersama diluar. Dinda segera bersiap-siap, ia lalu menyimpan dokumen tesisnya menutup laptopnya.

Perasaan kesal langsung muncul saat melihat nama Yuda dilayar pemanggil, entah sudah yang ke berapa kali hari ini ia menelpon Dinda, namun tetap diabaikan oleh Dinda.

Ia tidak ingin moodnya hari ini berantakan, butuh banyak kesabaran untuknya menyelesaikan tesisnya, ia pun mengambil hpnya dan memasukkannya ke dalam tas, sama sekali tidak berniat menerima telpon dari Yuda.

***

Sesampainya di cafe yang juga adalah restoran tempat ia dan Rindu akan makan siang, Dinda segera masuk kesana.

Rindu sudah tiba lebih dulu, ia pun sudah memesan makanan karena jam istirahat kantornya hanya satu jam saja.

"Maaf yah lama." Ucap Dinda begitu ia duduk didepan Rindu yang tengah menikmati makan siangnya.

"Tidak apa-apa, sudah pesan makanan?." Tanya Rindu.

"Sudah tadi." Jawab Dinda yang sebelumnya sudah memesan makanan didepan.

Dinda meletakkan tasnya di kursi sampingnya, ia lalu memperhatikan Rindu yang makan begitu cepat.

"Pelan-pelan makannya, nanti tersedak loh." Kata Dinda khawatir.

"Aku mau pesan Dessert juga, jadi harus makan ini cepat-cepat." Ucap Rindu tersenyum.

"Dikantor lagi banyak kerjaan yah?." Tanya Dinda yang mengetahui jika Dinda pesan makanan penutup, berarti ia sedang stres.

"Banyak sekali, capek juga aku." Jawab Rindu menganggukkan kepalanya.

"Yang semangat Rindu." Ucap Dinda memberikan semangat pada sahabatnya.

"Tesis kamu bagaimana?." Kali ini Rindu yang bertanya tentang progres Tesis Dinda.

"Sebentar lagi selesai, kemarin rencananya aku mau ajukan sidang tapi tidak jadi, masih ada yang harus di revisi katanya." Dinda menjawab dengan sedikit tidak bersemangat, padahal ia mengira bisa sidang penutup bulan ini.

"Semangat calon dosen." Kata-kata Rindu membuat Dinda tersenyum.

"Apasih." Ucap Dinda malu-malu.

Makanan yang tadi dipesan Dinda akhirnya datang, ia lalu ikut makan bersama Rindu.

Tidak berselang lama, Dessert yang di pesan oleh Rindu pun datang. Ia begitu senang saat melihat betapa cantik makanan penutup itu.

***

Setelah selesai makan, masih ada sedikit waktu tersisa di sela jam istirahat Rindu, ia mengobrol dengan Dinda sebelum ia kembali ke kantor.

Melihat makanan penutup Rindu membuat Dinda juga ingin memesan. Ia pun memutuskan untuk memesan Dessert juga, tapi berbeda dengan yang dipesan oleh Rindu.

Saat menunggu pesanannya datang, ponsel Rindu berbunyi, ia segera mengangkatnya.

"Maaf Din, aku harus kembali ke kantor." Ucap Rindu begitu selesai menerima panggilan telepon tadi yang berasal dari kantornya.

"Ya sudah kembali saja, aku mau makan Dessert dulu." kata Dinda mengerti.

"Tidak apa-apa kan?." Tanya Rindu tidak enak karena ia harus pergi lebih dulu.

"Iya tidak apa-apa, kamu hati-hati dijalan." Jawab Dinda dengan santai.

"Aku pamit yah, nanti aku telepon." Ucap Rindu sembari melangkah pergi dengan buru-buru.

Dinda hanya tersenyum melihat sahabatnya, ia juga merasa bangga karena Rindu sudah menggapai cita-citanya untuk menjadi wanita karir.

***

Selang beberapa menit Rindu pergi, pelayan membawakan pesanan Dessert Dinda. Dengan senang ia menerima makanan penutup yang di buat seindah mungkin.

Sebelum memakannya, Dinda mengambil hpnya dan memotret makanan penutup itu, sayang jika tidak diabadikan pikirnya.

Saat ia hendak mulai memakan makanan penutupnya, matanya malah tertuju pada seorang wanita paruh baya didepan mejanya.

Sebenarnya Dinda sudah memperhatikan wanita itu sejak tadi sebelum Rindu mengangkat telepon dari kantornya, wanita itu seperti gelisah dan melihat ke sekeliling arah, disampingnya ada stroller bayi yang mengingatkan Dinda pada lelaki di taman itu.

Dinda pun memutuskan untuk mendekati wanita paruh baya itu, entah kenapa dia sangat ingin melihat bayi yang ada di stroller itu.

"Permisi Bu." Ucap Dinda, wanita paruh baya itu pun menoleh menatapnya.

"Iya, kenapa?." Tanyanya di tengah kegelisahannya.

"Saya lihat Ibu dari tadi gelisah, ada apa yah?." Tanya Dinda, tidak biasanya ia menghampiri orang seperti ini, ia malah merutuki perbuatannya.

"Oh, saya mau ke toilet tapi tidak ada yang bisa jaga cucu saya, saya tidak enak harus minta bantuan pelayan sedangkan mereka sedang sibuk." Jawab Wanita tersebut, Dinda pun membenarkan dalam hati, sekarang memang jam makan siang, pasti semua pelayan sibuk.

"Biar saya bantu jaga, Bu." Kata Dinda menawarkan, wanita itupun menatap Dinda curiga.

"Tidak usah, terima kasih." tolaknya dengan sopan, ia tidak bisa menyerahkan cucunya pada orang asing yang baru ia temui.

"Tidak apa-apa Bu, saya bantu." Tawar Dinda lagi merasa tidak enak juga karena sudah menghampirinya.

"Terima kasih untuk niat baiknya, tapi..."

"Ciara.." Ucap Dinda membuat wanita itu berhenti berbicara sejenak.

"Kamu kenal cucu saya?." Tanyanya terkejut, ia yakin hanya orang-orang terdekatnya yang mengenal cucunya.

"Ini benar Ciara kan, Bu?." Tanya Dinda balik merasa begitu senang bisa bertemu dengan Ciara lagi.

"Iya, kamu tau cucu saya darimana?." Nada bicara wanita itu mulai melunak, ada perasaan senang dalam dirinya.

"Kebetulan saya pernah ketemu Ciara dan Ayahnya di taman dekat rumah." Jawab Rindu menjelaskan bagaimana ia bisa mengenal Ciara.

"Benarkah?." Tanyanya lagi, kali ini lebih antusias sekaligus penasaran bagaimana ia bisa bertemu dengan cucu dan juga anaknya, terlebih ia penasaran bagaimana ia bisa tau nama Ciara.

1
kalea rizuky
lanjut donk
Evi Lusiana
emng d rmh dinda gk ada ART dn satpam ny y kak?
Hasriani: Gak ada kak, Dinda sama Papanya cuma tinggal berdua.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!