Wajib baca Novel Tawanan Dua Mafia.
Helena harus berjuang saat pria paling dicintainya dinyatakan tewas dalam pertempuran. Satu persatu orang yang disayangi Helena haeus tewas di depan matanya.
Helena harus tetap bertahan di saat situasi dan kondisi tidak lagi menguntungkan baginya.
Akankah Helena berhasil mengalahkan musuh yang tidak lain adalah sepupu suaminya sendiri?
"Strike, kau harus tetap hidup."
"Pergi, Nona. Pergi. Maafkan saya tidak bisa menjaga anda lagi."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 5
"Clous." Helena terlihat sangat bahagia dan ingin segera berlari untuk memeluk Clous.
"Berhenti di situ, Helena."
Helena menahan langkah kakinya. "Ada apa? Kau tidak mau memelukku?" Helena terlihat bingung. Tidak biasanya Clous menolak pelukannya. Wajah Helena berubah sedih. "Kau sudah tidak menyayangiku lagi?"
"Helena, kau datang ke tempat ini bersama Aberzio. Aku tidak mau dia salah paham."
Helena kembali diam. "Aberzio ada di sini juga? Aku tidak tahu."
"Dia ada di bawah. Bersama dengan komplotannya," sahut Clous lagi.
Helena tidak lagi mengeluarkan suara. Apa yang dikatakan Clous ada benarnya. Jika Aberzio sampai melihat istrinya berpelukan dengan pria lain, dia pasti akan salah paham.
"Sekarang pergilah. Temui suamimu. Aku hanya jalan-jalan saja tadi. Nggak sengaja mengikutimu." Clous memalingkan wajahnya. Dia berusaha mengabaikan Helena. Meskipun sebenarnya kini dia sangat ingin memeluk Helena.
"Helena pembunuh!"
Helena dan Clous memandang ke samping. Sekelompok orang bersenjata muncul. Seorang wanita memimpin segerombolan pria bersenjata tersebut. Helena segera berlari mendekati Clous. Dia memegang lengan Clous dan memperhatikan sekelompok orang yang kini mengincar nyawanya.
Clous memperhatikan musuh di depannya. Bisa dilihat jelas kalau mereka bukan warga Rio. "Kau mengenal mereka?"
"Mereka anak buah Roxy," bisik Helena.
"Roxy? Pengusaha tambang yang tewas di tanganmu, Helena?"
Helena menjawab dengan anggukan. "Kau dalam masalah, Helena. Pergi. Temui Aberzio. Aku akan menghalangi mereka mengejarmu."
"No. Kau bisa celaka. Mereka memiliki senjata," tolak Helena. Keputusan Clous sangat beresiko. Helena tidak mau hal buruk menimpa Clous.
"Aku baik-baik saja," sahut Clous. Dia berusaha menyakinkan Helena. "Aku sudah punya senapan."
"Aku akan membuat mereka mengejarku. Beberapa bisa kau atasi sendiri." Helena maju ke depan. Dia tersenyum menghina sebelum melambaikan tangannya. "Tangkap aku jika kalian bisa."
Helena segera berlari setelahnya. Clous melebarkan kedua matanya. Dia berusaha menghadang beberapa orang. Sisanya segera mengejar Helena. Termasuk wanita yang menjadi pimpinan kelompok tersebut.
"Apa yang dia pikirkan? Sekarang semua mengejarnya. Aku memintanya kabur. Bukan mengejek!" umpat Clous kesal.
Helena segera turun ke lantai bawah. Meskipun tidak tahu dimana suaminya berada, tapi kali ini Helena akan bertarung di tempat yang sunyi. Helena menggiring musuhnya menuju ke tempat parkir. Hanya di sana tempat yang aman.
"Apa itu Aberzio?" Helena menahan langkah kakinya. Aberzio sedang mengobrol dengan beberapa pria berdasi. Mereka terlihat asyik dan terhanyut di dalam obrolan mereka. Bahkan tidak peduli dengan keadaan sekitar.
"Benar. Itu Aberzio." Helena memandang ke belakang lagi. Kali ini Helena tidak memiliki pilihan lain. Dia segera berlari menghampiri Aberzio. Hanya suaminya yang bisa melindunginya.
Aberzio memandang ke depan. Melihat Helena berlari kencang membuatnya melangkah maju. Strike juga kaget melihat Helena muncul dengan cara seperti itu. Bahkan Clara tidak ada lagi di sisinya.
"Honey," teriak Helena panik. Dia segera memeluk Aberzio. Menyembunyikan wajahnya di dalam jas suaminya. "Mereka tidak boleh tahu aku ada di sini."
Aberzio memandang ke depan lagi. Belasan orang bersenjata muncul dan mencari-cari keberadaan Helena. Strike melirik waspada. Senjata api juga sudah ada di dalam genggamannya.
"Cari di sana. Tangkap pembunuh itu. Jangan sampai lolos!" Perintah pimpinan kelompok. Mereka semua segera berpencar. Tidak mau sampai kehilangan jejak Helena.
"Apa mereka sudah pergi?" tanya Helena berbisik.
"Sudah." Aberzio memandang rekan bisnisnya yang kini tersenyum.
"Kita lanjutkan lain hari, Tuan. Sepertinya anda memiliki sedikit masalah."
Aberzio mengangguk. Rekan Aberzio segera pergi dari sana. Kini Helena segera melepas pelukannya. Memandang keadaan sekitar sebelum bernapas lega.
"Kau takut ditembak, Honey?"
Helena mengernyitkan dahinya. Memandang wajah Aberzio dengan serius. Suaminya memanggilnya Honey? Terdengar begitu manis dan membuatnya melayang.
"Manis sekali." Helena segera memeluk Aberzio lagi. Dia bahkan melupakan musuhnya begitu saja. "Apa aku mengganggumu, Honey?"
Aberzio menahan senyumnya. Dia mengangkat kedua bahunya. "Ya."
"Sorry."
"Kau tidak akan bisa kabur, Helena."
Helena memandang ke belakang. Melihat musuhnya kembali muncul membuatnya tersenyum sekarang. Meskipun Helena yakin dia tidak akan mungkin celaka karena ada Aberzio di sana. Tapi rasanya Helena tidak mau ada pembunuhan di sana.
"Biar aku yang atasi," pinta Helena.
Aberzio memandang Strike. Mereka mengawasi wanita itu dengan saksama. Penuh perhitungan. Tidak boleh sampai tergores sedikitpun.
"Aku memang membunuh Roxy. Tapi pria bernama Harke yang sudah membayarku," Jelas Helena. "250 juta untuk nyawa Roxy."
"Sayangnya kami ke sini bukan untuk berdamai. Tapi merenggut nyawamu, Helena." Wanita berjaket hitam itu melangkah maju. Menodongkan senjatanya.
"Apa ada kalimat perpisahan yang ingin kau ucapkan Helena?"
"Tentu ada. Kau baik sekali masih memberiku kesempatan bicara." Helena tersenyum manis. Dia melirik Clous yang kini memperhatikannya di lantai atas. Wajah pria itu tetap saja terlihat khawatir meskipun ada Aberzio di dekat Helena.
"Aku tidak peduli jika semua orang di dunia ini jahat padaku. Bahkan jika seluruh isi bumi mengatakan kalau aku adalah seorang pembunuh. Aku tetap tidak peduli. Sejak awal memang aku bukan orang yang baik. Selama suamiku selalu berpihak padaku. Maka aku akan baik-baik saja." Helena melangkah mundur sekarang. Dia berhenti saat tubuhnya sudah berhasil bersentuhan dengan Aberzio.
Strike melangkah maju. Berdiri di depan Helena. Melindunginya. Bersamaan dengan itu, anggota King Tiger keluar dari tempat persembunyiannya. Mereka menodongkan senjata hingga membuat wanita yang sempat mengancam Helena kini menurunkan senjatanya perlahan.
"Aku akan selalu ada di pihakmu. Meskipun kau salah, dimataku kau akan selalu benar, Honey," bisik Aberzio.
Helena tersenyum mendengarnya. Kepalanya mendongak ke atas lagi. Bersamaan dengan itu, Strike mulai menghajar wanita di depannya. King Tiger juga sudah maju untuk menghabisi musuh yang tersisa.
Clous tersenyum memandang Helena. Mengangkat kedua bahunya bersamaan. Mengatakan keadaan sudah aman dan dia akan pergi. Helena membalasnya dengan senyuman dan kedipan mata. Wanita itu segera berputar. Memeluk Aberzio.
Clous juga segera berputar untuk pergi.
"Tunggu."
Langkah Clous kembali tertahan. Clara berdiri di depan Clous. Pria itu menatapnya. Tapi belum ada mengeluarkan suara sedikitpun. Dia hanya memperhatikan. Menyelidiki.
Clous memandang ke belakang. Memastikan bukan dia satu-satunya pria yang kini di pandang oleh Clara.
"Aku memandangmu," ketus Clara.
"Untuk apa?" Clous merapikan penampilannya. Dia ingin segera pergi dari sana.
"Tunggu." Clara memegang tangan Clous. Menahannya. Kedua bola matanya bergerak turun. "Lumayan. Nggak buruk untuk dijadikan simpanan," batin Clara.
"Kau sepupu Aberzio kan?" Clous berjalan mendekat. Clara melangkah mundur dengan wajah kaget. Dia berusaha menghindari sentuhan dari Clous.
"Aku... Hanya ingin memastikan kalau kau bukan pembunuh bayaran yang menginginkan nyawa Kak Helena. Aku tidak mau Kak Helena celaka," sahut Clara dengan suara lembut. Dia harus bisa membuat Clous ada di dalam genggamannya.
Clous mendekati wajahnya. Kini Clara tidak bisa menghindar lagi karena di belakangnya ada tangga. "Prasangka burukmu itu tidak akan pernah terjadi. Permisi!" Clous segera pergi meninggalkan Clara begitu saja.
Clara memandang punggung Clous. Dia tersenyum licik setelahnya. "Ternyata dia sedikit jual mahal. Percobaan selanjutnya kau pasti akan langsung tergila-gila padaku. Kita lihat saja."
Anggota Clara keluar dari tempat persembunyiannya. Wajah mereka semua terlihat kusut karena kali ini rencana mereka gagal lagi. Clara memalingkan wajahnya. Sebenarnya dia juga kesal karena harus gagal. Sudah puluhan kali mencoba dan puluhan kali juga gagal.
"Ada berapa banyak anggota Strike yang patuh sama perintahku?"
"Hampir separuh, Bos."
Clara tersenyum puas. "Bagus. Semakin banyak semakin baik. Malam ini kita berangkat ke Meksiko. Aku akan kembali lagi jika waktunya sudah tepat. Kita bebaskan mereka bersenang-senang. Setelah itu kita susun rencana baru."
kenapa harus dirahasiakan dr helena
klo jason tdk seposesif robert
🫂🫂🫂helena km pasti bisa jgn menyerah dulu...tunggulah aberzio kembali
jangan dulu jatuh ke pria lain mending jadi single mom aja sembari ngumpulin kekuatan n strategi baru king tiger yg udah bercerai berai ulah si clara..
emang selalu ada kejutan distiap novel²nya kak sis😲😯
klo aberzio beneran mati nasib helena y jadi tahanan berstts istri robert😭
jgn sampe jjson juga dilenyapkan si robert
jeson ben kalian dimana😭