Miskin , dihina wajar. Diam di bully, biasa. Yang luar biasa adalah, Aqmal seorang remaja miskin yatim piatu, menolak menyerah pada nasib malang, penderitaan, hinaan dan perundungan, justru membuat nya tumbuh menjadi semakin tegar dan kuat.
Hingga alam berpihak kepada nya, memberikan sebutir gundu ajaib kepada nya.
setelah mendapatkan gundu ajaib itu, perlahan hidup nya mulai berubah, setapak demi setapak, dia mulai meniti takdir nya menjadi seorang kultivator utama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujian Semester
Setiba di pondok nya, Aqmal segera membuat kopi gula aren kesukaan nya, sambil makan biskuit yang dia beli tadi.
"Aku tidak mungkin selama nya tinggal di pondok, aku harus membuat sebuah rumah yang lebih kokoh, tidak usah besar besar, cukup Minimalis yang penting bagus dan kokoh" pikir Aqmal.
"Nanti sepulang sekolah, aku mau bertemu bang Mamat, tukang bangunan yang cukup baik, lagi pula beliau kenal dekat dengan almarhum ibu" gumam Aqmal sambil menyeruput kopi nya.
Aqmal bersandar di dinding, menatap ke atap pondok nya yang terbuat dari daun Rumbia dan sudah banyak tambalan disana sini itu.
Pondok ini dibangun oleh almarhum kakek Muis ayah Aqmal dan nenek Minah ibu nya.
Konon kata orang kampung, kakek Muis dan nenek Minah ini sepasang suami istri miskin yang sudah berusia senja dan tidak memiliki putra.
Hingga pada suatu malam, saat kedua nya sedang tidur, tiba-tiba dari langit, melesat cahaya biru jatuh menembus atap dan menimpa perut nenek Minah, membuat nenek Minah mengerang kesakitan.
Pada keesokan hari nya, ternyata perut nenek Minah membesar seperti penyakit busung lapar.
Karena khawatir, kakek Muis membawa nenek Minah ke puskesmas dan menceritakan sebab musabab perut nenek Minah bengkak.
Namun setelah dilakukan pemeriksaan, betapa terkejut nya semua dokter dan para perawat serta bidan, karena nenek Minah ternyata hamil tua, padahal kemarin kemarin, perut nenek ini masih kecil.
Aqmal menarik nafas panjang, kenangan bersama ayah dan ibu nya kembali terbayang, bagai mana kedua orang tua itu mengajari nya berjuang untuk hidup ditengah himpitan kemiskinan.
Kedua orang tua nya itu pantang meminta minta, rela makan singkong asal jangan meminta minta.
Kedua orang itulah yang memperkenalkan hutan larangan sebagai tempat bermain Aqmal sedari kecil nya. Sehingga saat memasuki hutan itu, Aqmal merasa kembali ke rumah nya sendiri.
Namun malang tak dapat di tolak, saat Aqmal masih SD, ayah nya meninggal, lalu tidak lama, saat dia baru lulus SD giliran ibu nya menyusul menghadap penguasa kehidupan.
Setetes air mata mengalir di pipi Aqmal, bila ingat dua orang manusia berhati paling mulia itu. Kedua orang tua itu rela makan singkong asal Aqmal makan nasi. Mereka rela berpakaian robek, asal Aqmal berpakaian pantas. Mereka lebih sering berbohong bahwa masih kenyang, jika nasi tinggal untuk Aqmal saja, saat ayah pulang dari kenduri, nasi berkah dari kenduri disuruh nya Aqmal makan semua nya dengan alasan tidak doyan daging ayam.
Aqmal sering melihat ayah atau ibu nya menangis haru, saat pulang mengantarkan kayu bakar, membawakan kue untuk nya, dan melihat Aqmal bahagia mendapat oleh oleh yang sebenar nya tidak seberapa itu.
"Ayah!, ibu!, ampuni putra mu, aku tidak sempat membuat kalian bahagia, aku menyayangi kalian!" bisik Aqmal bergetar, air mata nya bergulir gambaran kesedihan hati nya.
Di saat lebaran, anak anak yang lain sujud di hadapan orang tua nya, sementara dia harus bersimpuh menangis di sisi pusara ayah dan ibu nya.
Malam itu, dengan beralaskan sehelai tilam tipis yang baru dia beli, Aqmal tidur dengan kerinduan nya.
Dalam tidur nya, dia bermimpi melihat ayah dan ibu nya terbang di langit dengan sayap putih. Wajah kedua nya terlihat seperti muda mudi yang baru berusia dua puluh lima tahun. Kedua nya melambaikan tangan serta tersenyum bahagia kearah Aqmal. Lalu kedua nya melesat terbang ke langit.
Dengan nafas memburu, Aqmal bangun, buru buru duduk, lalu diraih nya kendi air, lalu diteguk nya isi kendi itu sampai puas.
Pagi pagi setelah sarapan, Aqmal segera mengeluarkan motor nya. Motor merek MX king 150 CC itu memang sejak lama di idam idam kan nya.
Pagi itu Eman sudah menunggu nya di tempat parkir, sambil duduk diatas motor metik nya.
"Hei bro!, sudah siap tempur?" tanya Eman saat Aqmal berjalan menghampiri nya.
"Siap!" ....
Sahut Aqmal singkat.
Tampa mereka sadari, seorang dara dari samping sebuah mobil, menatap kedua nya dari kejauhan dengan tatapan yang sulit diartikan.
Eman dan Aqmal segera melangkah menuju ruang kelas.
Karena sekarang lagi ujian semester ganjil, maka upacara bendera Senin pagi ditiadakan.
Didalam kelas, Aqmal bukanlah murid yang menonjol, karena setiap guru bertanya, dia tidak pernah menjawab seperti murid murid lain nya. Guru nya pun tidak pernah melirik kepada nya, entah karena apa, para guru enggan bertanya. Beda dengan murid murid yang lain nya.
Sepintas, Aqmal seperti hadir disekolah, namun tak dianggap ada.
Sebenar nya ada beberapa dewan guru yang mengusulkan agar Aqmal dikeluarkan saja, karena dianggap memberatkan sekolah saja, tetapi sebagian besar guru lain nya dan Yayasan kekeuh mempertahankan nya.
Bahkan dalam mengerjakan pe-er, Aqmal tidak pernah mendapat nilai maksimal.
Beberapa saat Aqmal duduk didalam kelas, bel berbunyi dan seorang guru perempuan cantik namun paling ditakuti di sekolah bernama Bu Nety, guru matematika memasuki ruangan bersama dua orang pengawas ujian.
"Selamat pagi anak anak semua, hari ini adalah evaluasi pembelajaran kita selama satu semester ini, ketua kelas silahkan membagikan soal ujian, ingat!, kerjakan baik baik, jangan asal asalan, baca dulu dengan teliti, bagi yang sudah selesai, silahkan keluar, nanti akan ada petugas pengawas ujian yang akan mengumpulkan nya, jangan lupa tulis nama, nomor peserta ujian, serta kelas kalian, oke soal ujian nya silahkan dibagikan, waktu pengerjaan nya empat puluh lima menit setelah bel berbunyi!" kata Bu Nety sambil menatap kearah para siswa semua nya.
Ketua kelas langsung membagikan soal ujian semester.
Saat bel berbunyi, semua murid berkonsentrasi mengerjakan soal-soal ujian yang dibagikan.
para pengawas berjalan ke tengah tengah barisan bangku para murid, memperhatikan semua nya dengan teliti, begitu juga beberapa cctv memantau jalan nya ujian semester ini.
Dua puluh lima menit berlalu, Aqmal berdiri dan berjalan kedepan.
"Ada apa Aqmal?" tanya Bu Nety menatap kearah siswa pendiam itu dengan tatapan horor nya.
"Saya sudah selesai bu!" jawab Aqmal jujur.
Bu Nety dan kedua pengawas ujian itu terkejut, baru setengah jalan, Aqmal sudah menyelesaikan ujian nya, padahal ini ujian yang paling ditakuti oleh semua siswa.
Pengawas segera mengumpulkan kertas ujian milik Aqmal dan menyerahkan nya kepada Bu Nety.
Wanita cantik itu menatap kearah lembaran ulangan dan lembaran jawaban milik Aqmal secara teliti.
Dahi wanita cantik itu berkerut seolah tidak percaya dengan apa yang dilihat nya, berkali kali dia meneliti kembali, namun mata nya tidak salah lihat.
"Kau jangan asal isi Mal, kau harus berpikir!" kata Bu Nety menatap kearah Aqmal.
"Itulah hasil pemikiran saya Bu, maaf kalau salah, tetapi menurut pemikiran saya, ya itulah jawaban nya" jawab Aqmal.
Setelah menghela nafas panjang, akhirnya Bu Nety mempersilahkan Aqmal keluar.
Cukup lama Aqmal duduk di bangku, dibelakang sekolah, menunggu Eman selesai mengerjakan soal ujian nya.
"Hm!" ....
Terdengar suara seorang wanita di belakang nya. Saat Aqmal menoleh, ternyata seorang gadis cantik yang tidak dia kenal.
"Boleh ikut duduk di bangku itu?" tanya gadis itu tersenyum manis.
"Silahkan!" jawab Aqmal singkat sambil menggeser tubuh nya ke ujung bangku.
"Namaku Elisabet, panggil saja Lisa, anak kelas sebelas A" kata gadis itu mengulurkan tangannya.
"Aqmal!" jawab Aqmal singkat sambil menjabat tangan Lisa.
Setelah menjabat tangan Lisa, Aqmal kembali menatap kearah layar handphone nya.
"Boleh aku minta nomor WA mu?" tanya Lisa lagi.
Tanpa menjawab, Aqmal menyerahkan handphone nya pada Lisa.
Lisa mengetik sebaris nomor, lalu menghubungi nomor tersebut, setelah handphone nya sendiri berbunyi, dia menyerahkan handphone Aqmal kembali.
"Itu nomor ku!" kata dara itu, "di save ya, jangan di hapus" ....
"Hm!" ....
"Mau ke kantin?" tawar Lisa menatap kearah Aqmal sambil kembali tersenyum.
Aqmal menggelengkan kepala nya, lalu meneruskan kegiatan nya menatap ke layar handphone nya.
Gadis itu seperti nya punya stok kesabaran yang luar biasa banyak nya.
"Kau sakit gigi?" tanya Lisa lagi.
"Tidak!" jawab Aqmal singkat.
"Kok dari tadi ngomong nya singkat singkat, ngomong yang panjang dong! Goda Lisa menatap kearah Aqmal dengan sudut mata nya.
"Ngomong apa?, aku tidak pandai ngomong!" jawab Aqmal.
"Yaah ngomong apa saja lah, tentang kodok bila kawin dengan nyamuk maka akan menghasilkan spesies apa misal nya!" kata Lisa memancing Aqmal agar ngomong.
"Akan menghasilkan spesies orang gila!" jawab Aqmal serius sambil terus menatap kearah handphone nya.
Mendengar jawaban singkat namun padat dari Aqmal tadi, membuat Lisa tertawa cekikikan.
...****************...