Pernikahan jarak jauh yang semula harmonis berubah seketika saat Alena membaca pesan yang tak sengaja dibaca saat suaminya sedang mandi.
Bunyi pesan penuh kerinduan dari wanita bernama Clara ,membuat pernikahan mereka retak seketika saat Bagaskara mengakui bahwa Ia telah menikah dan punya anak laki-laki diluar kota.
Dan yang lebih menyakitkan lagi untuk Alena adalah pengakuan suaminya yang tidak bisa hidup seorang diri diluar kota sana,padahal Alena bukan tidak mau mengikuti suaminya,tapi ada Ibu mertua yang Alena harus rawat karena sakit.
Sejak saat itu,Alena mati rasa dengan suaminya.Bagaimana akhirnya Alena menjalani pernikahannya?Apakah Ia akan memutuskan untuk bercerai?
Ikutin kisahnya disini ya
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiwit Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alena memilih sibuk bekerja.
Jadwal kontrol Ibu mertuanya,membuat Alena mau nggak mau harus menghubungi suaminya untuk meminta uang,Alena tak sudi lagi jika harus menggunakan uang hasil kerjanya,karena Ia akan mulai menabung untuk masa depannya jika suatu saat Ia memang menyandang status janda tanpa anak.
Alena terus berusaha menghubungi suaminya yang tak mengangkat telponnya,namun Alena tak gentar,Ia harus mendapatkan uang itu untuk berobat Ibu mertuanya.
Sampai seorang perempuan yang Ia pikir adalah madunya mengangkat ponsel milik Bagas.
"Halo...,Mas Bagasnya lagi mandi,berisik banget sih,ini siapa?masih pagi udah telpon-telpon aja",omel Clara yang tak suka karena tidurnya jadi terganggu.
Alena yang penasaran dengan nama panggilan dirinya diponsel suaminya,memiilih untuk menanyakan kepada Clara.
"Memang disitu nggak ada namanya ya?sampai kamu harus nanya ini siapa?",tanya Alena dengan ketus.
Clara yang ditanya seperti itu langsung melihat nama yang ada dilayar ponsel milik suaminya,tertera nama Babu Ibuku yang membuat Clara langsung dapat menebak bahwa yang menelpon suaminya adalah istri pertamanya.
"Hahahaha....,ternyata istri pertama suamiku dikasih nama Babu Ibuku,kasian sekali sih kamu,udah nggak punya anak,LDR pula sama suamimu eh dianggap babu buat mengurus Ibunya,sabar ya Mbak...,atau kalau sudah nggak tahan boleh banget kok bercerai,aku nungguin loh,karena aku yang akan menempati posisi itu".
Alena yang mendengarnya meremas tangannya kuat-kuat,Ia ingin memaki istri siri suaminya tapi Ia sedang berada dirumah dan ada Ibu mertuanya yang masih tertidur,namun Alena juga tidak ingin dipermalukan seperti itu,akhirnya memilih masuk kedalam kamar mandi dan menutupnya dengan kencang.
"Eh pelakor,jangan bangga kamu dinikahi hanya karena kamu punya anak,bisa aja setelah ini Mas Bagas masih terus bermain dengan banyak wanita diluaran sana,karena biasanya laki-laki kalau sudah selingkuh akan selingkuh terus,dan kamu harus tau,aku telah mengajak Mas Bagas bercerai,tapi melihat Ibu mertuaku sakit seperti ini membuat aku tidak tega,tapi yang jelas aku sudah tak sudi lagi disentuh oleh Mas Bagas,karena mulai saat aku mengetahui suamiku telah menikah denganmu diam-diam,harap tubuhku disentuh Mas Bagas!!,terserah kalian menganggap aku babu atau apapun,yang jelas aku lebih baik daripada kalian".
Setelah ucapan itu,Alena masih ingin terus mengucapkan makian terhadap Clara,namun karena suaranya berganti dengan Bagas yang menyapanya,membuat Alena langsung menyampaikan tujuannya meminta uang untuk berobat Ibu mertuanya.
"Pakai uang kamu dulu lah Alena..,uangku habis buat beli susu dan kebutuhan disini,gajimu banyak kan,udahlah jangan itung-itungan seperti itu,atau kalau mau suruh Ibu jual perhiasan atau apa gitu,karena sepertinya untuk beberapa bulan kedepan aku nggak bisa kirim".
"Nggak bisa Mas!aku nggak sudi menggunakan uangku lagi,kamu nggak ingat kalau nantinya kita juga akan bercerai,cepat kirimkan uangnya sekarang atau Ibumu aku biarkan saja ditempat tidur".
Bagas yang ketakutan jika Alena benar-benar nekat,memilih untuk mengirimkan uangnya kepada Alena,karena bagaimanapun Ibunya memang butuh terus kontrol,karena walaupun Bagas berharap Ibunya cepat mati,Bagas tetap menginginkan warisan yang Ibunya miliki yang sampai saat ini belum menyerahkan apapun kepada Bagas saat Ia terus memintanya.
Alena mengakhiri sambungan telponnya begitu saja saat uang yang Ia minta telah masuk.
Alena langsung mengajak pengasuh Ibu mertuanya untuk bersiap ke Rumah Sakit,karena mulai saat ini Alena akan mengajari pengasuh Ibu mertuanya untuk bisa menemani kontrol keRumah Sakit,karena pelan-pelan Alena akan membiarkan urusannya terhadap Ibu mertuanya diberikan keorang lain.
Setelah semuanya siap,Alena mengendarai mobilnya dengan pelan,dan begitu sampai Rumah Sakit Ia mengajari pengasuhnya untuk melakukan apa yang Ia suruh.
Setelah membayar biaya pemeriksaan rutin,Alena berpamitan kepada Ibu mertuanya dan Bi siti.
"Ibu...,mulai hari ini Ibu sama Bi Siti ya kontrolnya,karena Alena sedang sangat sibuk pekerjaannya,semua sudah Alena bayar,Ibu tinggal masuk dan menunggu obat,nanti kalau Bi sudah selesai,Bi siti bisa naik taxi ya,gunakan uang ini untuk membayarnya".
Setelah itu Alena benar-benar pergi dari Rumah Sakit dan membawa mobilnya melaju ke kantor.
Ditengah perjalanan,Alena melihat CEO baru tempatnya bekerja berdiri dipinggir jalan dengan mobil yang sepertinya mogok.
Alena memberanikan diri untuk menepi dan menyapa Pimpinan Perusahaannya.
"Pagi Pak...,Saya Alena Manager Divisi Finance tempat Bapak bekerja,Apa ada kendala dengan mobilnya Pak?sepertinya Bapak terlihat kebingungan,saya bisa membantu Bapak untuk sama-sama kita berangkat kekantor,kebetulan mobil yang saya pakai juga milik Perusahaan".
Bara langsung menghubungi supir Perusahaan untuk membawa mobilnya kebengkel dan Ia mengikuti Alena untuk berangkat bersama.
Bara memilih mengemudi dan Alena berada disampingnya dengan perasaan canggung luar biasa.
Tidak ada pembicaraan apapun selama perjalanan membuat suasana semakin canggung sampai akhirnya tiba diPerusahaan.
Banyak karyawan yang kaget sekaligus iri kepada Alena yang berada dalam satu mobil dengan Bara CEO baru diPerusahaan.
Alena langsung ditarik saat memasuki ruangan Finance oleh beberapa teman-temannya."Mbak...,kok bisa sih semobil sama Pak Bara?kalian janjian atau gimana?aku juga mau dong semobil sama Pak Bara,pasti wangi banget ya mbak,pasti rasanya pengen meluk ya...",ucap salah satu temannya yang bernama Arini.
Alena hanya mengangkat bahunya acuh,tapi semua temannya tetap menuntut untuk Alena menceritakan apa yang terjadi.
"Mobil Pak Bara mogok dan dia supir dia sedang cuti,jadi dia kebingungan dipinggir jalan,karena aku melihatnya ya aku bantu,udah itu aja,lagian sepanjang perjalanan juga tidak ada obrolan apapun,aku bingung harus mengobrol apa,Pak Bara juga mungkin sama bingungnya,jadi kita sama-sama diam sampai Perusahaan".
Arini dan teman lainnya merasa gemes sama Alena yang bersikap datar."Mbak Alena ih,orang mah ngobrol atau tanya apa gitu,rugi banget nggak sih kalian diam".
Namun Alena memilih kembali kemeja kerjanya karena ada beberapa laporan pekerjaan yang harus dia cek yang nantinya bisa langsung diserahkan pihak Direktur keuangan.
Sedangkan Bara yang sudah lama menduda karena perselingkuhan istrinya,kini Ia merasakan jantungnya kembali berdetak dengan kencang hanya karena semobil dengan karyawannya.
"Nggak bisa nggak bisa,aku diPerusahaan ini mau serius bekerja dengan baik,aku nggak boleh menggunakan hatiku untuk mencintai seseorang,cintaku sudah hilang bersama seorang penghianat",gumam Bara didalam hatinya.
Namun tetap saja wajah ayu dan senyum Alena saat menyapanya terus terngiang dikepalanya.