cerita ini hanya cerita fiksi seorang gadis bernama Aurel.Dia hidup hanya dengan kakak nya Roy dan Mohan. Cerita menceritakan persahabatan, perselisihan dan percintaan Aurel.
Bagaimana cerita kehidupan Aurel dan ikuti disetiap hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenanga Rb, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Di kediaman Sofian Setya Dermawan
Di sebuah kamar tidur yang mewah tampak seorang pemuda yang baru bangun tidur.
"Ah, Jam berapa ini? " Ucap Alvaro sambil mengambil jam di meja dekat tempat tidurnya.
"Untung gak kesiangan, siap-siap dulu ah.. Nanti diomeli mama lagi." Ucapnya sambil bergegas pergi ke kamar mandi.
Saat diruang makan sudah ada kedua orang tua Alvaro disana.
"Pagi ma,... " Ucap papa Sofian terhenti sambil melihat kamar anaknya.
"Ma, Alvaro mana kok belum turun. "
"Sebentar lagi pasti turun, pa.Ini kan masih terlalu pagi. "
"Nah, itu anak kesayangan papa lagi terlihat. "
"Selamat pagi papa!. "
"Selamat pagi ma!... Hemmm kayaknya enaknya nih.
" Mama memang masak apa hari ini?"Ucap Alvaro sambil melihat masakan di meja makan.
"Masak kesukaan kamu sayang, cepat sarapan!, keburu siang."Ucap mama Sonia.
"Okey,mama" Ucap Alvaro sambil mengambil sarapan.
Disaat akan berangkat papa Sofian berpamitan dengan istrinya.
"Ma, papa berangkat dulu.... Nanti papa pulang terlambat, karena banyak kerjaan papa. "
"... dan kamu Alvaro pulangnya jangan malam-malam. Kasihan mama kamu.Dia nanti nungguin kamu pulang."
"lha.... papa sih selalu sibuk terus.Mama ganti papa aja biar mama gak kesepian."Ucap Alvaro bercanda pada kedua orang tuanya.
" Alvaro!!!!!. "Bentak papa Sofian sambil melototi putra kesayangan nya itu.
Helaan mama Sonia.Dia menggelengkan kepalanya. Canda putranya kelewat batas.
" Alvaro, ayo kamu minta maaf sama papa!. "Ucap mama Sonia mencairkan suasana.
" Habis, papa sok sibuk terus. Alvaro tuh kasihan sama mama."
"Mama kan ditinggal terus...." Ucap Alvaro lirih.
"Itu kan demi kalian berdua... Walau papa sibuk.Masih ada kok waktu buat mama dan kamu Alvaro anak manja."
"Sudah.... Jangan ribut!. Ayo berangkat nanti kalian terlambat. " Ucap mama Sonia.
"Maafkan Alvaro ma, pa. "
Tok tok tok
Ada ketukan suara pintu di rumahnya. Mereka saling berpandangan.
"Bibi.!, tolong bukain pintunya. Ada tamu. " Ucap mama Sonia yang baru membantu suaminya merapikan kembali pakaiannya sebelum berangkat kerja.
"Iya, nyonya. " Ucap pembantu di rumah itu.
"Eh.... den Nathan dan den Jihan. "
"Ada den Pungky juga ternyata. "
"Silakan masuk den!. "Ucap bibi Ita mempersilahkan ketiganya masuk ke rumah.
" Den Alvaro baru selesai saran dan aku berangkat, biar bibi panggilkan sebentar. "
Bibi itu kembali ke ruang keluarga.
"Siapa bi yang datang? " Ucap mama Sonia.
"Ketiga temen den Alvaro, nyonya. "
"Alvaro!!! , teman kamu sudah datang tuh. " Ucap mama Sonia sambil menuju ke ruang tamu.
"Selamat pagi Tante. " Ucap Pungky.
"oh, kalian. Pungky, Nathan dan Johan.
" Kalian sudah sarapan? "Tanya mama Sonia.
" Sudah Tante. "Ucap Pungky dan Nathan bersamaan.
Kebetulan saat itu papa Sofian mau pergi kerja dan melewati ruang tamu.
" Selamat pagi om. "Ucap Pungky
"Selamat pagi om Sofian. "Ucap Johan.
" Selamat pagi om, mau berangkat kerja ? "Tanya Nathan yang sangat akrab dengan mama dan papa Alvaro.
" Selamat pagi!, Kalian baru menunggu anak manja itu."Ucap papa Sofian sambil melangkah keluar rumah. "Tunggu sebentar, ya. "Ucap mama Sonia.
" Anak itu baru ambil tasnya dia atas. "Ucapnya lagi.
" iya, Tante"Ucap Nathan.
"Okey, tante" Ucap Johan.
"Baik, tante" Ucap Pungky.
Ketiganya menjawab secara serentak.
Saat keluar rumah ternyata papa Sofian melupakan sesuatu dan dia kembali mengambil barang itu.
"Papa, ada yang ketingalan. "
"Iya, ma.Papa lupa file yang papa kerjakan tadi malam. "
"Mama, ambilkan saja map diatas meja kerja papa. "
Mama Sonia pergi meninggalkan suaminya. Saat itu papa Sofian duduk menunggu istrinya sambil berbincang pada ketiganya lagi.
".. Hm, kalian masih ikut balap liar!. " Ucap papa Sofian pada ketiganya.
"Masih om.... " Ucap Natan lirih, sedangkan Pungky dan Johan hanya menunduk kan kepala mereka.
".... "
"Om, tidak masalah kalian ikut balapan liar itu.... "
"Asal.. gak ada keributan dan masala.Om pernah seperti kalian sewaktu muda."
Semuanya memandang papa Sofian. Mereka tidak menyangka kalau papanya Alvaro mengerti anak muda seperti mereka.
Saat itu mama dan Alvaro turun bersama-sama.
"Papa, apa ini filenya? " Tanya mama Sonia pada suaminya itu.
Papa Sofian mengecek lagi dokumen yang diambil istrinya, setelah dirasa benar dia memasukkan dokumen itu kedalam tasnya.
"Makasih, ma. "Ucap papa Sofian.
" Papa, belum berangkat? " Tanya Alvaro pada papanya.
Saat memandang ketiga temannya Alvaro menyala mereka.
"Hai.... kalian sudah datang. Ayo berangkat!. " Ucap Alvaro pada ketiga temannya.
"Mama, Alvaro berangkat dulu. "
"Ya, kalian hati-hati!. Jangan ngebut! . "
"Permisi om, tante. " Ucap ketiganya pada orang tua Alvaro satu persatu sambil meninggalkan rumah Alvaro. Sebelum pergi mereka tidak lupa berjabat tangan pada papa dan mamanya Alvaro itu.
"Da.. da. papa." Pamit Alvaro."
Papa Sofian melambaikan tangan pada putranya itu.
Sesudah mereka tidak terlihat papa Sofian juga pergi meninggalkan rumah itu.
****
Di perjalanan sekolah, mereka saling kebut-kebutan.
"Kita lihat, siapa di antara kita hang sampai terlebih dahulu dia yang menang. "Ucap Johan
"Bagi yang kalah nanti mencuci motor yang lain. "Ucap Alvaro.
"Kita berempat, jadi nanti kita ambil juara satu, dua dan tiga. "Ucap Nathan
"okey."ucap Pungky
Saat di lampu lalu lintas ke empat nya sudah menunggu lampu hijau menyala.
Saat lampu hijau mereka saling kebutan menuju ke sekolahnya.
****
Dirumah Aurel
" Aurel, nanti kamu bareng sama kak Roy."
"Mohan, bagaimana dengan kuliah kamu?" Tanya Kak Roy dengan serius. Bagi Roy dia lebih khawatir dengan akademis Mohan.
Mohan memang terbilang anak yang pintar, namun dia selalu saja membuat masalah.
"Kak Roy, Mohan bukan anak kecil lagi dan aku sudah janji sama kak Roy tidak akan buat masalah seperti dahulu."
"Kuliah aku lancar.... hanya saja. Aku aku minta ijin sama kak Roy..... " Ucap kak Mohan lirih.
Roy menatapnya begitu lama dan dia berkata"Kakak akan menyetujui kegiatan kamu asal jangan naik gunung. "
"Tapi kak... " Ucap Mohan terhenti. Saat kak Roy menatapnya lagi dan dia hanya menundukkan kepalanya.
"Maafkan aku Mohan, bukan kakak bermaksud mencegah hobi kamu itu.Hanya saja kakak tidak ingin kehilangan satu keluarga lagi." Batin kak Roy.
Semenjak kehilangan kedua orang tuanya memang Roy sangat sensitif dan lebih protektif pada kedua adiknya tentang hal yang membuatnya dalam bahaya.
"Aurel!, ayo berangkat!. " Panggil Kak Roy pada adik perempuan nya itu.
"Kak Mohan sayang, jangan berkecil hati.Nanti Aurel akan membujuk kak Roy agar menginginkan naik gunung sama-sama teman kakak" Bisik Aurel pada kakaknya Mohan.
Mohan hanya tersenyum dan melihat kepergian kakak dan adiknya.
"kak Roy, kita berangkat pakai mobil kakak."
Roy mengangguk.
Didalam perjalan ke sekolah Aurel membujuk kakaknya untuk menginginkan kak Mohan pergi naik gunung bersama kelompoknya.
Setelah perjuangan Aurel begitu agresif membuat kak Roy memberi ijin kak Mohan pergi dengan temannya.