NovelToon NovelToon
Kurebut Suami Kakak Tiriku

Kurebut Suami Kakak Tiriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Romansa / Balas dendam pengganti
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Adara hidup dalam dendam di dalam keluarga tirinya. Ingatan masa lalu kelam terbayang di pikirannya ketika membayangkan ayahnya meninggalkan ibunya demi seorang wanita yang berprofesi sebagai model. Sayangnya kedua kakak laki-lakinya lebih memilih bersama ayah tiri dan ibu tirinya sedangkan dirinya mau tidak mau harus ikut karena ibunya mengalami gangguan kejiwaan. Melihat itu dia berniat membalaskan dendamnya dengan merebut suami kakak tirinya yang selalu dibanggakan oleh keluarga tirinya dan kedua kakak lelakinya yang lebih menyayangi kakak tirinya. Banyak sekali dendam yang dia simpan dan akan segera dia balas dengan menjalin hubungan dengan suami kakak tirinya. Tetapi di dalam perjalanan pembalasan dendamnya ternyata ada sosok misterius yang diam-diam mengamati dan ternyata berpihak kepadanya. Bagaimanakah perjalanan pembalasan dendamnya dan akhir dari hubungannya dengan suami kakak tirinya dan sosok misterius itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ADARA DAN RAHASIA KEVIN

Banyak perbincangan di antara mereka. Canda tawa dan suara ceria para wanita memenuhi sudut kafe itu. Mereka tampak menikmati waktu bersama, membicarakan banyak hal, mulai dari cerita masa lalu hingga rencana masa depan. Namun, satu per satu akhirnya harus meninggalkan meja tersebut karena ada urusan masing-masing yang tidak bisa ditunda.

Kini, hanya tersisa lima wanita di meja itu. Suasana menjadi lebih tenang meskipun sesekali masih terdengar tawa kecil.

"Sekarang tinggal kita. Jadi, kita mau ke mana ini?" tanya Livi, si wanita supel dan cerewet. Suaranya yang ceria menghidupkan suasana, membuat yang lain tersenyum. Livi memang dikenal sebagai wanita yang selalu bersemangat, penuh energi, dan tidak pernah kekurangan ide untuk mengisi waktu luang.

"Emm, ke mana ya?" sahut Vera sambil memainkan jari tangannya di bibir. Kebiasaannya itu sering muncul saat dia berpikir keras.

Sementara itu, Elina, Adara, dan Zara hanya saling menatap. Mereka menikmati keheningan kecil yang jarang terjadi di antara obrolan mereka. Namun, keheningan itu segera terpecah ketika ponsel Elina berdering, memecah suasana.

Tring... Tring... Tring...

Elina mengangkat panggilan itu.

"Halo?" sapanya lembut, meskipun ada nada bingung di suaranya.

Suara seseorang terdengar dari seberang, berbicara cukup panjang. Elina mendengarkan dengan saksama sebelum menjawab.

"Maaf, aku sedang bersama teman-temanku."

Dia berhenti sejenak, mendengarkan lagi. Lalu katanya, "Kami sekarang sedang berada di kafe Nusa Bhakti."

Setelah berbicara beberapa saat lagi, Elina memutuskan panggilan sementara dan menoleh ke teman-temannya dengan ragu.

"Maaf, teman-teman. Ini teman lamaku. Dia ingin bertemu denganku. Bisakah dia datang ke sini?" tanyanya hati-hati.

Ketiga temannya saling berpandangan. Mereka seolah berbicara tanpa kata-kata sebelum akhirnya mengangguk setuju.

"Boleh saja," jawab Adara lebih dulu. Nada suaranya tenang namun terdengar tulus. Yang lain pun memberikan persetujuan dengan anggukan atau senyuman kecil.

"Ya, silakan saja," sambung Vera, mencoba memberikan semangat.

Mereka memahami situasi Elina. Dia adalah asli dari kota ini, tetapi baru saja kembali dari luar negeri. Wajar jika ada teman-temannya yang ingin bertemu.

"Baik, boleh saja," ujar Elina lagi. Dia kembali ke telepon untuk menyampaikan persetujuan tersebut. Setelah itu, panggilan pun berakhir, dan Elina kembali menatap teman-temannya.

"Dia siapa, Elina?" tanya Vera dengan rasa penasaran yang tak bisa disembunyikan.

Elina tersenyum kecil, sedikit malu. "Dia dulunya teman semasa lesku. Tapi entah mengapa, dia selalu mendekatiku, bahkan selama aku di Amerika," jawabnya jujur.

"Dia pria?" tanya Adara langsung dengan nada datar namun penuh arti.

Elina mengangguk, rona merah menghiasi pipinya.

"Dia sepertinya menyukaimu, Elina," ujar Livi sambil mengedipkan matanya, mencoba menggoda.

Elina hanya tersenyum kecil. Jujur, dia awalnya tidak menyukai pria ini. Namun, melihat perjuangannya yang konsisten selama bertahun-tahun, dia mulai berpikir bahwa mungkin pria itu memang serius.

"Kita lihat saja nanti. Apakah pria itu akan menjadi pasangan hidup Elina, atau hanya menjadi pelajaran hidupnya," celetuk Zara santai.

Semua tertawa mendengar ucapan itu. Namun, tawa mereka mendadak terhenti oleh suara berat yang tiba-tiba terdengar dari arah depan.

"Elina!"

Semua menoleh ke arah sumber suara. Seorang pria dengan jas rapi berdiri di sana. Wajahnya tampan, tubuhnya terlihat kekar, dan auranya memancarkan kepercayaan diri.

Elina langsung berdiri. Senyum lebarnya menandakan rasa bahagia sekaligus gugup. Namun, Adara, Zara, Livi, dan Vera hanya menatap pria itu dengan pandangan datar.

Pria itu berjalan mendekat, matanya memandang satu per satu wajah wanita di meja itu, seolah berusaha mengenali siapa saja mereka. Tapi langkahnya tiba-tiba terhenti saat matanya tertuju pada satu sosok yang tidak berdiri.

"Adara?" panggil pria itu dengan nada penuh keterkejutan.

Adara, yang dipanggil, menatap pria itu dengan pandangan dingin dan datar.

"Mengapa kau ada di sini?" tanyanya dingin.

Elina tampak bingung, memandang mereka berdua bergantian.

"Kau kenal Adara? Dia ini temanku," kata Elina memperkenalkan dengan senyuman kecil.

Pria itu adalah Kevin. Dia tidak menyangka akan bertemu Adara di sini, bersama Elina dan teman-temannya. Namun, Adara tidak berkata apa-apa lagi. Dia hanya meraih tasnya, lalu bergegas pergi tanpa sepatah kata pun.

"Adara!" panggil teman-temannya serentak, mencoba mengejarnya.

---

Sementara itu, di rumah lain, di ruang tamu yang luas dan nyaman, keluarga sedang berkumpul. Clarissa duduk bersama Arga, Karina, dan Davin. Wajahnya berseri-seri, penuh semangat.

"Mama, Papa, Kak, aku sudah tidak sabar bertemu dengan suamiku. Dia akan segera pindah ke sini untuk selamanya bersamaku," ujarnya dengan penuh kebahagiaan.

Karina, ibunya, tersenyum lembut meskipun ada bayangan kesedihan di matanya.

"Mama bahagia mendengarnya, sayang. Jadi, apakah kalian akan membeli rumah baru, ataukah tinggal bersama kami?" tanyanya dengan nada hati-hati.

Clarissa tampak menyadari perubahan ekspresi ibunya. Dia tahu, ibunya tidak ingin kehilangan dirinya.

"Mama, aku tidak akan pergi ke mana-mana. Kami akan tinggal di sini. Kita akan tetap bersama seperti sekarang," jawab Clarissa sambil memeluk ibunya erat.

Karina tersenyum lega. Dia membelai rambut putri kesayangannya dengan penuh kasih. Arga, sang ayah, hanya tersenyum kecil, menikmati momen hangat keluarga itu.

Namun, Davin terlihat berbeda. Wajahnya murung, pikirannya melayang jauh.

Ada bayangan masa lalu yang tiba-tiba muncul di benaknya, membuatnya merasa gelisah.

Dia teringat pada sosok yang sudah lama tidak ditemuinya.

"Adara..." gumamnya pelan, hampir tidak terdengar.

Adara, adiknya. Davin baru menyadari bahwa selama ini dia terlalu sibuk dengan kehidupannya sendiri, sampai melupakan keluarganya. Terakhir kali, dia meninggalkan ibunya dalam kondisi yang tidak waras. Sekarang, rasa bersalah itu mulai menghantuinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!