Istri Hasil Rampasan

Pramesti dan ayu harus menaiki lift untuk mencapai kamarnya.Kamar Arya memang berada dilantai 3 rumah megah itu ,hingga mereka harus menaiki lift untuk kesana.Sebenarnya dirumah itu ada tangga namun ayu enggan membawa Pramesti menaiki tangga lantaran ia tak mau majikannya kelelahan apa lagi Pramesti masih mengenakan kebaya.

" Em apa memang harus naik lift,kenapa kamarnya harus diatas.Bolehkah aku dikamar yang ada dilantai satu saja ." cicit Pramesti dengan konyolnya yang hanya direspon senyuman oleh ayu.

" Nyonya kamar tuan memang diatas jadi sudah sepantasnya nyonya juga diatas.Tidak baik suami istri tidur terpisah." Jawab ayu.

Mereka kini sampai pada lantai tiga,lift terbuka tepat didepan kamar utama dirumah tersebut .

" Nah ini kamarnya ,semua keperluan nyonya sudah ada jadi barang-barang bawaan nyonya tinggl disusun mengikuti yang sudah ada." papar ayu.

" Mba ayu,ini kamar atau rumah kenapa besar sekali?" ucap ayu dengan takjub.

Kamar yang besar dan luas itu dilengkapi dengan walking closet . Dibagian tengah terdapat ranjang besar dengan kasur ukuran king size.

Ayu menunjukan setiap bagian dari kamar tersebut.

Hal yang paling membuat pramesti tak berhentinya berdecak kagum adalah pemandangan diluar kamar. Selain ada kolam renang pemandangan dibalkon juga tampak menakjubkan.

Hamparan kebun bunga mawar diluar pekarangan yang luasnya berhektar-hektar.Tak hanya itu dibagian belakang juga terdapat danau buatan yang sangat indah.

" Mbaa ini benar-benar seperti istana dinegri dongeng.Tapi.." Pramesti terlihat sedih kala ia mengingat jika pernikahannya tak seindah itu.Ia tetap menginginkan kebebasan dan juga kenyamanan."

" Tapi kenapa ? Jangan sedih,nyonya akan diperlakukan seperti ratu dirumah ini.Em sebagiknya nyonya mandi dulu dan setelah itu nyonya turun kebawah karena sebentar lagi waktunya makan malam ." Setelah mengatakan itu ayu lantas meninggalkan Pramesti seorang diri.

Sesampainya dibawah Arya ternyata sudah menunggu ayu didepan pintu lift hingga membuat ayu terkejut lantaran begitu pintu terbuka sosok tinggi besar nan gagah itu berdiri didepannya .

" Astaga Tuan mengagetkanku saja!" Cicit Pramesti.

" Mba ayu bagaimana dia,apa dia menyukai kamar itu?" Tanya Arya pada ayu.

Saat bersama dengan ayu Arya begitu tampak akrab dan juga tak ada batas.Ayu memang anak dari pengasuh Arya yang sudah merawatnya sedari bayi.Masa kecil Arya selalu bermain dengan ayu hingga saat dewasa mereka tetap berteman .

Usia ayu berbeda 6 tahun dari Arya,bersama ayu Arya menemukan sosok sahabat,Kaka sekaligus orang yang sangat bisa diandalkan dalam hal apapun .

" Nyonya sangat senang awalnya namun mendadak dia terlihat sedih dan murung.Entah apa yang membuatnya terluka,kasian dia." ujar ayu.

Mendengar penjelasan ayu ,Arya lantas mengangguk faham.Ia tau apa yang Pramesti rasakan.

Dikamar megah itu Pramesti dibuat bingung sekaligus heran karna semua barang yang tersedia untuknya itu semua sesuai seprti seleranya.Dari warna,model dan juga ukuran sama persis tak ada kurang sama sekali.

Sesaat Pramesti baru sadar jika semua yang tersedia untuknya bukan kebetulan disiapkan seketika itu,namun seakan sudah dipersiapkan jauh-jauh hari.

" Apa mungkin ini bekas barang-barang seseorang yang pernah tinggal disini dan kebetulan ukurannya sama seprtiku?" Gumam parmesti.

Namun karna tak mau memikirkannya Pramesti lantas tak mempermasalahkannya.Biarlah semua itu tetap berada pada tempatnya.Sementara Pramesti tak mengeluarkan barang bawaannya dan tetap membiarkannya didalam koper.Koper itu lantas ia letakan disudut kamar tersebut didekat sofa panjang yang ada didekat pintu menuju balkon.

Seseorang tampak tersenyum memerhatikan Pramesti dari layar ponselnya.

...****************...

" Bagas,keluar nak ayo kita makan malam." Panggil Ajeng didepan kamar putranya.

" Iya mah,Bagas keluar." Teriak Bagas dari dalam.

Tak selang beberapa lama Bagas keluar dengan wajah sendunya.Ternyata ia masih saja memikirkan Pramesti.

Otaknya tak bisa berhenti untuk tidak memikirkannya,namun ia terlalu gengsi untuk sekedar menelfon atau mengirim pesan pada mantan calon istrinya tersebut.

" Ck,kamu masih saja memikirkannya Bagas?" Sentak Ajeng.

" Mah,mana bisa aku melupakannya begitu saja.Ini baru saja terjadi mah,apa mamah fikir aku ini pohon pisang,berjantung tapi tak memiliki hati?" senatak Bagas dengan konyolnya.

" Tapi tidak seprti itu juga gas kamu ini laki-laki gas jangan cengeng dong!" Ucap Ajeng.

" Mah,laki-laki juga bisa kan ngerasain sedih dan patah hati?Memangya ada larangan kalau laki-laki dilarang patah hati,dilarang sedih,gak kan?" Cicit Bagas sembari ngeloyor begitu saja melewati Ajeng yang tampak kesal dengan jawaban-jawaban putranya.

" Aargh dasar anak gak bisa dibilangin.Aku juga sangat menyangkan kejadian hari ini tapi aku juga tidak ingin keluargaku terseret masalah mereka.Jika sampai abaz dipenjara sudah pasti hidup Anita akan bergantung pada Pramesti dan itu artinya dia akan membebankan semuanya pada putraku.Mana rela aku jika ankku dijadikan sapi perah." Gerutu Ajeng sembari menyusul putranya.

Ditempat lani Anita tengah mengurung dirinya didalam kamar.Bahkan ia sampai melewatkan waktu makan malamnya dan membiarkan suaminya seorang diri dimeja makan.

" Mah sudahlah,semua sudah berlalu .Pramesti juga sudah dirumah suaminya dia pasti akan bahagia mah." Ucap abaz saat ia melihat istrinya menangis sembari mendekap bingkai foto putrinya.

Mendengar suara suaminya Anita lantas menoleh.Ia menatap nyalang suaminya dan kembali mengalihkan pandangannya kesembarang arah.

" Bagaimana bisa kamu setenang itu padahal putrimu sedang berada dalam kehancuran.Dia gagal menikah dan dia sekarang menjadi pelumas hutang.Sebagai sesama perempuan aku tau bagaimana perasaan dia.Hanya seorang ibu yang faham akan penderitaan putrinya." Ucap Anita dengan lirih.

Tenggorokannya seperti tercekat,ia ingat betul betapa putrinya sangat mendambakan pernikahan itu.

" Maah sudah sampai kapan mamah mau terus menyalahkan papah!" Ucap Abas dengan suara yang semakin meninggi.

" Karna papah memang bersalah pah! Papah adalah alasan penderitaan putriku!" Ucap Anita tak kalah tingginya.

Merasa jengkel Abas lantas pergi meninggalkan istrinya dengan melempar pintu kamar dengan keras .

Braaak

" Astaga mengapa semua ini harus terjadi pada putriku.Mesti sedang apa kamu nak,maafkan mamah sayang." Lirih Anita sembari mengusap wajah putrinya dibingkai foto yang ia pegang.

...****************...

Yang dihawatitkan tengah meringkuk diatas sofa dengan air mata yang tak ada hentinya menetes.

Iya, Pramesti mulai merasakan lagi kegundahan dalam hatinya.Berkali-kali ayu memanggilnya untuk turun namun sepertinya Pramesti memang tidak ingin makan.

Ia terus teringat kebersamaannya dengan Bagas.

Dengan tubuh ditutup slimut sampai tak terlihat, pramesti menangis tanpa suara.Betapa ia sangat terluka mengingat Bagas yang meninggalkannya begitu saja tanpa kata.

Seseorang masih mengawasi Pramesti dari ponselnya.Ia memutuskan untuk tidak mengganggunya dulu.

" Mba Ayu biarkan dia jangan ganggu dia dulu." perintah itu langsung diiyakan oleh ayu.