Penyihir yang menjadi Buku Sihir di kehidupan keduanya.
Di sebuah dunia sihir. Dimana Sihir sudah meraja rela, namun bukan berarti tidak ada Pendekar dan Swordman di Dunia Sihir ini.
Kisah yang menceritakan pemuda yang memiliki saudara, yang bernama Len ji dan Leon ji. Yang akan di ceritakan adalah si Leon ji nya, adek nya. Dan perpisahan mereka di awali ketika Leon di Reinkarnasi menjadi Buku Sihir! Yang dimana buku itu menyimpan sesuatu kekuatan yang besar dan jika sampulnya di buka, maka seketika Kontrak pun terjadi!.
"Baca aku!!" Kata Leon yang sangat marah karena dirinya yang di Reinkarnasi menjadi Buku. Dan ia berjanji, siapa pun yang membaca nya, akan menjadi 'Penyihir Agung'!. Inilah kisah yang menceritakan perjalanan hidup Leon sebagai Buku Sihir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karya Penulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Bagaimana keadaannya setelah itu?" Alea bertanya kepada Riley.
Mereka sedang berbincang di ruangan Riley. Riley telah menceritakan nya kepada Alea. Alea juga sudah tahu, tapi ia tidak menyangka Rafael akan sebegitunya.
"Lalu ia lari dan nangis.. Sungguh kasihan anak itu.. Tapi, ku pikir aku harus membiarkannya sendiri untuk beberapa waktu"
Riley menjawabnya sembari memberi penjelasan. Ia tampak cemas, sepertinya ia sedang memikirkan Rafael.
Alea tampak mencemaskannya juga setelah mendengar perkataan Riley tadi. Mereka benar benar sangat mencemaskannya, takut kalau kalau Rafael akan melakukan sesuatu yang tak terduga.
••~••
Pertarungan berlangsung. Namun tampaknya Rafael belum mengeluarkan Sihir-nya sama sekali. Ia masih saja menggunakan tangan kosongnya sebagai senjatanya.
Lagi pula Sihir Nadanya masih Sihir Penyembuhan, dan lagi ia juga tidak boleh mengungkapkan Sihir Nada-nya kepada semua orang.
Swush!...
Angin menghempaskan baju Nel berkali kali. Semua serangan Risver dihindari oleh Rafael. Walau tampaknya itu tidak mudah untuk dihindari.
"Dari segi kecepatannya.. Sepertinya Sihir Hitam nya masih tingkat rendah. Sihir Hitam itu harusnya lebih kuat dari ini~"
Leon berkata kepada Rafael. Ia sama sekali tidak panik walau melihat Rafael sedang terpojok.
Risver terus-menerus menyerangnya. Dengan mata Gold nya yang telah berubah menjadi hitam kemerahan. Aura Gelap yang sangat dahsyat terpancar dari tangan kirinya.
Ia sesekali berteriak saat menyerang Rafael. Teriakannya membuat Nel sedikit curiga. Walau Nel juga merasakan Aura Sihir itu, tetapi ia masih menolaknya.
Semakin lama Rafael mulai tampak panik. Tatapan Risver seakan ia benar benar ingin membunuh nya. Dan itu malah sungguh lucu dilihat dari sudut pandang Leon.
Bagi Leon itu hanya serangan anak-anak. Karena Sihir Hitam bukanlah seperti itu, baginya. Ia pernah melihat yang sesungguhnya saat di kehidupan sebelumnya. Sangat dahsyat!
'Apa yang harus ku lakukan?' Rafael bertanya dalam batin.
"Apa lagi?.. Patahkan tangan kirinya!" Kata Leon. Ia tampak bersemangat. Dan bagi Rafael itu adalah perintah yang mutlak.
Seketika Rafael menyeringai di tengah hindarannya saat menghindari serangan Risver.
"Baiklah.." Seringaiannya sangat dingin dan penuh tekanan. Risver melihat nya. Ia sama sekali tidak notice.
Ia melompat menjauh dari jangkauan serangan Risver. Menciptakan jarak antara mereka berdua. Ia tahu Sihir tak kenal jarak.
Lalu ia membuka mulut nya. Menyebutkan Mantra.
"Secare " Ucap Rafael santai.
Itu adalah Mantra Basic. Semua anak tingkat Novice tahu tentang Sihir itu. Itu adalah Mantra untuk menebas, atau menyerang lawan.
Memunculkan sebuah Sabit Sihir. Warna nya akan selalu ungu, mau apapun Mana-nya. Sabit itu tak kenal jarak. Ia bisa menebas apapun yang dikehendaki pengendali.
Rafael menurunkan telapak tangannya. Memberi perintah kepada Sihir itu untuk menebas tangan Risver.
TAS!!
Suaranya deras. Cipratan darah berhamburan.
Kalau lah bukan kerana ajaran dari Riley, pasti Mantra tadi tidak akan sekuat itu. Mantra Basic bukan berarti lemah, itu bisa meningkat sesuai pemiliknya. Dan Rafael juga mahir dalam Mantra itu.
Itu adalah Mantra andalannya. Semenjak ia belajar dengan Riley, ia lebih tahu lagi tentang Sihir. Walau fisik adalah unggulannya.
Nel kaget, bukan karena Mantra-nya, tapi karena Rafael telah memotong tangan Risver.
Darahnya bercucuran. Mata Risver terbelalak.
Namun benar saja, setelah tangan itu di pisahkan dari tubuh Risver, seketika Aura Hitam yang terpancar dari tubuh Risver telah menghilang.
Matanya juga sudah kembali seperti semula. Gold kecoklatan, warna matanya.
Aura yang menyelimuti Risver hilang seketika. Membuat Nel juga menyadari akan itu.
"Aghhhhhh!!!!!.." Risver telah kembali. Dan ia terlihat sangat kesakitan. Membuat air matanya menetes perlahan.
"A-apa yang kau lakukan?!" Nel bertanya dengan nada panik kepada Rafael.
"Apa kau tidak menyadari sesuatu?" Rafael membalasnya dengan pertanyaan penuh makna.
Mendengar itu, Nel sedikit terdiam. Ia menundukkan pandangannya. Mengingat semuanya.
Ia juga tahu, bahwa ada yang aneh dengan Sihir Risver. Tapi baginya, sampai memutuskan tangan kiri-nya itu sangat berlebihan.
Rafael berjalan menghampiri Risver. Leon menyuruhnya menjelaskan semua alasan mengapa ia melukai nya.
"Berterimakasih lah.." Kata Rafael. Suaranya dingin penuh wibawa. Dan itu membuat Nel semakin terkejut.
"Apa maksudmu?!" Nel memotong pembicaraan mereka.
Namun Rafael hanya menaikkan satu alisnya. Melihat itu, Nel mengerutkan dahinya.
Mereka benar benar lupa bahwa Risver sedang sekarat sekarang. Ia tergeletak sembari menahan rasa sakitnya. Memegangi bahu kirinya.
Melihat tidak ada jawaban, Nel hanya diam. Ia ingin melihat apa maksud Rafael melakukannya.
"Cih!" Kata Nel mengalihkan pandangannya. Ia membantu Risver.
"Kau tak apa?" Tanya Nel pada Risver. Suaranya seketika lembut, penuh perhatian.
"Aghhhh!" Namun teriakan Risver semakin menjadi-jadi. Tampaknya itu sangat menyakitkan.
Namun Rafael sama sekali tidak panik. Ia memiliki Mantra C Mayor nya. Tapi ia tahu ia tidak boleh menunjukkan itu sekarang.
"Sekarang apa yang harus kita lakukan!?" Tanya Nel kepada Rafael. Ia sedikit membentak. Melihat Risver yang semakin kesakitan.
"Bantu aku membawanya!" Suruh Nel. Ia hendak merangkul tangan Risver.
Namun Rafael menghentikannya. "Aku ingin mendengar jawaban darinya.." Kata Rafael.
Suaranya dingin. Namun semua itu adalah perintah Leon. Dan kalau Rafael sendiri, ia juga tidak akan mau memotong tangan Risver.
Nel semakin terpelongo dibuatnya. Apa ia buta?!, mungkin pikir Nel begitu. Terlihat jelas dari tatapannya.
Namun tidak sempat Nel menjawab lagi, Risver berkata dengan suara sekarat.
"T-terimakasih..." Kata Risver. Membuat Nel heran. Ia menoleh ke Risver yang berada di rangkulan-nya.
Mendengar itu, Leon senang, meski sebenarnya Rafael juga terkejut. Tapi itu juga bagus. Ternyata menyerahkan semuanya kepada Leon juga tidak buruk.
Lalu Nel melepas rangkulan-nya. Melihat mereka berdua.
"A-aku sungguh takut tadi... K-kau menyelamatkan ku.." Kata Risver dengan tergagap-gagap.
Ia menahan rasa sakit yang semakin menusuk di lengannya.
Rafael mengerti. Ia juga baca di buku itu. Bahwa orang yang kerasukan Sihir Hitam berada di alam lain. Bertemu dengan diri nya yang lain. Dan ia juga tidak bisa mengendalikan tubuhnya sesuai kehendaknya. Itu yang tertulis.
"Apa maksudmu?.. Jelaskanlah nanti, keselamatan mu lebih penting" Kata Nel. Ia mau merangkul Risver lagi.
"Jangan. Kau mau dihukum guru? Kita gunakan saja Mantra penyembuh yang diajarkan Riley"
Potong Rafael. Ia tahu Mantra itu. Walau Basic, tetapi itu bisa meredakan rasa nyeri.
Nel mengangguk.
"Sanare " Nel mengucapkan Mantra yang dimaksud Rafael.
Ia mengarahkan kedua telapak tangannya ke bahu kiri Risver. Meski tangan nya tidak bisa disatukan kembali, tetapi Mantra ini bisa menutup dan menghentikan darah luka. Meringankan sara sakitnya.
Disaksikan Leon. Mereka bertiga memang cocok menjadi teman. Membuat Leon tersenyum melihat mereka bertiga. Ia mengekuarkan seringaiannya.
Rencananya berhasil.
"Nah.. Sudah.." Kata Nel. Ia menghentikan Mantranya.
Dan benar saja, rasa sakitnya lebih reda sekarang. Risver sudah terlihat lebih tenang sekarang. Tampaknya ia bisa menjelaskan semuanya.
"Terimakasih.." Kata Risver kepada Nel setelahnya.
"Lalu.. Ceritakan, apa yang kau rasakan kepada kami.." Pinta Nel. Ia menatap Risver. Dan Rafael juga menunggunya.
"Tadi.. Aku tidak bisa mengendalikan tubuhku sama sekali. Tubuh ku telah diambil alih oleh sosok hitam yang sangat mengerikan. Yang membuat ku terjebak di Alam Dimensi Pikiran-ku. Semuanya benar benar mengerikan... Memikirkannya saja membuat bulu ku naik!"
Kata Risver. Ia menceritakannya. Tampaknya ia sangat ketakutan.
Mendengar itu, Nel tebodo. Ia tidak menyangka akan hal itu. Ternyata benar benar nyata! Seketika ia lupa bawa ini dunia Sihir.
Mendengar penjelasan Risver, Rafael telah menduganya. Semua benar benar persis seperti apa yang dikatakan buku Sejarah Sihir Hitam itu.
"Jika dibiarkan maka bukan hanya tubuh, bahkan jiwamu akan diambil kendali olehnya" Lanjut Rafael berkata. Ia tersenyum.
Mendengar itu, Risver semakin takut, ia tidak habis pikir bagaimana nasibnya jika itu benar benar terjadi.
Nel sedikit mengerti dari itu. Ia sadar sekarang bahwa Rafael telah melakukan pertolongan besar.
"Dan Sihir Hitam itu berada di tangan kiri-mu, maka tangan kiri-mu harus dikorbankan, itu yang tertulis di buku. Musnahkan sumber Sihir Hitamnya" Kata Rafael lagi.
Itu berasal dari Rafael itu sendiri, bukan disuruh Leon. Tugas Leon kali ini sudah selesai, selanjutnya ia serahkan kepada Rafael.
Mereka melihat tangan kiri Risver yang masih ber Aura Gelap, terpental dari serangan Rafael tadi.
"Beruntung itu bukan dari kepalamu" Kata Rafael. Membuat Risver bergidik lagi. Ia sekarang sadar, bawa Rafael memang benar-benar hebat.
"Kau benar.. Sekali lagi, terimakasih banyak!" Kata Risver sembari tersenyum.
Risver kapok dengan rasa iri dengki lagi. Ia akan menjauhkan itu dari dirinya. Dan merubah sikapnya dari sekarang, menjadi lebih baik.
Mendengar itu semua, Nel juga baru sadar. Semua yang dikatakan Rafael ada benarnya.
"Kau tahu dari buku yang kau baca di perpus itu?" Nel bertanya. Kali ini ia tampak tidak marah.
Rafael mengangguk.
Nel tersentak dengan senyuman Rafael. Ia merasa bersalah, ia mengaku, ia telah berprasangka buruk padanya tadi.
"Maaf.. Maafkan aku" Kata Nel. Menundukkan pandangannya.
Rafael hanya mengangguk.
"Aku juga salah.. Aku telah mengejek kalian berpacaran tadi.. Maaf ya.." Kata Risver.
"Hah!.. Kalau itu tidak bisa dimaafkan!" Kata Nel. Seketika menjadi semangat lagi.
Membuat Rafael tertawa. Begitu juga dengan Leon.
••<~>••
Begitu lah permasalahan terselesaikan. Setelah nya, mereka menyembunyikan kejadian itu dari semua guru.
Karena bukan hanya Rafael, tetapi Risver juga akan dihukum karena telah mengundang Sihir Hitam.
Tangan kiri Risver dibakar hangus.
Bila ada yang bertanya mengapa tangan Risver terputus begitu, maka mereka akan berbohong. Dengan alasan yang mantap. Mereka harus pendai-pandai membuat alasan yang masuk akal.
Lalu setelah itu, tangan Risver lebih diobati lagi di Ruang Kesehatan Akademi/RKA.
Lalu Nel kembali ke kamarnya. Karena ia telah membantu Alea. Jadi hanya Rafael saja yang membantu.
Rafael dipinta Alea untuk mebersihkan gedung asrama peringkat Thaerun, atau peringkat empat.
Di gedung sebelah mereka. Kalau di gedung Novice, ada peringkat 1 atau Merec dilantai dua, namanya gedung 1.
Dan Rafael akan membersihkan gedung 3. Dimana peringkat Thaerun berada.
Alea memintanya membersihkannya. Karena pembersih di gedung itu telah di pecat karena suatu alasan. Jadi untuk kedepannya Rafael akan bertugas menjadi pembersih gedung 3.
Dan sekarang ia sedang menuju kesana. Membawa sebuah sapu dan alat pembersih lainnya.
Tidak lupa menyelipkan Leon di saku nya.
'Kata Alea hanya R-3 saja' Batin Rafael. Ia sudah masuk di gedungnya. Suasananya berbeda.
Semua sedang berada di kamar masing masing. Kamar Asrama dan Ruang Belajar dipisah gedung. Betapa luasnya Akademi itu.
Sekarang pukul 7. Mungkin masih ada anak Thaerun ataupun Vanyr yang masih tersisa di gedungnya. Tapi sepertinya mereka pulang lebih awal.
Jadi aman, Rafael tidak akan diganggu oleh Seniornya.
"Auranya benar benar beda.. Beda kasta.." Kata Leon. Ia dalam wujud manusianya. Melayang mengikuti Rafael.
Dan itu benar. Suasananya lebih khas. Bahkan Leon saja mengakuinya.
Sampai lah mereka di R-3 yang dimaksud Alea. Rafael memulainya dari membersihkan jendela. Ia harus sabar. Ini adalah hukuman nya karena melanggar aturan.
"Hah.. Aku juga harus menunggu nih.." Kata Leon. Ia melayang-layang sembari berbaring dengan tangan dibelakang kepala.
Leon melihat sekeliling. Sepertinya anak anaknya sangat rajin. Ruangannya sangat bersih. Tidak ada coretan sedikit pun di meja nya.
Lalu, ia menoleh ke jendela. Benar benar tidak ada orang. Hanya Rafael saja sepertinya yang di gedung itu sekarang. Sangat sepi. Dan.. Sedikit seram.
"Eh!.." Kata Leon. Ia melihat sesuatu.