Ibunya masuk rumah sakit jiwa
Ayahnya sedari dulu tidak pernah mengakuinya
dan kekasihnya malah berpaling pada Kaka tirinya.
Inilah kisah Naina, gadis sejuta luka tapi tetap tersenyum.
ketika usia Naina berusia 12 tahun, ibunya masuk ke dalam rumah sakit jiwa akibat ulah ayahnya, dia juga dibuang ke panti asuhan.
6 tahun berlalu ayahnya memanggilnya, Dia pikir ayahnya memanggilnya untuk meminta maaf tapi ternyata Naina salah.
ayahnya menyuruh dia datang, meminta dia melepaskan Gerald yang tak lain kekasihnya, yang juga sama-sama berasal dari panti asuhan. ayahnya melakukan ini karena ternyata, Kakak tirinya menyukai kekasihnya. yang paling membuat Naina sesak, ternyata kekasihnya juga menyetujui ucapan ayahnya.
Dan pada akhirnya Naina jatuh di luka paling dalam, tapi tanpa Naina sadari balik luka yang dia derita ada kebaha
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tugas
men temen hari ini aku update 3 bab sesuai dengan janjiku. Nah, karena ini novel baru jadi aku butuh dukungan di like sama di komen jadi gas like gas komen ya
Naina keluar dari yayasan, wanita cantik itu berjalan dengan langkah yang sangat pelan. Jangan ditanyakan betapa patahnya hati Naina sekarang, yang pasti hatinya benar-benar patah.
"Dad, haruskah kau melakukan sejauh ini padaku?" Naina bergumam pelan, wanita cantik itu menghentikan sejenak langkahnya karena dia merasa tidak bisa menopang tubuhnya.
Sekarang dia harus meninggalkan kota ini, kota yang sudah sangat nyaman dia tempati walaupun kota ini juga memberikan luka yang teramat hebat untuknya. Bukan hanya itu saja, dia juga harus meninggalkan ibunya.
Setelah cukup lama terdiam, Naina pun kembali melanjutkan langkahnya. Wanita cantik itu memutuskan untuk pergi ke rumah sakit jiwa sekalian pamit pada ibunya, untuk hari ini saja Naina akan terima Jika dia diamuk oleh ibunya Sebab Dia hanya ingin memeluk Regina sebelum dia pergi dan tidak tahu kapan akan kembali.
Dan sekarang di sinilah Naina berada, di depan rumah sakit jiwa. Wanita itu pun langsung masuk kedalam rumah sakit jiwa, dia akan meminta izin pada perawat untuk menghampiri Regina.
Naina berusaha menegarkan hatinya, ketika sudah berada di taman di mana sang Ibu sedang duduk. Dia tahu ketika dia menghampiri ibunya, ibunya pasti akan mengamuk.
Setelah bisa menguasai diri, Naina langsung berjalan, degupan jantungnya terasa sangat kencang ketika dia masuk ke dalam area taman. Beberapa kali dia ingin mundur, karena dia membayangkan bagaimana nyerinya jika ibunya mengamuk. Tapi, Ini hari terakhir dia di kota ini, dan dia tidak mau menyia-nyiakan waktu.
Naina mendudukkan diri di sebelah Regina, tapi sepertinya Regina belum menyadari kehadiran Naina karena sedari tadi wanita itu sibuk mengelus rambut boneka yang dia anggap sebagai bayinya.
”Mo-Mommy!” Panggil Naina dengan bibir bergetar.
Dan seperti tadi, Regina masih belum menyadari kehadirannya, walaupun Naina sudah berbicara. Hingga pada akhirnya Naina mengelus bahu ibunya, dan kali ini Regina menoleh. Ketika Regina melihat ke arahnya Naina memejamkan mata, takut ibunya mengamuk.
Namun sepersekian detik, Naina kembali membuka matanya, kala tidak ada pergerakan dari ibunya. Dan ketika dia membuka mata Regina sedang melihat ke arahnya, menatap Naina dengan lekat. Hingga kini tatapan kedua ibu dan anak itu saling mengunci.
“Mommy!" Panggil Naina, yang memberanikan diri memanggil ibunya. Sepertinya kali ini Regina tidak berniat mengamuk, dia malah menatap Naina, terlihat jelas bahwa tatapannya di penuhi dengan kerinduan.
“pergi dari sini, Jika kau terus di sini dia akan melukaimu." Hanya Itu yang Regina katakan, sepertinya dalam benak Regina dia ingin Naina pergi agar Mario tidak melukai Naina.
“Aku akan pergi,” jawab Naina, jika Naina menjawab dia tidak akan pergi atau menjawab hal lain, Regina pasti akan mengamuk.
Helaan nafas terlihat dari wajah cantik Regina ketika Naina mengatakan akan pergi, kemudian Regina langsung melihat ke arah bawah, lalu mengelus rambut boneka yang sedang dia pegang.
Dan sedetik kemudian, Naina sudah tidak bisa menahan dirinya lagi, wanita itu beringsut maju kemudian dia langsung memeluk Regina dari samping, pada akhirnya tangis Naina pun pecah. Wanita itu menangis sejadi-jadinya, untuk pertama kalinya lagi setelah bertahun-tahun dia bisa memeluk ibunya.
Tidak ada respon dari Regina, dia tetap mengelus rambut boneka yang sedang dia pegang. Namun mata Regina berkaca-kaca, Dia seolah mengerti rasa sakit yang dirasakan oleh putrinya.
***
Naina melepaskan pelukannya dari sang ibu, kemudian dia langsung melepaskan jaketnya lalu menyematkannya pada tubuh ibunya. Rasanya, begitu berat untuk meninggalkan ibunya, tapi dia harus segera pergi untuk berkemas dan mengurus semuanya.
“Mommy, aku pulang. Aku tidak tahu kapan akan kembali ke sini karena aku akan segera pergi jauh. Tapi, Jangan khawatir jika ada waktu senggang, aku akan menjenguk Mommy," ucap Naina setelah menyematkan pakaian ke bahu ibunya dan seperti biasa Regina tidak menjawab.
Dengan hati yang luar biasa pedih. Naina berbalik kemudian dia berjalan sambil menangis sesegukan. Dan ketika Naina pergi, barulah Regina menoleh, wanita itu menatap putrinya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
Beberapa hari kemudian
Tubuh Naina diam mematung ketika melihat sebuah bangunan di depannya, saat ini dia sedang berada di rumah yang akan menjadi tempatnya bekerja. Kejanggalan bukan hanya terlihat di rumah yang ada di depannya, tapi juga sepanjang perjalanan Naina merasa aneh dan merinding.
Bagaimana tidak, sepanjang perjalanan Naina tidak menemukan pemukiman rumah ataupun tanda-tanda kehidupan. Jalan yang dilalui oleh travel yang mengangtarnya hanya melewati jurang dan hutan, Naina tahu kota ini berada di pelosok, tapi Naina tidak tahu bahwa akan separah ini.
Dan sekarang dia dibuat tercengang lagi, dengan rumah yang akan menjadi tempatnya bekerja. Rumah itu bukan rumah kecil tapi mirip seperti kastil di zaman dulu dan dari luar terlihat sangat mengerikan.
Tak lama lamun Naina buyar ketika mendengar suara gerbang terbuka, hingga Naina mundur satu langkah bersiap untuk berlari karena takut orang yang membuka gerbang adalah orang aneh. Namun tak lama, Naina menghentikan gerakannya, ketika melihat yang membuka gerbang sesosok lelaki tampan berpakaian formal, layaknya seorang pegawai.
“Kau yang diutus oleh yayasan?” tanya lelaki tersebut hingga Naina mengangguk dengan ragu.
“Silakan masuk dan ikuti aku.”
Setelah itu Naina pun langsung menggeret kopernya untuk masuk ke area dalam, ketika berada di dalam rumah yang menyerupai kastil tersebut, Naina cukup tercengang karena isi di dalam kastil itu sangat jauh berbeda dengan di luar.
Jika di luar tampak menyeramkan, Tapi saat masuk dalam semua tampak terlihat nyaman dekorasi begitu indah. Jika dari luar terlihat seperti kastil tidak berpenghuni. Tapi, ternyata saat berada di dalam banyak sekali orang yang memakai seragam pelayan.
“Ayo ikuti aku,” ucap Gavin yang tadi menjemput Naina, yang juga pengatur semua yang ada di kastil itu. Hingga Naina tersadar wanita cantik itu pun langsung mengikuti langkah Gavin.
Setelah masuk ke ruangan Gavin, Naina mendudukkan diri di sofa. Sedangkan Gavin mengambil kontrak kerja Naina
“apa sebelumnya kau sudah diberitahu tugasmu di sini apa?” tanya Gavin dengan cepat Naina menggeleng.
“Aku hanya diberitahu bahwa aku akan mengurus anak kecil," jawab Naina, hingga Gavin mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Ya, tugasmu memang mengurus anak kecil, tapi ada satu hal yang harus kau patuhi di rumah ini.”
Tiba-tiba jantung Naina berdetak dua kali lebih cepat, Kenapa perasaannya mendadak tidak enak.
“gajimu akan lebih besar daripada yang tertera di kontrak, tentu saja sebanding dengan apa yang kau harus lakukan di sini. Jadi jika kau ingin mundur, mundur sekarang karena jika kau sudah tanda tangan dikontrak kau tidak bisa mundur."
***
Mendengar ucapan Gavin barusan, tiba-tiba Naina bergidik. Ucapan Gavin bagai ultimatum, di satu sisi lain dia takut untuk melanjutkan pekerjaannya. Tapi, di sisi lain juga dia tidak mungkin mundur sebab setelah ini dia tidak tahu harus ke mana. Jika Dia memutuskan mundur pun, dia bingung harus pulang memakai Apa karena jelas-jelas tidak ada kendaraan umum di sekitar sini.
“Kau tidak akan melakukan hal berat, tugasmu hanya benar-benar mengasuh, hanya saja ada hal yang harus kau patuhi di rumah ini." Gavin kembali berbicara seolah mengerti dengan ketakutan Naina.
Scroll gengs.