Seumur hidupnya Anne selalu hidup dalam tekanan, dia tumbuh menjadi gadis lemah dan penakut. Kata-kata andalannya hanya satu, "Maafkan Saya."
Anne percaya hanya kata maaf yang mampu membuat hidupnya selamat.
Hingga sebuah peristiwa membuatnya terjebak dengan seorang Presdir dingin, Jackson Wu.
"Maafkan Saya, Tuan. Saya mohon jangan pecat Saya. Saya mohon maaf."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ILKP Bab 1 - Apa Kamu Mencurinya?
"Nona, Anda tidak bisa terus kabur dari tanggung jawab. Bagaimana pun Anda harus segera memimpin perusahaan itu secara langsung."
"Ta-tapi Aku tidak tahu apapun tentang perusahaan, aku justru hanya akan mengacaukannya saja."
"Anda jangan khawatir, saya akan membantu Anda."
"Kenapa tidak kamu saja yang menjalankannya, seperti selama ini."
"Tidak bisa Nona, Anda harus turun tangan langsung."
Anne meremat kedua tangannya sendiri, sangat tak berdaya dihadapkan pada situasi ini. Bagaimana mungkin dia yang tidak berpendidikan apapun tiba-tiba harus memimpin sebuah perusahaan besar.
Anne adalah gadis yang malang namun bergelimang harta. Di masa lalu kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan ketika dia masih kecil. Anne diasuh oleh sang paman tapi tidak pernah mendapatkan keadilan.
Anne justru hanya diperlakukan seperti seorang pelayan, bahkan setelah seluruh harta warisannya direnggut Anne dijual oleh sang paman.
Tapi keberuntungan seolah selalu berpihak padanya, saat sang paman jatuh sakit seluruh harta warisannya kembali ke tangan Anne. Uang tunai, banyak aset dan bahkan sebuah perusahaan besar.
Tapi sungguh Anne sedikitpun Tidak memiliki kemampuan untuk mengelola perusahaan tersebut karena itulah selama ini asisten pribadinya yang menangani, Deon.
Tapi ternyata cara kerja seperti ini tidak bisa berlangsung lama, bagaimana pun Anne harus muncul sebagai pemilik perusahaan yang resmi.
"Saya masih memungkinkan untuk mengganti Anda selama satu tahun ini, tapi setelahnya Anda harus muncul," putus Deon.
"Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang?"
"Belajar."
"Apa yang harus aku pelajari?"
"Tentu saja tentang management, saya akan langsung mengatur kelas untuk anda."
"Tidak tidak, jangan seperti itu. Aku susah memahami jika belajar, maafkan aku Deon."
"Tidak perlu meminta maaf Nona, anda tidak salah dan saya hanya bekerja untuk Anda."
"Lalu bagaimana sekarang?"
"Bagaimana jika anda langsung bekerja di perusahaan, jadi karyawan biasa lebih dulu."
Anne memasang wajah penuh rasa bersalah, karena sungguh dia tidak paham apapun tentang pekerjaan yang ada di perusahaan. Entah itu sebagai karyawan biasa apalagi sampai menjadi pimpinan utama.
Yang mungkin bisa dia pahami adalah pekerjaan menjadi seorang office girl. Tapi apakah hal itu bisa diterima oleh Deon.
"Bagaimana, apa anda bersedia?"
Anne menggelengkan kepalanya kecil, "Maafkan aku Deon, tapi bagaimana jika aku jadi OG dulu?"
"Tidak masalah, pertama anda akan jadi OG lebih dulu untuk memahami Bagaimana cara bekerja di perusahaan. Berikutnya setelah anda mulai terbiasa dengan lingkungan kantor Anda bisa langsung naik jadi karyawan," jelas Deon yang sangat mengayomi.
Ucapannya selalu mampu membuat Anne tenang, sampai akhirnya Anne menganggukkan kepalanya setuju.
"Tapi ..." ucap Anne ragu-ragu, jika diizinkan dia juga tidak ingin langsung bekerja di perusahaannya sendiri. Lingkungan di sana pasti akan membuatnya kikuk, jika boleh dia ingin Deon mempekerjakannya di perusahaan yang lain.
"Tapi apa Nona? Ucapkanlah."
"Apa bisa ... kamu mencarikan pekerjaan ku di perusahaan lain saja, jangan di perusahaan ku."
"Baik, akan saya atur semuanya untuk anda," balas Deon.
Setelahnya dia berdiri lebih dulu, menundukkan kepala sebagai bentuk hormat dan meninggalkan warung kecil itu lebih dulu. Sementara Anne menghela nafasnya dengan kasar.
Kedua tangannya masih terasa dingin, masih belum mampu membayangkan jika akhirnya dia akan kembali ke kehidupannya yang sesungguhnya. Setelah selama ini Anne selalu hidup sebagai orang biasa.
Rumah kecil, kehidupan sederhana dan jauh dari hiruk pikuk kota.
Tapi ucapkan Deon pun selalu terngiang di benaknya, bahwa Anne tidak boleh meninggalkan perusahaan begitu saja karena bagaimanapun perusahaan itu adalah peninggalan mendiang kedua orang tuanya yang harus Anne pertahankan, bahkan perjuangkan.
Setelah cukup tenang akhirnya Anne kembali ke rumahnya sendiri, rumah kecil yang untuk menjangkaunya harus melewati sebuah gang.
Dua hari setelah pertemuan itu Deon akhirnya menghubungi Anne. Bahwa jam tujuh pagi ini Anne harus mendatangi perusahaan Wu Corporation untuk mulai bekerja di sana sebagai Office Girl.
Jantung Anne berdegup, namun dia tetap mempersiapkan diri. "Aku tidak boleh takut, aku tidak boleh ragu. Aku harus menjalani ini semua dengan baik. Ingat Anne, kamu tidak sedang hidup di hutan jadi biasakan dirimu untuk bertemu dengan banyak orang dan jangan kecewakan Deon," ucap Anne, bicara pada dirinya sendiri yang ada di pantulan cermin.
Selama ini Deon telah sangat banyak membantunya.
Sebelum waktu benar-benar menunjukkan pukul tujuh pagi, Anne sudah berdiri di depan perusahaan yang bertuliskan Wu Corporation.
Membaca namanya saja sudah membuat Anne merinding, tapi dengan semua keberanian yang dia punya akhirnya Anne memasuki perusahaan tersebut.
"Jadi namamu Anne, hari ini sangat sibuk. jadi tidak perlu perkenalan resmi, langsung saja bekerja bersama tim yang lain," ucap sang supervisor.
"Baik Pak," jawab Anne dengan kepala yang menunduk dalam.
Berada di tempat ini Anne seperti anak ayam yang kehilangan induknya, dia tak tahu harus mengerjakan apa dulu.
"Maaf permisi, saya OG baru di sini," ucap Anne coba memperkenalkan dirinya pada sekelompok office girl yang sedang berkumpul. Tapi kedatangan tak begitu di sambut baik.
Beberapa orang bahkan langsung saling pandang seolah kompak berencana untuk mengerjai anak baru tersebut.
"Siapa namamu?" tanya salah satu.
"Anne."
"Hari ini akan sangat sibuk karena malam nanti tuan Jackson mengadakan pertunangan. Kamu stay saja di lantai atas membantu orang-orang yang bekerja di sana."
Anne hanya mampu mengangguk patuh, meskipun dia belum tau pasti apa yang akan dikerjakannnya.
"Pergilah," titahnya lagi dan Anne pun keluar dari ruangan tersebut.
Selepas kepergiannya beberapa orang di sana langsung tertawa. Menjelang hari penting seperti ini, diantara mereka semua tidak ada yang mau bekerja di lantai atas. Karena para manager dan direktur pasti sibuk sebelum meninggalkan kantor lebih awal.
Dan benar saja, di hari pertamanya bekerja Anne sudah diperintah untuk melakukan banyak hal. Mulai dari menyediakan makanan dan minuman, membersihkan meja sampai mengantar dokumen. Terlebih dia belum tahu apa-apa tentang perusahaan ini dan hal itu membuatnya kesulitan.
Menjelang sore suasana kantor mulai longgar, beberapa ada yang pulang sampai akhirnya menyisahkan Anne seorang diri di sana.
"Ingat, sebelum pergi bereskan semuanya. Termasuk ruangan Presdir. Besok pagi semuanya harus sudah rapi."
"Baik, Bu," balas Anne patuh. Dia menghela nafasnya perlahan membuang lelah yang mulai menguasai.
Sejak tadi hanya dia seorang yang berkerja di lantai atas, tak ada satupun rekan yang membantu.
Sampai waktu menunjukkan pukul 7 malam barulah Anne menyelesaikan semua tugasnya. Dia mulai mematikan lampu satu per satu. Hingga terakhir dia hendak mematikan lampu di ruangan sang Presdir.
Namun setelah masuk ke dalam ruangan itu alangkah terkejutnya Anne ketika melihat seorang pria berdiri dan menatap ke arahnya lurus.
Deg!
"Maaf Tuan, saya tidak bermaksud lancang dan masuk tanpa mengetuk pintu. Saya hanya ingin mematikan lampu ruangan ini," ucap Anne dengan kepala yang sudah menunduk dalam. Meski belum tahu siapa pria di hadapannya tapi Anne yakin pria itu adalah pemilik ruangan ini, Jackson Wu sang Presdir.
"Saya akan pergi sekarang."
"Tunggu," cegah Jackson dengan suara baritonnya. Dia menatap wanita itu dengan lekat, melihat jelas tubuhnya yang gemetar ketakutan.
"Kamu yang membersihkan ruangan ini?"
"Benar, Tuan," jawab Anne cepat.
"Dimana cincin yang ku letakkan di atas meja, apa kamu mencurinya?"
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
lanjut
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
😀😀❤❤😉😉
good job Anne