Aisyah Nur tak menyangka jika keluarganya menyimpan rahasia yang sangat besar.
Cintanya pada Deren pun mendapat penolakkan. Rahasia apakah yang menjadi penghalang cinta diantara mereka.
Akankah Aisyah mampu meyakinkah orang tuanya akan Cintanya. Bagaimana perjuangan Aisyah dan Deren dalam mempersatukan cinta mereka.
Simak kisah mereka dalam "Aak Preman Aku Padamu". Happy reading salam sayang dari Rini Sya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rini sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diusut Satu Persatu
Selepas kepergian Aisyah, Patrio pun meminta anak buahnya untuk membalas perbuatan Titin dan anaknya pada Aisyah, putrinya.
"Buat wanita itu menyesali perbuatannya!" perintah Patrio.
"Siap laksanakan Tuan Bos," jawab Pria bertato itu.
"Aku mau tahu, kemana sebenarnya danaku mengalir," ucap Patrio pada asisten pribadinya yang kini berada tepat dihadapannya.
Keanehan terjadi di sini. Pria itu terlihat rikuh, gugup dan tak berani menatap ke arah Patrio. Dia sangat menjaga pandangannya agar Patrio tak mencurigainya. Patrio bukan orang bodoh kawan, semakin kau gugup berarti kau sudah terbukti menyembunyikan sesuatu darinya. Kau tahu artinya berbohong kan. Berani berbohong berarti berani mati, itulah prinsip yang Patrio yakini hingga detik ini.
"Kenapa kau terlihat gugup?" tanya Patrio pada asisten pribadinya. Tatapan Patrio sangat mengintimidasinya, membuat asisten pribadinya semakin gugup tak terkendali.
"Tidak Tuan Bos," jawabnya gemetar.
"Hemm," jawab Patrio curiga.
Kembali Patrio menatap pria yang duduk didepannya ini dengan tatapan menakutkan.
"Berikan semua laporan keuangan yang kau pegang selama ini," pinta Patrio. Lucas kembali gugup. Jika dia memberikan semua laporannya berati fix dia harus siap ditembak mati oleh Patrio. Tuhan lindungilah aku, batin Lucas.
Patrio pria paruh baya ini terlalu percaya pada asisten pribadi dan istri pertamanya di rumah ini. Sayangnya kepercayaan itu dimanfaatkan oleh mereka. Mungkinkah dia sudah menyadatinya batin Lucas.
"Kenapa kau diam?" tanya Patrio.
"Tidak Tuan Bos, saya akan segera siapkan apa yang anda mau!" jawab Lucas tegas.
"Bagus, siapkan segera. Dan aku mau satupun poin pun tidak ada yang tertinggal. Kau tahu aku tak suka kebohongan. Jika itu terjadi bersiaplah menghadapi kematian bersama seluruh anggota keluargamu," ancam Patrio. Ingin rasanya Lucas pipis ditempat saat mendengar ancaman itu. Lucas tahu jika Patrio tak pernah main main soal ucapannya.
"Siap Tuan Bos!" jawab Lucas lagi.
"Aku tunggu satu jam dari sekarang!" perintahnya lagi. Hah satu jam, berarti nyawaku tinggal satu jam. Tak ada pilihan lain Lucas selain menghadapi ini bukan. Bersiap siaplah kau menghadapi regu tembak milik pria ini, batin Lucas.
"Baik Tuan Bos. Semua atas kehendakmu. Saya akan segera bawa apa yang anda mau," jawab Lucas. Patrio pun mengizinkan asisten pribadinya itu untuk pergi.
Patrio duduk termenung dan memikirkan kembali tentang semua yang terjadi padanya belakangan ini. Fakta demi fakta telah dia dapatkan, benang kusut akan perjalanan hidupnya mulai bisa dia uraikan. Meski semuanya belum terlihat jelas dan gamblang.
Patrio tersadar dari lamunannya mana kala salah satu ajudannya mengetuk pintu dan membawa Aisyah kembali ke ruangannya.
"Masuk!" perintah Patrio.
Aisyah pun masuk ke dalam ruangan itu lagi. Sekarang tanpa disuruh Aisyah pun duduk di tempatnya semula.
"Ini Om bukunya," ucap Aisyah sambil menyerahkan tas warna pink pada Patrio.
"Kok buku, bukanya surat?" tanya Patrio. Duh oon nya batin Aisyah (Dosa lo Ish kamu ngatain bapakmu oon, skip emak).
"Ya nggak tahu, pokoknya ini yang umi titipkan ke Aish," jawab Aisyah berani. Patrio menatap Aisyah sekilas dan mengambil tas kecil berisi buku itu.
"Heemmm, kau boleh pergi. Tetap di kamarmu, jangan keluar tanpa perintahku. Mengerti!" ucap Patrio tegas.
"Baik Om," jawab Aisyah. Dia pun langsung berdiri dan hendak melangkah, tapi Patrio mencegahnya kembali.
"Eee ... tunggu!" cegah Patrio.
"Apa lagi Om?" tanya Aisyah berani.
"Mana satu lagi barang yang ku minta?" tanya Patrio sambil mencari sesuatu yang dia pesan tadi.
"Barang apa lagi sih Om. Kan Om bilang buku doang," jawab Aisyah. Patrio pun mengangkat kepalanya dan berdiri sejajar dengan Aisyah.
"Kau beneran mau ku tembak hah!" bentak Patrio, kembali pria itu berkata kasar. Aisyah malah mengerutkan keningnya.
"Om ini minta apa, Aish lupa Om. Demi Tuhan!" jawab Aisyah sambil mengacungkan kedua jarinya pertanda dia tak bohong.
"Aku minta satu helai rambutmu bodoh," jawab Patrio kasar.
"Astaga Om, mana boleh minta itu Om, rambut kan aurat perempuan,m masak diminta. Kan kita bukan mahrom Om," jawab Aisyah lembut.
"Siapa bilang kita bukan mahrom ha, kita ini bapak dan anak. Eh bukan ... (Patrio diam sejenak, berfikir. Mencoba mencari jawaban terbaik). Pokoknya yang masuk kedalam rumah ini adalah mahromku. Mengerti!" Akhirnya si pemimpin besar kehilangan harga dirinya. Aisyah mengerutkan keningnya tak percaya dengan jawaban aneh Patrio menurutnya.
"Bagaimana ceritanya bisa begitu. Belajar ngaji di mana Om?" tanya Aisyah berani. Astaga Aisyah kau benar benar menantang maut.
Patrio mati kutu, tapi sayang dia berusaha bangkit dari rasa malunya dengan kuasanya.
"Apa kau sudah siap menjadi teman dengan si macan hah?" tanya Patrio setengah mengancam.
"Tidak Om, ampun. Maafkan Aish," jawab Aisyah ketakutan.
"Heh, kau selalu minta ampun. Tapi terus melawan dan melakukan kesalahan," ucap Patrio, ucapannya mengandung arti mulai tak percaya pada Aisyah. Membuat Aisyah gemetar ketakutan.
"Maaf Om, ampun!" jawab Aisyah lagi.
"Eeheemmm ...," Patrio menghela nafas dalam dalam.
"Kau berikan apa yang aku minta, atau ...?" ancam Patrio.
"Tapi Om, saya dosa nanti," jawab Aisyah. Patrio diam dan kembali berfikir.
"Baiklah, sini ..." ucap Patrio sambil menarik tangan Aisyah dan membawanya mendekati meja kerjanya. Patrio mengeluarkan gunting kecil dari laci itu.
"Apa Om. Om mau ngapain?" tanya Aisyah takut.
"Diam kau, kau sudah buat aku kesal!" ucap Patrio kesal. Tanpa persetuan Aisyah, Patrio langsung memotong salah satu kuku jari Aisyah. Aisyah terbelalak tak percaya, sebenarnya apa yang pria ini inginkan.
"Om, Om ngapain?" tanya Aisyah.
"Jangan banyak tanya atau ku ..." jawab Patrio.
Aisyah hanya menatap tak percaya pada pria yang terlihat tak sanggup melanjutkan perkataanya ini.
"Aah, sudahlah. Pergilah sebelum aku berubah pikiran!" perintah Patrio. Aisyah pun memilih jalur aman untuk dirinya sendiri. Yaitu segera pergi dari hadapan pria kejam ini.
***
Di kediaman Bos barunya Deren, Joker dan juga Kopri mulai mempelajari siapa sebenarnya Patrio Guran sang pemimpin besar Obor Merah.
Beruntungnya mereka karena beberapa teman baru mereka yang pernah bertemu dengannya mau berbagi info.
Deren bertambah khawatir pada Aisyah mana kala pria itu bercerita bahwa Patrio tak segan memberikan selirnya untuk tidur dengan para relasinya.
"Dasar pria bejat jahanam," gumam Deren.
"Sabar Bos, semoga nona bos tidak mengalami hal itu," ucap Joker mencoba menenangkan Bos Besarnya.
"Bagaimana aku bisa tenang Bang. Aish dalam bahaya dan aku tak bisa berbuat apa apa!" jawab Deren geram.
"Berdoalah, percayalah pada Tuhan bahwa Dia akan menjaga nona bos dengan baik," tambah Joker. Deren diam, air mata penyesalanya keluat begitu saja. Dan itu masib wajar menurut Joker. Bagaimanapun Deren adalah manusia, yang memiliki hati dan jiwa.
Deren boleh menangis kalau hatinya terluka, apa lagi ini menyangkut cinta. Cinta tak ada logika bukan.
Bersambung...
CA ," Maaf ya gengs, waktu Emak sedikit terbagi. Karena Emak juga harus bertanggung jawab dengan karya Emak yang masih on going lainnya. Jika berkenan boleh main juga kesana. Like dan Komen kalian tetap Emak nanti. Happy reading 🤩🦂😘 ."