NovelToon NovelToon
PESUGIHAN POCONG GUNUNG KAWI

PESUGIHAN POCONG GUNUNG KAWI

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Menjadi Pengusaha / CEO / Tumbal / Iblis / Balas Dendam
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: triyan89

Rina hidup dalam gelimang harta setelah menikah dengan Aryan, pengusaha bakso yang mendadak kaya raya. Namun, kebahagiaan itu terkoyak setelah Rina diculik dan diselamatkan oleh Aryan dengan cara yang sangat mengerikan, menunjukkan kekuatan suaminya jauh melampaui batas manusia biasa. Rina mulai yakin, kesuksesan Aryan bersumber dari cara-cara gaib.
​Kecurigaan Rina didukung oleh Bu Ratih, ibu kandung Aryan, yang merasa ada hal mistis dan berbahaya di balik pintu kamar ritual yang selalu dikunci oleh Aryan. Di sisi lain, Azmi, seorang pemuda lulusan pesantren yang memiliki kemampuan melihat alam gaib, merasakan aura penderitaan yang sangat kuat di rumah Aryan. Azmi berhasil berkomunikasi dengan dua arwah penasaran—Qorin Pak Hari (ayah Aryan) dan Qorin Santi—yang mengungkapkan kebenaran mengerikan: Aryan telah menumbalkan ayah kandungnya sendiri demi perjanjian kekayaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triyan89, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 35

​Sementara di pesantren dan di rumah Aryan sedang terjadi pertarungan gaib yang menentukan hidup dan mati, kehidupan di pasar kota tetap berjalan seperti biasa. Namun, di balik aroma gurih kuah yang menggoda selera, persaingan bisnis bakso sedang memanas.

​Setelah Broto tewas dan bisnis baksonya hancur, yang secara luas diyakini orang-orang sebagai kebangkrutan misterius, kini muncul pesaing baru yang merasa terancam oleh keberadaan Bakso Bang Aryan.

​Dia adalah Pak Dayat. Seorang lelaki tua yang sudah puluhan tahun malang melintang di dunia perbaksoan. Pak Dayat adalah salah satu pebisnis bakso yang lumayan sukses di kota itu. Ia dikenal ramah, namun sangat protektif terhadap bisnisnya. Total lima kios baksonya selalu dipenuhi pelanggan setia setiap hari.

​Awalnya, Pak Dayat tidak terlalu peduli dengan munculnya Bakso Bang Aryan. Namun, seiring waktu berjalan, ia mulai melihat perbedaan pada bisnisnya. Kios Bakso Bang Aryan selalu penuh oleh pelanggan, bahkan melebihi ramainya kios miliknya. Aryan, dengan penampilannya yang necis dan jaminan rasa super yang entah resep dari mana, berhasil menarik perhatian massa dalam waktu singkat.

​Pak Dayat mulai menaruh dendam secara diam-diam kepada Aryan. Ia merasa terancam dan bisnisnya mulai terasa tersaingi. Ia sering mengawasi kios Aryan dari jauh, menyimpan kejengkelan di dalam hatinya, tetapi tidak pernah berani melampiaskannya secara terbuka.

​Ketakutan Pak Dayat semakin membesar ketika ia mendengar kabar kehancuran bisnis bakso Broto. Ia tahu, Broto adalah sosok yang kejam dalam hal bisnis. Broto tidak segan menggunakan cara-cara kotor, mulai dari menyebar isu, merusak bahan baku, hingga mengancam fisik, demi menghabisi pesaingnya dan memajukan bisnisnya.

​Ironisnya, kini Broto yang kejam itu hancur oleh Aryan yang muncul tiba-tiba.

​“Kalau orang sekejam Broto saja bisa dihancurkan Aryan, bagaimana denganku?” pikir Pak Dayat cemas.

​Ketakutan itu kini menjadi mimpi buruk. Pak Dayat percaya, Aryan memiliki ilmu gaib untuk melariskan dagangannya, dan ia takut gilirannya akan tiba. Ia mulai khawatir lima kiosnya, yang dibangun dengan susah payah, akan bernasib sama seperti bisnis Broto.

​Padahal, semua keramaian Bakso Bang Aryan adalah hasil tumbal pesugihan yang Aryan jalani, bukan murni persaingan sehat. Namun, bagi Pak Dayat, ini adalah ancaman nyata yang harus ia tangani.

​Malam itu, setelah mendengar bahwa Aryan sedang mempersiapkan ritual besar, yang disalahartikan oleh Pak Dayat sebagai upaya memperkuat penglaris dagangannya, Pak Dayat akhirnya memutuskan untuk bertindak. Ia tidak bisa lagi menunggu bisnisnya hancur. Ia harus mencari cara untuk menghancurkan kekuatan Aryan, sebelum Bakso Bang Aryan menelan habis seluruh pelanggan di kota itu.

​Pak Dayat menghubungi seorang kenalannya yang diyakini memiliki kekuatan serupa, berharap dapat menandingi atau bahkan membalikkan sihir penglaris dagang dari Aryan.

​Malam itu, setelah menutup salah satu kiosnya lebih awal karena sepi, Pak Dayat masuk ke ruangan kecil di belakang. Wajahnya dipenuhi keringat dingin, bukan karena panas, melainkan karena kecemasan.

​Ia mengeluarkan ponselnya dan mencari sebuah nomor yang sudah lama tidak ia hubungi. Nomor itu milik Mbah Taryo, seorang dukun terkenal yang konon ahli dalam urusan gaib.

​Setelah beberapa kali panggilan, suara serak Mbah Taryo menyambutnya.

​“Mbah Taryo, ini saya, Dayat. Tukang bakso,” ujar Pak Dayat, suaranya bergetar.

​“Oh, Pak Dayat. Ada urusan apa malam-malam begini?” jawab suara di seberang sana, terdengar berat dan lambat.

​Pak Dayat tidak berbasa-basi. “Mbah, saya ada masalah besar. Bisnis saya diancam. Ada saingan baru, namanya Aryan. Saya yakin dia pakai penglaris yang sangat kuat. Pelanggan saya pindah semua, Mbah. Saya takut nasib saya seperti Broto. Tolong saya, Mbah. Saya mau kekuatan Aryan itu dihancurkan, atau setidaknya, dikembalikan!”

​Hening sejenak.

​“Aryan, ya? Kudengar dia bukan sembarangan orang. Dia punya ikatan yang kuat, Pak Dayat. Menghancurkannya butuh biaya besar, dan risiko besar, karena jin pelindungnya sangat ganas.”

​Pak Dayat menelan ludah. “Saya tidak peduli risikonya, Mbah. Berapa pun biayanya, akan saya siapkan. Saya hanya ingin lima kios saya aman. Saya ingin dia tahu, bahwa bisnis bakso ini ada tuannya!”

​Mbah Taryo tertawa kecil, tawa yang terdengar kering dan menakutkan. “Baiklah, Pak Dayat. Besok malam datang ke gubug saya. Bawa bahan-bahan yang saya sebutkan, dan uang untuk mahar ikatan.”

​Pak Dayat merasa sedikit lega, meskipun rasa takutnya tidak hilang sepenuhnya. Ia kini resmi bermain di wilayah gaib, di mana Aryan sudah menjadi rajanya.

​Keesokan malamnya, Pak Dayat menjalankan perintah Mbah Taryo. Ia membawa kain mori putih, air dari tujuh sumur, dan sejumlah uang tunai.

​Di gubug Mbah Taryo yang terletak di pinggiran hutan, ritual pun dimulai. Mbah Taryo duduk di depan sesajen, membakar dupa yang baunya berbeda dengan dupa yang dipakai Aryan, lebih amis dan dingin.

​“Aku tidak akan menyerang dia secara fisik, Pak Dayat,” ujar Mbah Taryo, matanya terpejam. “Aku akan menyerang sumbernya. Aku akan membalikkan penglaris yang dia gunakan, agar orang-orang yang datang ke kiosnya tidak lagi merasakan kenikmatan, melainkan mual dan ingin muntah.”

​Mbah Taryo mulai merapal mantra. Ia mengambil segenggam tanah yang sudah dicampur dengan ramuan dan ditiupkan ke udara.

​“Aku perintahkan, wahai makhluk penjaga rezeki. Balikkan rasa, balikkan nafsu! Jadikan yang manis menjadi pahit, jadikan yang gurih menjadi amis! Rezeki Aryan, kembali ke pemilik aslinya!”

​Energi gaib itu dilepaskan. Kekuatan Mbah Taryo memang tidak sebanding dengan kekuatan iblis yang menjaga tempat usaha Aryan, tetapi energinya cukup untuk mengganggu lapisan terluar dari Jimat Aryan yang berhubungan langsung dengan daya tarik bisnisnya.

​Pada saat yang sama, di rumahnya, Aryan sedang fokus pada ritualnya setelah menumbalkan preman itu. Ia tiba-tiba merasakan sedikit getaran aneh yang mengganggu konsentrasinya.

​“Apa ini?” geram Aryan. Ia melirik Jimat Besi Kuning. Jimat itu baik-baik saja, energinya stabil dan kuat, namun ada sedikit gangguan yang datang dari luar benteng gaibnya. Gangguan kecil, tidak berarti, tetapi cukup mengganggu.

​Aryan segera mengabaikannya. Ia tidak punya waktu untuk berurusan dengan dukun kampung yang berusaha mengganggunya. Fokus utamanya adalah Azmi dan Kiai Syarif.

​Sementara itu, di pasar bisnis, Bakso Bang Aryan terus membuka lapaknya. Namun, efek dari ritual Mbah Taryo mulai terasa.

​Keesokan harinya, meskipun kios Bakso Bang Aryan masih ramai karena efek sisa penglaris yang kuat, beberapa pelanggan mulai mengeluh.

​“Kenapa rasa bakso ini agak aneh, ya? Ada rasa amis-amisnya?”

​“Iya, kuahnya kok jadi mual di perut…”

​Keluhan-keluhan itu samar, belum meluas, tetapi Pak Dayat, yang mengamati dari jauh, menyeringai puas. Rencana balas dendamnya di jalur bisnis mulai membuahkan hasil, meskipun ia tidak tahu bahwa ia hanya menyerang sehelai rambut dari tubuh monster sekelas Aryan.

 

​Meskipun Aryan baru saja menyelesaikan ritual besar pada malam Jumat Kliwon, dan kekuatannya telah mencapai puncaknya, gangguan kecil dari Mbah Taryo mulai memberikan dampak nyata pada bisnis baksonya.

​Keluhan pelanggan yang awalnya samar kini mulai terdengar lebih sering. Beberapa pelanggan yang biasanya makan dengan lahap, tiba-tiba berhenti di tengah jalan, merasa mual, atau bahkan muntah setelah mencoba suapan pertama.

​Salah satu pegawai setia Aryan, yang menjaga kios utama, menelepon Aryan dengan suara panik.

​“Pak Aryan, Pak! Ada masalah besar! Beberapa pelanggan mengamuk dan minta uang kembali. Mereka bilang bakso kita basi dan amis!”

​Aryan yang sedang berada di ruang ritualnya untuk meditasi, terkejut dan marah.

​“Basi? Tidak mungkin!” geram Aryan. Bahan-bahan bakso itu selalu dilindungi oleh mantranya. Ia tahu betul, bahan yang ia gunakan selalu segar.

​Aryan segera pergi ke kios. Ia melihat pemandangan yang kacau. Pelanggan berbisik-bisik, beberapa meninggalkan mangkok bakso mereka yang masih penuh. Saat ia mencicipi sendiri, ia merasakan sedikit keanehan, kuahnya terasa hambar, dan ada sedikit rasa logam yang mengganggu di lidah, padahal khodam penglarisnya sudah bekerja keras menutupi rasa itu.

​"Ini bukan serangan fisik. Ini serangan gaib," batin Aryan, amarahnya memuncak.

​Ia segera mengingat getaran aneh yang pernah ia rasakan. Ia mengira itu hanya gangguan dari khodam kecil, tetapi kini ia tahu itu adalah serangan yang terencana, meskipun levelnya tergolong rendah.

​"Kiai Syarif!" Aryan mengepalkan tangan. Ia yakin 100% bahwa gangguan kecil ini adalah ulah Kiai Syarif. Aryan tidak mungkin menduga ada pedagang bakso tua bernama Pak Dayat di baliknya.

​“Berani-beraninya dia mengganggu bisnisku! Setelah aku sudah menjadi tak terkalahkan!” raung Aryan dalam hati.

​Aryan segera memanggil Jaka.

​“Jaka! Kamu sudah dapat informasi tentang Azmi?” tanya Aryan, nadanya sangat dingin.

​“Sudah, Bos. Kami sudah menyebar ke seluruh kota dan jalan-jalan menuju pesantren. Saya yakin mereka akan segera tertangkap,” jawab Jaka.

​“Tarik sebagian anak buahmu! Sekarang, dengarkan aku baik-baik!”

​Aryan berjalan mondar-mandir, matanya penuh perhitungan. Gangguan pada bisnisnya, meskipun kecil, telah membuatnya kehilangan fokus dan menunjukkan titik kelemahannya, harta dan kekayaan yang ia dapatkan dari pesugihan. Ia harus mengakhiri perlawanan ini sekali dan untuk selamanya.

​“Ada gangguan kecil di kios bakso, aku yakin ini adalah ulah Kiai Syarif,” kata Aryan, nadanya penuh keyakinan. “Dia mencoba memancingku, membuatku kehilangan kekuatan. Tapi dia salah besar! Kekuatanku sekarang tak terkalahkan!”

​“Aku ingin kamu menyerang pesantrennya. Jangan tunggu sampai tengah malam. Serang sore ini. Serang dengan kekuatan penuh. Jangan biarkan satu pun santri lolos,” perintah Aryan.

​Jaka terkejut. “Menyerang di sore hari, Bos? Itu berisiko besar. Pesantren itu ramai, kita bisa menarik perhatian polisi.”

​“Aku tidak peduli!” bentak Aryan. “Gunakan cara apa pun. Bakar pesantren itu. Buat kekacauan besar! Aku ingin Kiai Syarif keluar, dan melawanku secara terbuka. Dan pastikan kamu membawa kembali Bu Ratih! Dia adalah tumbal sempurna berikutnya yang kuinginkan!”

​Jaka membungkuk, memahami betapa mengerikannya amarah tuannya. “Baik, Bos. Kami akan hancurkan mereka sore ini juga.”

​Aryan menyeringai puas. “Pergi! Dan Jaka, jika kamu gagal lagi, kali ini bukan hanya aku yang akan menghukummu. Iblisku sudah lapar dan menunggu tumbal baru.”

​Jaka segera pergi, menghubungi anak buahnya untuk mempersiapkan serangan besar-besaran terhadap pesantren Kiai Syarif sore ini. Target utama adalah Bu Ratih, ibu kandung Aryan.

​Di pesantren, Azmi, Rina, dan Kiai Syarif merasakan energi gelap dari rumah Aryan yang tiba-tiba meningkat.

​“Dia marah, Kiai,” kata Azmi, memegang Keris Gana Loka. “Dia marah karena tumbalnya tidak sempurna, atau mungkin karena gangguan yang kita berikan.”

​Kiai Syarif menggeleng. “Kita tidak memberinya gangguan apa-apa, Azmi. Ada kekuatan lain yang mengganggunya. Tapi itu tidak penting. Yang penting adalah, dia akan segera datang. Rasa marahnya yang tak terkalahkan ini akan mendorongnya untuk menyerang.”

​Tiba-tiba, seorang santri berlari masuk. “Kiai! Kami mendapat kabar dari luar. Ada banyak mobil asing mendekat ke tempat kita. Mereka membawa senjata!”

​Kiai Syarif berdiri tegak, memandang Rina dan Bu Ratih. “Rina, jaga ibumu. Azmi, waktu kita sudah habis. Pertempuran telah datang ke pintu kita.”

​Azmi mengangguk mantap. Ia memasukkan Keris Gana Loka ke balik pakaiannya. Ia siap untuk menghadapi serangan Jaka, sebagai awal pertempuran, sebelum menghadapi Aryan yang kini berada di puncak kekuatannya.

1
Siti Yatmi
seru dan menegangkan...baca maraton....semoga Mereka baik2 saja .
Siti Yatmi
kasian bapaknya....
Oriana
Kok susah sih thor update, udah nungguin banget nih 😒
bukan author: Masih review kak
total 1 replies
Dallana u-u
Gemes banget deh ceritanya!
bukan author: lanjutannya masih review kak
total 1 replies
cocondazo
Jalan cerita seru banget!
bukan author: lanjutannya masih review kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!