Olivia adalah seorang Desainer terkenal di abad ke-21, saat acara penghargaan dirinya dia tidak sengaja mengalami insiden kecelakaan di tempat acara sampai akhirnya dirinya meninggal dunia. Namun, bukannya dia pergi ke alam baka arwahnya justru terlempar ke zaman di era 80-an, memasuki tubuh istri seorang tentara yang Antagonis. Di komplek militer dia sering membuat onar sampai membuat banyak orang yang tidak menyukai dirinya. Lantas bagaimana jika Olivia masuk kedalam tubuh wanita tersebut, apakah Olivia akan bertahan? atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rs_31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bak pinang di belah dua
Keesokan harinya Arka masuk kedalam markas militer bersama dengan Jendral Rakha. Dia berjalan dengan cuek di samping sang Jendral. Meskipun banyak orang yang memandanginya tapi Arka tetaplah acuh, lagi dan lagi mereka membandingkan Arka dengan Jendral Rakha yang terlihat begitu sangat mirip bak pinang di belah dua.
"Apakah aku semirip itu dengan sang Jendral?" tanya Arka kepada dirinya sendiri.
Arka menoleh menatap ke arah Jendral Rakha. Dia menatapnya dengan lekat mulai dari ujung rambutnya sampai ujung kaki Arka mengerutkan dahinya saat dia melihat Wajah Jendral Rakha. Matanya bibirnya bahkan alisnya pun sangat mirip dengannya. Arka sontak terkejut bagaimana bisa ini terjadi, ini bukan hanya kebetulan biasa kan?
" Jendral sebenarnya kamu siapa?" tanya Arka kepada Jendral Rakha tiba-tiba.
Jendral Rakha yang sedang memperhatikan bawahannya langsung saja menghentikan langkahnya. Berdiri mematung di jalan menoleh ke arah Arka sembari menaikan sebelah alinya. Dia tersenyum sembari geleng- geleng kepala saat mendengar ucapan Arka barusan.
"Maksud kamu Arka apa?" tanya Jendral Rakha. Dia sedikit lucu dengan pertanyaan Arka,tentang siapa dirinya tentu saja dia Jendral Rakha Pratama anak sulung keluarga Pratama.
" Iya, sebenarnya Jendral Rakha siapa bagaimana bisa Jendral sangat mirip sekali dengan Arka? Jendral bukan ayah Arka kan?" tanya Arka dengan perasaan campur aduk dan sedikit kebingungan.
Jendral Rakha tersenyum lembut dia mengangkat tangannya untuk mengelus puncuk kepala Arka dengan pelan." Arka saya itu bukan ayah kamu, lagian saya tidak mengenal ibu kamu Arka jadi mana mungkin kamu bisa menjadi anak saya," jawab Jendral Rakha.
"Kecuali ibu kamu adalah Istriku Putri Ayu." Lanjutnya dalam hati
Arka mengusap tengkuknya dengan pelan sembari mengangguk kepala." Iya juga ya, ah Arka mungkin hanya berpikir terlalu jauh, lagian mana mungkin Jendral mengenal ibu Arka," jawab Arka sembari menyengir kuda memamerkan gigi putihnya kepada Jendral Rakha.
"Yasudah kalau begitu ayo kita lanjut jalannya, bukannya hari ini kamu mau laporkan kepada komandan di sini," ajak Jendral Rakha kepada Arka. Mengingatkan tujuan Arka ke markas militer hari ini.
" Astaga, Arka lupa Jendral, Ayo, ajak Arka sembari menarik tangan Jendral Rakha dengan pelan membuat sang Jendral yang di tarik tiba-tiba itu hanya bisa mengikuti langkah Arka dari belakang.
"Dasar anak ini bikin kaget saja, " gumam Jendral Rakha dalam hati.
Mereka melanjutkan perjalanannya tanpa membahas pertanyaan konyol Arka tadi. Dari kejauhan Beni dan Vano melihat Jendral Rakha berjalan ke arah gerbang bersama dengan seorang anak remaja asing yang baru saja mereka berdua lihat. Mereka berdua bertanya-tanya dan penasaran siapa anak laki-laki itu yang berani mendekat ke arab Jendral Tiran itu.
"Van siapa anak remaja itu , kenapa bisa bersama jendral?" tanya Beni sembari mengernyitkan dahinya. Menatap ke arah Arka dengan lekat Beni sampai mematung di tempat saat dia menyadari sesuatu, seolah wajah Arka itu begitu sangat Familiar di ingatanku tapi dia lupa dimana Beni pernah melihatnya.
"Jendral, " sapa Vano dan Beni kepada Jendral Rakha saat dia sudah sampai di depan gerbang.
"Vano, Beni, perkenalkan dia Arka, anak yang akan masuk dan sekolah di jurusan militer," kata Jendral Rakha kepada dua bawahannya.
Awalnya Beni biasa saja. Namun, saat dia menoleh menatap ke arah Arka matanya langsung membesar terkejut saat melihatnya.
"Ayu," ucap Beni tanpa sadar.
"Hah, Ayu? jangan ngarang kamu Ben, dia itu Arka bukan Ayu, apakah kamu tidak melihatnya dengan jelas dia itu laki-laki bukan perempuan," timpal Vano menyikut perut Beni pelan.
Jendral Rakha yang mendengar kedua bawahannya menyebut nama istrinya langsung saja memasang wajah dingin dan datar. Suasana di sana yang tadinya terasa hangat perlahan berubah menjadi dingin dan mencekam aura yang di keluarkan Jendral Rakha itu begitu sangat kuat membuat Beni dan Vano merasa sangat tertekan. Sedangkan Arka dia mematung di tempat saat mendengar salah satu teman Jendral Rakha menyebut nama ibunya tadi.
"Apakah Ayu yang mereka panggil itu adalah Ibu." Pikir Arka.
Pikiran Arka berkecabuk apakah yang di katakan ibunya dulu itu benar bahwa ayahnya adalah seorang Perwira yang sangat di hormati. Tapi, bukannya kata ibunya waktu itu ayahnya menghilang dan sampai sekarang tidak pernah kembali ke markas.
"Arka," panggil Jendral Rakha dengan pelan.
"Iya Jendral," jawab Arka menoleh menatap Jendral Rakha.
"Cepat masuk dan jangan lupa lapor sama komandan," kata Jendral Rakha dengan tegas.
"Siap komandan laksanakan," jawab Arka dengan tubuh tegap menatap ke arah Jendral Rakha sembari mengangkat tangannya, seperti seseorang yang sedang melakukan hormat kepada bendera merah putih.
Setelah mengatakan itu Arka langsung saja pergi meninggalkan jendral Rakha dan kedua bawahannya. Melihat Arka sudah menjauh Jendral Rakha menatap tajam ke arah Vano dan Beni.
" Ingat jangan sesekali kalian menyebut nama istriku di depan banyak orang terutama Arka," kata Jendral Rakha dengan tegas kearah Beni dan Vano.
"Maaf Jendral kami tadi kelepasan," jawab Vano dengan serius sembari menundukan pandangannya begitu juga dengan Beni.
Jendral Rakha menghembuskan nafas dalam mengatur nafasnya supaya dia bisa bersikap tenang dan tidak terpancing emosi.
"Sudahlah saya pergi dulu," kata Jendral Rakha sembari melangkahkan kakinya pergi meninggalkan pos keamanan itu.
Beni menatap Jendral Rakha yang semakin menjauh pikirannya melayang mengingat saat dulu dia bersama dengan Putri Ayu.
" Ayu kamu mau kemana?" tanya Beni saat melihat Putri Ayu masuk ka dalam markas militer.
Ayu menghentikan langkahnya menatap ke arah Beni dengan raut wajah yang terlihat tidak baik-baik saja." Aku ingin mencari suamiku, kemana dia sudah lama dia tidak pulang, apakah dia sedang menjalankan tugas, atau dia justru tidak ingin menemuiku lagi?"
Beni tersenyum dengan penuh arti menatap ke arah Putri Ayu." Ayu apakah kamu tidak tahu kalau Jendral itu sangat marah kepadamu,"
Putri Ayu menatap lekat Beni dengan tatapan bertanya-tanya." Marah? emangnya dia kenapa marah kepadaku?" tanya Putri Ayu
"Tentu saja karena bayi yang kamu lahirkan itu, apakah kamu lupa karena kelahiran bayi itu Jendral Rakha jadi kehilangan bayi nya dari Dokter Novi,"
Putri Ayu menatap Beni dengan tatapan kosong dan tidak percaya. Dia tidak percaya kalau ternyata Jendral Rakha itu sangat membencinya. Hatinya hancur saat mendengar perkataan Beni, matanya sudah berkaca-kaca.
"Oh baiklah kalau begitu," jawab Putri Ayu sembari tersenyum getir pergi meninggalkan Beni.
Melihat kepergian Ayu Beni menyeringai tersenyum licik.
" Maafkan aku Ayu, jika Aku tidak bisa memilikimu, maka Tidak ada siapapun yang bisa memilikimu termasuk jendral Rakha."