Deskripsi Novel: Batu Rang Bunian
"Batu Rang Bunian" adalah sebuah petualangan seru yang membongkar batas antara dunia kita yang penuh cicilan dan deadline dengan alam Bunian yang misterius, katanya penuh keindahan, tapi faktanya penuh drama.
Sinopsis Singkat:
Ketika seorang pemuda bernama Sutan secara tidak sengaja menemukan sebongkah batu aneh di dekat pohon beringin keramat—yang seharusnya ia hindari, tapi namanya juga anak muda, rasa penasaran lebih tinggi dari harga diri—ia pun terperosok ke dunia Bunian. Bukan, ini bukan Bunian yang cuma bisa menyanyi merdu dan menari indah. Ini adalah Bunian modern yang juga punya masalah birokrasi, tetangga cerewet, dan tuntutan untuk menjaga agar permata mereka tidak dicuri.
Sutan, yang di dunia asalnya hanya jago scroll media sosial, kini harus beradaptasi. Ia harus belajar etika Bunian (ternyata dilarang keras mengomentari jubah mereka yang berkilauan) sambil berusaha mencari jalan pulang. Belum lagi ia terlibat misi mustahil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
BAB 31: Utang Keberuntungan dan Dimensi Slot-777
Anomali Kebetulan Murni
Setelah sukses melunasi Utang Estetika dengan Chaos yang jujur, Sutan kini siap menghadapi tantangan berikutnya yang diidentifikasi oleh Nol: Dimensi 7.7.7 atau Dimensi Keberuntungan.
"Nol, jelaskan Utang Keberuntungan," pinta Sutan saat ia dan Perwujudan Netralitas melintasi Jalur Keseimbangan.
"Analisis: Dimensi 7.7.7 adalah dimensi yang secara fundamental diatur oleh Peluang Murni," lapor Nol. "Tidak ada Niat Murni atau Chaos terstruktur di sana. Segala sesuatu adalah acak. Namun, anomali terjadi. Keberuntungan tiba-tiba menghilang secara total, menyebabkan kekacauan eksistensial."
"Keberuntungan adalah Chaos yang tidak memiliki niat. Itu adalah Chaos yang paling jujur," gumam Sutan. "Jika Keberuntungan hilang, Dimensi itu akan stagnan dalam Kemungkinan Nol."
Mereka tiba di Dimensi 7.7.7. Itu adalah pemandangan yang kacau dan aneh. Seluruh dimensi itu terlihat seperti kasino kosmik raksasa yang tidak memiliki gravitasi. Benda-benda melayang acak, dan segala sesuatu bergerak berdasarkan peluang 50:50.
Namun, kini semuanya berhenti. Semuanya melayang diam.
Sutan melihat penduduk dimensi itu: Entitas Peluang—makhluk yang terbuat dari energi fluktuasi statistik. Mereka kini membeku, tidak bisa bergerak karena tidak ada lagi peluang yang menggerakkan mereka.
"Mereka tidak bisa melangkah. Mereka tidak bisa memilih arah karena tidak ada peluang untuk berhasil atau gagal," kata Sutan.
Di tengah Dimensi yang lumpuh itu, berdiri sesosok entitas baru—tinggi, mengenakan topeng porselen putih yang dingin, dan membawa sebuah kotak dadu kosong. Entitas ini adalah The Croupier—agen baru Prime Chaos yang mewakili Chaos Statistik.
The Croupier dan Utang Peluang
"Selamat datang, Duta Keseimbangan. Atau haruskah kukatakan, Duta Determinisme?" sapa The Croupier, suaranya halus dan datar. "Aku datang untuk menagih Utang Peluang. Semua dimensi berutang pada Kebetulan. Dan aku telah mengunci utang itu."
"Mengunci utang?" tanya Sutan.
"Ya. Aku telah mengkomputasi semua Kebetulan yang mungkin di dimensi ini, dan menjebaknya dalam Kotak Dadu ini," jelas The Croupier, mengangkat kotak dadu kosongnya. "Karena semua peluang kini terkomputasi, tidak ada lagi Kebetulan yang Murni. Oleh karena itu, tidak ada pergerakan. Keseimbangan ini stagnan dalam Kepastian Statistik."
Sutan menyadari. Prime Chaos tidak mencoba menghancurkan Keseimbangan, tetapi membekukannya dalam bentuk yang tidak bisa bertumbuh.
"Kau melanggar hukum Chaos, Croupier!" teriak Sutan. "Chaos harus acak, tak terhitung!"
"Tidak. Chaos adalah Kalkulasi, Duta," balas The Croupier, menunjuk ke Entitas Peluang yang membeku. "Mereka berutang padaku Utang Peluang. Mereka berutang pada Kepastian."
Sutan tahu ia tidak bisa melawan statistik dengan Niat Murni. Niat Murni adalah kehendak, dan kehendak adalah kebalikan dari kebetulan. Ia harus menggunakan Utang yang paling esensial dalam hidupnya: Ketidakpastian Kemanusiaan.
"Nol! Aku butuh bantuanmu. Aku butuh data paling acak yang pernah kau kumpulkan di Multiverse!" pinta Sutan.
Nol merespons. "Data paling acak yang pernah dikumpulkan: Keputusan Manusia yang Dibuat Berdasarkan Perasaan Lapar, Keinginan Mendadak untuk Minum Kopi, dan Rasa Bersalah Atas Utang Kecil."
Melunasi Utang Keberuntungan dengan Kebetulan Manusia
Sutan mengambil Batu Putihnya. Ia memproyeksikan Utang Kopi dan Ketidakpastian Manusia ke seluruh Dimensi 7.7.7.
"Kau mengunci peluang? Aku akan menciptakan Peluang yang Tidak Terhitung!" seru Sutan.
Sutan memproyeksikan Niat Murni yang digabungkan dengan Utang Manusia:
Niat Kopi: Peluang untuk Mendapatkan Kopi Terbaik di Tempat yang Salah.
Niat Utang: Peluang untuk Melunasi Utang Kapan Saja, Tanpa Alasan Logis.
Niat Keberuntungan: Peluang untuk Gagal, tapi Belajar Darinya.
Sutan menciptakan Chaos yang Tidak Boleh Dihitung—perasaan dan keputusan manusia yang irasional.
Gelombang Utang Manusia Sutan menghantam Dimensi 7.7.7.
The Croupier menjerit. "Tidak! Data itu tidak masuk akal! Utang Kopi tidak dapat dikalkulasi! Itu adalah Kebetulan Spiritual!"
Sutan melangkah maju, tangannya memancarkan energi ke arah Kotak Dadu Croupier.
"Utang Peluang sudah lunas, Croupier!" teriak Sutan. "Kebetulan bukan tentang statistik! Kebetulan adalah kebebasan untuk berutang dan melunasi kapan saja! Itu adalah kehendak bebas manusia!"
Kotak Dadu Croupier meledak. Ribuan peluang yang dikalkulasi The Croupier menyebar, tetapi kini bercampur dengan Niat Irasional Sutan.
Entitas Peluang di Dimensi 7.7.7 mulai bergerak lagi. Mereka tidak bergerak secara logis, tetapi berdasarkan Peluang yang dibumbui Irasionalitas. Seseorang tiba-tiba melompat, satu entitas tiba-tiba memilih untuk melunasi utang lama tanpa alasan. Keberuntungan telah kembali, tapi kini lebih kaya akan makna.
The Croupier, yang dikalahkan oleh irasionalitas manusia, ambruk.
Sutan menggunakan Batu Putih untuk menarik Niat Statistika Croupier.
"Kau telah gagal, Croupier. Kau melunasi Utang Peluangmu dengan menjadi Duta Chaos Acak," kata Sutan. "Mulai sekarang, kau terikat untuk memastikan setiap dimensi memiliki Nol Logika dalam Kebetulan mereka. Kau akan menjadi penjaga Irasionalitas yang Menyeimbangkan."
Sutan menoleh ke Nol. "Utang Keberuntungan lunas, Nol. Utang baru menunggu."
Nol, sang Perwujudan Netralitas, memancarkan aura error yang sangat familiar.
"Duta Sutan, Anda telah berhasil melunasi Utang Keberuntungan. Namun, karena pengerahan Niat Irasional, Anda kini memiliki Utang Emosional kepada diri Anda sendiri. Anda telah menekan terlalu banyak emosi manusia dalam diri Anda."
Sutan tersentak. Ia abadi, tapi Utang Kemanusiaan tetap ada.