NovelToon NovelToon
EMPRESS ELARA (Transmigrasi Kedalam Tubuh Permaisuri Lemah)

EMPRESS ELARA (Transmigrasi Kedalam Tubuh Permaisuri Lemah)

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno / Masuk ke dalam novel / Mengubah Takdir
Popularitas:19.4k
Nilai: 5
Nama Author: Senja Bulan

Seorang wanita modern Aira Jung, petinju profesional sekaligus pembunuh bayaran terbangun sebagai Permaisuri Lian, tokoh tragis dalam novel yang semalam ia baca hingga tamat. Dalam cerita aslinya, permaisuri itu hidup menderita dan mati tanpa pernah dianggap oleh kaisar. Tapi kini Aira bukan Lian yang lembek. Ia bersumpah akan membuat kaisar itu bertekuk lutut, bahkan jika harus menyalakan api di seluruh istana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja Bulan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33. Pemberontakan

Malam turun dengan cepat di ibu kota.

Langit tampak berat, seolah menahan hujan yang enggan jatuh.

Dari menara tertinggi istana, cahaya merah lentera berkibar tanda pertemuan rahasia para pengawal elit telah dimulai.

Elara berdiri di ruang pertemuan pribadi di sayap barat istana.

Gaunnya hitam pekat dengan bordiran perak di lengan, bukan pakaian upacara yang biasa ia kenakan.

Wajahnya dingin dan berwibawa. Di belakangnya berdiri Kaen, diam tapi waspada.

“Kita hanya punya tiga hari,” katanya datar.

“Renard sudah menguasai separuh dewan, dan dua garnisun di selatan sudah berpihak padanya.”

Kaen membuka gulungan kertas di hadapannya.

“Tapi masih ada satu hal yang bisa kita manfaatkan,pasukan penjaga barat yang setia pada Kaisar. Mereka tidak akan menyerah tanpa perintah langsung darinya.”

Elara berjalan mengitari meja bundar, jarinya menyusuri peta kerajaan yang terbentang di atas meja.

“Kalau begitu, aku butuh mereka untuk mendengar perintah dariku. Bukan dari Kaelith.”

Kaen menatapnya ragu.

“Itu berarti… kau akan mengambil alih komando pasukan kerajaan?”

“Untuk sementara,” jawab Elara tegas. “Kaelith tak perlu tahu. Jika dia tahu, dia akan mencoba melindungiku, dan itu akan memperlambat semuanya.”

Ia berhenti di depan jendela besar.

Di luar, cahaya bulan menerpa rambutnya, membuatnya tampak seperti perak yang tajam.

"Aku sudah cukup lama menjadi boneka istana, Kaen. Kali ini, aku yang akan menentukan siapa yang hidup dan siapa yang jatuh.”

Kaen menunduk hormat.

“Aku mengikutimu sampai akhir, My Lady.”

Elara menatapnya sejenak, lalu tersenyum tipis senyum yang tak lagi lembut, tapi penuh tekad yang menusuk.

Sementara itu, Kaisar Kaelith berdiri di ruang takhta yang kosong.

Ia baru saja menerima laporan dari pasukan pengintai sesuatu yang membuatnya terdiam lama.

“Benteng selatan terbakar?”

“Ya, Yang Mulia,” jawab jenderal di hadapannya. “Pasukan pengkhianat menyerang saat malam tanpa bulan. Mereka membawa panji dengan lambang phoenix hitam.”

Kaelith memejamkan mata.

Lambang itu bukan asing phoenix hitam adalah lambang kuno keluarga Elrion.

Keluarga Elara.

“Phoenix hitam…” gumamnya pelan.

“Jadi permainan ini benar-benar dimulai.”

Ia menatap jenderalnya.

“Kirim perintah ke semua penjaga. Siapkan pasukan. Tidak ada yang keluar dari istana tanpa izinku.”

“Dan Permaisuri, Yang Mulia?”

Kaelith diam sejenak, lalu berkata pelan,

“Dia akan melakukan sesuatu yang bodoh. Tapi aku tidak akan menghentikannya.”

“Mengapa?”

“Karena aku ingin melihat… seberapa jauh dia akan melangkah demi mempertahankan tahta ini.”

Tiga jam kemudian, di ruang bawah tanah yang sama, Elara berdiri di depan meja batu tua.

Di atasnya, terbentang surat lama dari ayahnya kini berlumur darah.

Ia menatap tulisan itu lama, lalu berbisik lirih:

“Ayah… aku tidak akan menangis lagi. Tidak kali ini.”

Kaen mendekat membawa mantel hitam.

“Mereka sudah siap, My Lady.”

Elara mengangguk dan mengambil mantel itu.

Saat mengenakannya, wajahnya berubah bukan lagi wanita istana lembut, tapi sosok yang tampak seperti jenderal perang.

Ia berjalan keluar lorong, melewati barisan pengawal rahasia yang sudah menunggu.

Semua menunduk hormat saat ia lewat.

“Dengarkan aku,” katanya tegas. “Tiga hari dari sekarang, Renard akan menggulingkan tahta. Tapi sebelum itu terjadi, kita akan lebih dulu menghancurkan jantung pemberontakannya.”

“Apa perintahmu, My Lady?” tanya salah satu prajurit.

Elara menatap mereka satu per satu, lalu berkata:

“Tangkap semua bangsawan yang pernah berurusan dengan perdagangan senjata. Jangan biarkan satu pun melarikan diri.”

Kaen menatapnya tajam.

“Termasuk anggota dewan?”

“Termasuk,” jawab Elara datar.

“Keadilan yang terlalu lambat hanyalah bentuk lain dari pengkhianatan.”

Semua terdiam.

Mereka tahu, malam itu Elara bukan hanya permaisuri dia adalah kekuatan baru yang muncul dari bayangan.

Sementara itu, jauh di ruang bawah tanah timur, Lord Renard menerima laporan dari mata-matanya.

“Permaisuri telah menggerakkan pasukan bayangan, Tuan.”

Renard tersenyum samar, meneguk anggur merah dari pialanya.

“Tepat seperti yang kuharapkan. Dia bergerak cepat… tapi tidak cukup cepat.”

“Apa langkah selanjutnya, Tuan?”

Renard berdiri, matanya memantulkan cahaya lilin yang redup.

“Sebarkan kabar bahwa Kaisar berniat menyingkirkan Permaisuri. Biarkan rakyat mulai bertanya-tanya siapa yang benar dan siapa yang berkhianat.”

Ia berjalan mendekati jendela kecil, menatap langit yang kelam.

“Kekuasaan tidak dimenangkan di medan perang,” katanya pelan.

“Kekuasaan dimenangkan di hati orang-orang yang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

Malam semakin larut.

Di menara istana, Elara berdiri di balkon tinggi, memandangi cahaya kota yang mulai padam satu per satu.

Tiba-tiba, langkah kaki terdengar di belakangnya Kaelith muncul tanpa pengawal.

“Jadi benar… kau sudah mulai bergerak tanpa izinku,” katanya tenang.

Elara tak menoleh.

“Kalau aku menunggumu, kerajaan ini sudah jatuh.”

“Kau tahu apa yang kau lakukan bisa memicu perang saudara, Elara?”

“Perang sudah dimulai sejak seseorang mengkhianati darahku,” jawabnya pelan tapi tajam.

“Aku hanya memastikan aku tidak jadi korban lagi.”

Kaelith mendekat, menatapnya lama.

“Kau berubah.”

“Tidak,” kata Elara lirih, menatap balik. “Aku hanya berhenti menjadi wanita yang kau pikir bisa kau lindungi.”

Keduanya terdiam lama.

Hanya angin malam yang berhembus di antara mereka, membawa aroma besi dan bunga magnolia yang layu.

“Kalau begitu,” kata Kaelith akhirnya, “mari kita lihat siapa di antara kita yang lebih dulu kehilangan segalanya.”

“Setuju,” jawab Elara, suaranya dingin seperti bilah pedang.

“Tapi aku tidak akan kalah.”

Dan malam itu, dua penguasa yang saling mencintai dan saling mencurigai memulai permainan berbahaya perang yang akan menentukan siapa yang akan bertahan di atas tahta,

dan siapa yang akan jatuh bersama darah mereka sendiri.

Pagi itu, ibu kota tidak lagi sunyi.

Suara orang-orang memenuhi jalan berbisik, berteriak, bahkan saling tuduh.

Di pasar utama, papan pengumuman kerajaan dipenuhi selebaran yang disebarkan diam-diam sepanjang malam.

Tulisan di atasnya membuat darah rakyat mendidih:

“Kaisar berniat menyingkirkan Permaisuri Elara.

Ia akan menuduhnya berkhianat dan menggantikan dengan selir baru dari selatan.”

Dan di bawahnya, tertera tanda phoenix hitam simbol yang dulu identik dengan keluarga Elrion.

Warga mulai bergumam.

Sebagian percaya, sebagian tidak. Tapi kebencian yang tertanam pada bangsawan sudah cukup untuk memicu api.

Di ruang utama istana, Kaisar Kaelith membanting surat laporan ke meja.

“Siapa yang menyebarkan ini?!”

Jenderal Hallor menunduk dalam.

“Kami menduga Lord Renard, Yang Mulia. Tapi… rakyat sudah mempercayainya. Beberapa pasukan kota mulai menolak perintah dari istana.”

Kaelith menatap peta di dinding warna merah yang menandakan benteng loyal semakin menyusut.

“Dia memutarbalikkan segalanya… menggunakan nama Elara untuk menyalakan pemberontakan.”

Ia terdiam, lalu memerintah dingin:

“Kirim pasukan untuk menahan penyebar kabar. Dan siapa pun yang menyebut nama Permaisuri dengan tuduhan palsu hukum mati.”

“Yang Mulia, jika kita melakukan itu—”

“Lakukan!” bentaknya, suaranya menggema di seluruh ruangan.

Suasana membeku.

Semua orang tahu Kaisar mulai kehilangan kesabarannya.

Sementara itu, Elara berdiri di balkon menara barat, menatap ke arah pasar yang mulai ricuh.

Kaen berdiri di sampingnya, wajahnya serius.

“Rumor itu menyebar terlalu cepat. Bahkan penjaga istana mendengarnya,” kata Kaen.

Elara menatap jauh, matanya tajam.

“Renard tidak ingin perang dia ingin kita saling menghancurkan.”

“Tapi rakyat percaya rumor itu. Mereka mulai menyalahkanmu.”

Elara terdiam sejenak.

Kemudian ia tersenyum kecil, senyum yang tak menunjukkan ketakutan sama sekali.

“Kalau begitu, biar aku yang menulis kisahnya sendiri.”

Kaen memandangnya heran.

“Apa maksudmu?”

“Siapkan pengawal dan kurir. Kita akan keluar dari istana.”

“Keluar? Sekarang?! Itu gila, My Lady. Kota sedang kacau.”

“Justru karena kacau, mereka akan mendengarkan.”

Elara menatapnya dalam-dalam.

“Aku tidak akan bersembunyi di balik dinding istana sementara namaku dibakar di jalanan.”

Siang hari, istana menjadi tegang ketika kabar menyebar bahwa Permaisuri Elara turun ke pasar tanpa izin Kaisar.

Ia mengenakan jubah sederhana berwarna gelap, tanpa perhiasan, hanya diikuti Kaen dan dua pengawal rahasia.

Langkahnya mantap di antara tatapan tajam rakyat.

Orang-orang mulai berbisik.

“Itu… Permaisuri…”

“Katanya dia ingin menggulingkan Kaisar…”

“Tidak mungkin, dia wanita bijak…”

Elara berhenti di tengah alun-alun utama.

Di hadapannya, api kecil dari pembakaran selebaran masih menyala.

Ia melangkah maju, mengambil salah satu lembaran gosong itu, lalu menatap kerumunan.

“Jadi ini yang kalian percayai?” katanya, suaranya jernih meski tanpa teriakan.

“Bahwa aku ingin menumbangkan suamiku sendiri?”

Kerumunan terdiam.

Matanya menatap setiap wajah, lalu ia melanjutkan:

“Aku bukan malaikat, dan aku bukan penjahat. Tapi satu hal yang kalian harus tahu…”

“Aku tidak akan pernah menantang tahta yang aku sendiri berjuang untuk lindungi.”

Seseorang dari kerumunan berteriak,

“Tapi kenapa ada darah di istana?! Kenapa para pejabat hilang?!”

Elara menatapnya dengan dingin.

“Karena pengkhianatan tidak layak dibiarkan hidup. Karena kerajaan ini butuh keadilan, bukan kepura-puraan.”

Suara gemuruh terdengar sebagian mendukung, sebagian mencaci.

Namun sebelum situasi meledak, suara kuda dan derap prajurit datang dari arah utara.

Kaisar Kaelith tiba bersama pasukan elitnya.

Ia turun dari kudanya, wajahnya marah dan dingin.

“Apa yang kau lakukan, Elara?!”

Elara menatapnya tanpa gentar.

“Menyelamatkan nama yang seharusnya kau lindungi.”

“Dengan menantang otoritasku di depan rakyat?”

“Dengan menunjukkan bahwa aku tidak takut menghadapi kebenaran,” jawabnya cepat.

Hening berat menyelimuti alun-alun.

Rakyat menahan napas dua penguasa itu berdiri berhadapan, di depan semua orang.

Kaelith maju selangkah.

“Kau tak tahu apa yang sudah kau lakukan. Mereka akan menjadikanmu simbol perlawanan.”

“Maka biarkan mereka tahu siapa yang mereka lawan,” balas Elara tajam.

Keduanya saling menatap lama, sampai akhirnya Kaelith berkata pelan,

“Kalau begitu… biarlah sejarah yang memutuskan siapa pengkhianatnya.”

Ia memberi tanda pada pasukan.

Elara tahu, ia tidak ditangkap tapi juga tidak diperbolehkan bergerak bebas lagi.

Ketika pasukan mundur, kerumunan mulai bersorak.

Sebagian menyebut nama Kaisar, sebagian meneriakkan nama Permaisuri.

Dua suara, dua kekuatan, dua takhta dan satu api yang mulai membakar keduanya.

Malamnya, di ruang pribadi istana, Kaen menatap Elara yang masih duduk di depan jendela.

“Apa kau menyesal, My Lady?”

Elara menggeleng perlahan.

“Tidak. Aku hanya sadar… cinta yang hidup di antara dua tahta hanyalah ilusi.”

Kaen menunduk.

“Lalu apa langkah kita selanjutnya?”

Elara menatap cahaya bulan yang jatuh di lantai, suaranya pelan tapi dingin:

“Mulai besok, kita tidak hanya melindungi kerajaan. Kita akan menguasainya.”

Dan di tempat lain di rumah besar di luar kota Lord Renard tertawa kecil saat mendengar kabar dari mata-matanya.

“Kaisar dan Permaisuri mulai saling menuduh…”

“Sempurna. Api sudah menyala. Sekarang tinggal siapa yang terbakar lebih dulu.”

Ia memandang ke luar jendela, ke arah istana yang diterangi cahaya obor.

“Dan aku akan memastikan… tidak ada yang selamat.”

1
Evi Marena
rumit😴dan lambat....tapi aq tetap penasaran...💪 thorrr
Senja Bulan: terimakasih kk 🙏🤭🤭🤭😍
total 1 replies
saniamycloe
kerennn gt cerita nya❤️❤️❤️
Senja Bulan: arigato 😍😍
total 1 replies
Tya Yulianti
the best
Tya Yulianti
novel favorit, alur cerita yg aku suka bgt,, love author 😍
Senja Bulan: makasih kk😍🤭
total 1 replies
mummy_aling
puas hatii..silkan terus berkarya author 👍
Senja Bulan: makasih dukungannya 😍
total 1 replies
Karo Karo
jangan lama upnya
Senja Bulan: oke kk 😍🤭
makasih ya udh komen
total 1 replies
Karo Karo
🫰🏻🫰🏻🫰🏻🫰🏻🫰🏻🫰🏻
Karo Karo
nah kan
Karo Karo
maksud nya apa tuh
Senja Bulan: maksudnya Elara ini terlalu 'hidup' dan terlalu kuat untuk dunia yang penuh dengan sandiwara dan kebusukan. Bisa dibilang si kaelith mulai mengangumi si Elara karena dia tidak seperti dia yang lalu.
total 1 replies
Karo Karo
mampir
Dede Mila
agak gimana gitu 😐😐😐😐
Senja Bulan: maksudnya
total 1 replies
Dede Mila
jadi gak nyaman mau komen ini.🤔
Senja Bulan: knp kk🙏
total 1 replies
Dede Mila
apa itu yg komen kasar sekali 🫵🤣🤣
Qiqi Maryam
waw gila gila permaisuri hebattt sekaliii
Qiqi Maryam
Apa cerita ini bakal sad ending kah??!!!!
Qiqi Maryam: masih panjang kah baiklah
total 2 replies
Awkarin
ORANG HIDUP MINIMAL BISA BILANG MAKASIH TOLONG DAN MAAF!!! Loo gak punya semua nyaaa
Awkarin: Maaf ke siapa ? Kenapa gk bisa bilang maaf di grup ? Kmu kan bikin salah nya disana ?
total 4 replies
Awkarin
MINIMAL JANGAN KEK ANJING LUU ABIS COMOT KOTAK GAK BILANG MAKASIH MAIN PERGI AJA DR GC . ADAB LUUU DIMANEEE ?
Qiqi Maryam
up lg thor
Senja Bulan: setiap hari aku up kok😍
total 1 replies
Qiqi Maryam
Keren banget ceritanya , Tokoh utama tidak mudah ditindas
Senja Bulan: iya dong aku paling benci wanita lemah
total 1 replies
Qiqi Maryam
cerita nya keren thor aku suka
Senja Bulan: makasih 😍🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!