Senja merasa menderita dengan pernikahan yang terpaksa ia jalani bersama seorang CEO bernama Arsaka Bumantara. Pria yang menikahinya itu selalu membuatnya merasa terhina, hingga kehilangan kepercayaan diri. Namun sebuah kejadian membuat dunia berbalik seratus delapan puluh derajat. Bagaimana kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
Citra melangkah meninggalkan Zein, karena tak ingin pria itu mengorek kembali masa lalunya.
suara hak sepatunya beradu dengan lantai marmer, menggema di lorong kosong itu. Menandakan dia tak sedang baik baik saja.
Zein menatapnya, lalu berjalan menghampiri ruang rapat.
Kedua orang itu kembali menjadi pusat perhatian semua yang hadir di ruang itu.
Citra melangkah duduk di samping tim kreatif yang berhadapan langsung dengan Senja
Sementara Zein menarik kursi lalu mendaratkan bokong di samping Senja. “Kau baik baik saja, kan?” tanyanya pada Senja, karena ia tahu wanita itu pasti tidak nyaman dengan kejadian tadi.
Senja tersenyum lembut mencoba menetralkan perasaannya yang campur aduk.
“Tenang saja, aku ada di sini dan tak akan membiarkanmu sendiri,” bisik Zein. Setelah meyakinkan Senja, ia lalu memberi isyarat agar tim kreatif melanjutkan pembahasan.
Wanita bernama Dila menekan klik pada remot, dan layar menampilkan sketsa story board iklan terbaru. “Nah, di bagian ini,” ujarnya sambil menunjuk ke slide, “ada adegan utama yang menonjolkan chemistry antara model utama yakni saudari Senja, ia akan berada dalam satu frame dengan Saudari Citra, untuk memperkuat narasi elegan yang diciptakan dari kolaborasi.”
Citra sempat menoleh, memastikan bahwa ia tak salah dengar. “Satu frame?” tanyanya pelan.
Dila mengangguk mantap. “Iya, kamu dan Senja, akan tampil bersama dalam adegan finalnya yang akan lakukan di panggung runway, dengan arahan dari tim produksi, biar pesan visualnya lebih kuat.”
Udara di ruangan seketika menegang lagi.
Citra memiringkan kepala sedikit, bibirnya melengkung tipis. “Jadi porsi ku hanya sebagai figuran, disana” ucapnya pelan dengan nada sindiran,tapi matanya tak lepas dari wajah Senja.
“Bukannya memang selalu seperti itu, ya Citra! Setiap tahun kita bikin iklan baru dan ganti BA,” sahut salah satu tim marketing dengan nada kesal. “Dan sama seperti kamu, model kita kali ini, juga dipilih langsung oleh pak Zein,” imbuhnya.
Seketika wajah Citra memerah karena merasa semua orang kini berada di pihak rivalnya itu. Ia duduk kembali dan mendengarkan.
Rapat akhirnya usai. Satu per satu peserta beranjak pergi, menyisakan tumpukan berkas, cangkir kopi yang setengah habis, dan aroma pendingin ruangan yang samar.
Senja membereskan catatannya pelan-pelan, berusaha tidak terlihat terburu-buru. Citra keluar lebih dulu tanpa menoleh. Namun langkahnya menyiratkan ke kekesalannya.
Zein memperhatikan sikap gadis itu , lalu menoleh ke arah wanita di sebelahnya.
“Senja,” panggilnya lembut.
Wanita itu pun menoleh. “Iya, Mas?”
“Aku tahu, setelah kamu terjun di dunia entertainment ini, kamu akan mengalami hal yang tak mudah. ” Zein berjalan semakin mendekat. “Tapi aku mau kamu tetap fokus. Jangan pikirin siapa pun, apalagi komentar orang lain.”
Senja tersenyum tipis, menatap ujung jarinya yang masih memegang pulpen. “Mas Zein nggak usah khawatir,” ujarnya pelan tapi dengan keyakinan.. “Aku nggak akan terpengaruh. Aku sudah biasa kok, Mas, dihina, direndahkan. Dari dulu orang selalu menilai aku cuma dari luarnya saja.” Ia mengangkat wajah, menatap Zein dengan mata yang kini tak lagi lembut, tapi penuh tekad. “Tapi sekarang… aku rasa keberuntungan mulai berpihak ke aku.”
Zein terdiam sejenak, memperhatikan sorot mata yang dulu selalu tampak penuh keraguan, kini berubah jadi lebih tegas, lebih yakin.
Senja melanjutkan, suaranya sedikit bergetar namun penuh keyakinan. “Aku nggak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, Mas. Karena aku tahu, kesempatan emas tidak akan datang dua kali.”
Zein tersenyum kecil. “Bagus, jangan pernah biarkan kerikil kecil menghambat jalan panjang yang sudah kau tempuh sejak lama.”
Senja mengangguk, bibirnya menampilkan senyum tipis namun tulus. Di matanya, ada sinar baru campuran antara luka lama dan semangat yang mulai tumbuh.
“Baiklah, kalau begitu aku antar pulang, ya?” ucap Zein tanpa basa-basi, suaranya tenang tapi tegas seperti biasanya.
Senja langsung gelagapan. “Loh… ngapain Mas repot-repot? Aku bisa sendiri kok, nanti malah ganggu waktu Mas. aku tahu Mas Zein pasti sibuk banget.”
Zein hanya menatapnya sambil menyilangkan tangan di dada. “Kamu pikir aku lelaki yang tidak bertanggung jawab? Setelah menjemput tak mengantar pulang.”
“Tapi—”
“Udah,” potong Zein cepat, langkahnya sudah menuju pintu. “Jangan bikin aku menunggu terlalu lama, ya.”
Senja terdiam sejenak, menghela napas pelan sambil tersenyum tak berdaya. “Mas ini ya… susah banget dibantah.”
Zein menoleh sambil tertawa kecil. “Sudah banyak yang bilang begitu.”
“Emang karakter bosnya kuat banget,” balas Senja sambil tersenyum.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju basement. Sesampainya di mobil Zein membuka pintu untuk Senja.
“Mas, aku minta tolong anterin ke butik saja, ya! Aku mau bantuin Rara.”
“Siap, jangankan ke butik itu, ke ujung dunia pun, aku siap kok ngantar kamu,” ucap Zein sambil menyediakan sebelah matanya.
Senja menunduk menyembunyikan wajahnya yang merah bersemu. Lalu dia masuk kedalam mobil.
***
Ketukan pintu yang cepat dan keras membuat Saka menoleh dari balik layar laptopnya.
“Masuk,” suaranya datar, tapi belum sempat kalimat itu tuntas, pintu sudah terbuka. Citra muncul dengan wajah tegang, makeup-nya sedikit berantakan, langkahnya cepat dan penuh emosi.
“Citra?” Saka bangkit dari kursinya, dahi berkerut. “Ada apa? Kok tiba-tiba_”
“ Saka!!” potong Citra tajam, suaranya bergetar tapi penuh amarah yang ditahan. “Kamu tahu nggak? istri kamu itu, dia udah ngerebut posisiku sebagai Brand Ambassador!” ujarnya dengan napas yang terkenal sengal.
Suasana ruangan seketika beku. Saka menatap Citra, seolah berusaha memastikan dia tidak salah dengar. “Apa maksudmu?” tanyanya perlahan, nada suaranya mulai berubah serius.
Citra melemparkan folder ke meja, membuat beberapa kertas berserakan. “Tuh! Semua rencana kampanye baru, namanya diganti! Tadinya aku yang di posisi utama, tapi tiba-tiba… diganti jadi dia. Senja si perempuan licik itu!”
Saka memejamkan mata sejenak, mencoba mencerna. “Jadi, kamu mau bilang Senja sekarang jadi wajah utama produk perusahaan Zein ?”
Citra mendengus, matanya berkilat penuh amarah. “Iya! Dan parahnya lagi, dia akan satu frame denganku, di iklan itu. Dan yang bikin aku gak bisa terima, di sana aku hanya sebagai figuran!"
Kata-kata itu menghantam telinga Saka seperti dentuman keras. Ia terdiam, tangan mengepal di sisi meja. “Senja... jadi Brand Ambassador?” gumamnya, seolah berbicara pada diri sendiri.
“Kamu nggak nyangka, kan?” Citra menatapnya penuh sindiran. “Selama ini aku sudah curiga, dia itu wanita licik, setelah gagal mendapatkan kamu, dia justru menggoda Zein, dan dengan mudahnya Zein terpedaya dengan perempuan kampungan itu!” Cerca Citra dengan nada penuh emosi.
Telinga Saka berdesing, hatinya menolak penghinaan terhadap Senja. “Cukup Citra!” bentaknya.
Citra membulatkan bola matanya. Terkejut dengan reaksi sang kekasih.
Lalu Saka melanjutkan dengan rahang yang mengeras dan wajah yang menyerah karena emosi. “Jangan pernah kau menghina Senja di depan ku, karena bagaimanapun juga dia adalah istriku.”
Sekali lagi Citra dibuat terkejut dengan ucapan itu. “Kau… kau juga membela dia,” ucapnya tergagap seakan tak percaya.
ku rasa jauh di banding kan senja
paling jg bobrok Kaya sampah
lah ini suami gemblung dulu nyuruh dekat sekarang malah kepanasan pakai ngecam pula
pls Thor bikin dia yg mati kutu Ding jangan senja
tapi jarang sih yg kaya gitu banyaknya gampang luluh cuma bilang i love you