NovelToon NovelToon
Candu Istri Yang Ku Sia-siakan

Candu Istri Yang Ku Sia-siakan

Status: sedang berlangsung
Genre:KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / One Night Stand / Penyesalan Suami / Cinta Seiring Waktu / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Meylani Putri Putti

Senja merasa menderita dengan pernikahan yang terpaksa ia jalani bersama seorang CEO bernama Arsaka Bumantara. Pria yang menikahinya itu selalu membuatnya merasa terhina, hingga kehilangan kepercayaan diri. Namun sebuah kejadian membuat dunia berbalik seratus delapan puluh derajat. Bagaimana kisahnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 29

 “Jadi… semua ini Oma yang rencanakan?” tanya Saka, suaranya pelan tapi wajahnya menegang menahan kemarahan.

“Iya,” Jawab wanita itu. “Termasuk merancang skenario agar Senja bisa di terima di perusahaan itu.”

Saka menarik napas panjang, nyaris tak percaya dengan pernyataan itu. “Tapi kenapa, Ma?” tanyanya dengan emosi tertahan.

Bu Wardah menatap anaknya lama sebelum menjawab. Napasnya terdengar berat, seperti menimbang kata-kata yang tepat. “Karena Oma ingin kamu berhenti berhubungan dengan Citra,” ucapnya tenang tapi tegas. “Dia nggak pernah setuju kamu bersama perempuan itu. Oma ingin kamu menikah dengan Senja — anak dari wanita yang dulu merawat kakekmu sampai akhir hayatnya.”

Saka tertegun, tak percaya mendengar ucapan tersebut hingga bola matanya melebar.. “ Jadi Senja… anak dari perawat itu?”

 Bu Wardah mengangguk perlahan. “Ya. Oma berhutang budi besar pada ibunya Senja, beliau mendonorkan ginj*lnya untuk Oma. Oma berjanji kepada Halimah jika kelak putrinya akan dijodohkan dengan cucunya sendiri, yaitu kamu.”

Saka terbelalak untuk kesekian kalinya. Bibirnya terbuka tapi tak ada kata yang keluar.

“Karena itulah, kamu tidak punya cara lain selain menikahi Senja dan belajar mencintainya.”

Saka memejamkan matanya sambil menghela napas panjang. Tubuhnya lemas lalu terduduk di kursi.

Bu Wardah ikut mendaratkan bokongnya di samping sang putra, bermaksud untuk menasehatinya. “Sudahlah Saka, belajarlah mencintai Senja, toh istrimu juga cantik, tak kalah dengan si Citra it...”

“Aku gak suka mama menyamakan Senja dan Citra!” potong Saka sambil memicingkan matanya menatap sang ibunda dengan lebih tajam.

“Tapi memang kenyataannya begitu, lihat saja foto foto Senja yang di statusnya, dua hari yang lalu, memangnya apa sih kurang dari istrimu itu? !”

Saka mendesah sambil menggelengkan kepalanya, lalu beranjak. “Entah,kenapa aku makin ilfil sama dia, setelah tahu dia itu anaknya perawat Opa yang dulu.,” ujarnya sambil berdiri dari sofa empuk itu.

“Kamu mau kemana, Saka?” tanya bu Wardah sambil memandangi punggung putranya yang menjauh.

“Mau pulang, percuma aku ada disini!” Bruk. .pintu tertutup rapat kembali. Meninggalkan bu Wardah sendiri yang tak bisa mencegahnya untuk pergi.

Begitu keluar dari ruang kerja ibunya, langkah Saka masih berat oleh amarah dan kebingungan. Ia berjalan cepat menyusuri koridor rumah besar itu, nyaris tak memperhatikan sekeliling.

Namun di tikungan, bahunya tiba-tiba menabrak sesuatu atau lebih tepatnya, seseorang. Seorang wanita tua di kursi roda terhuyung sedikit, dibantu perawat yang mendorongnya.

“Saka!” suara nyaring dan berwibawa itu membuat langkahnya terhenti. Nyonya Widya, neneknya, menatap tajam dari balik kacamata tipis. “Mau ke mana kamu, hah?”

Saka menarik napas panjang, menegakkan tubuh. “Aku mau pulang, Oma,” jawabnya pendek, tanpa menatap lama.

“Pulang?” Nyonya Widya mengerutkan dahi. “Kamu datang telat, nggak bawa istri, sekarang malah mau pulang? Apa kamu pikir keluarga ini cuma tempat singgah?”

Nada suaranya meninggi, tapi Saka tak menunjukkan reaksi apa pun. Ia hanya menatap lurus ke depan. “Aku capek, Oma. Besok saja aku ke sini lagi," Ujarnya dengan ketus.

Nyonya Widya menatapnya tajam, wajahnya memerah oleh kesal. “Kamu itu makin lama makin nggak tahu diri, Saka! Semua yang kamu punya sekarang berkat keluarga ini! Jangan sombong dulu sebelum kamu bisa berdiri sendiri!”

Namun Saka tetap diam. Ia menunduk sebentar, lalu melangkah melewati perawat yang menahan kursi roda. Tatapannya kosong, langkahnya cepat meninggalkan suara teguran sang Oma yang masih terdengar menggema di belakangnya.

Entah dari mana dia punya keberanian itu, padahal seluruh anggota keluarganya begitu hormat pada wanita tua itu.

Saka sempoyongan berjalan cepat menuju kendaraan yang ia parkirkan di antara mobil mewah lainnya.

***

Di dalam mobil, malam tampak pekat di luar jendela. Lampu-lampu jalan berkelebat cepat, namun pikiran Saka terasa jauh lebih bising daripada suara mesin mobil yang berderu pelan.

Tangannya menggenggam setir erat, pandangannya kosong menatap ke depan. Semua ucapan ibunya dan Nyonya Widya terus terngiang di kepalanya, bercampur dengan bayangan wajah Senja yang kini entah di mana.

Ia mengembuskan napas berat. “Apa aku harus… belajar mencintainya?” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar di dalam kabin yang sepi. “Atau tetap jalanin rencana ini sampai selesai…”

Hatinya berdebat. Di satu sisi, ada ambisi yang sudah lama ia bangun berupa warisan, perusahaan, dan pengaruh yang dijanjikan. Di sisi lain, ada sesuatu yang samar, rasa bersalah yang mulai tumbuh sejak malam itu, sejak melihat ketakutan di mata Senja.

Saka mengusap wajahnya dengan kasar. “Kenapa semuanya jadi serumit ini…”

Mobil melaju terus menembus jalanan kota yang mulai lengang. Di balik kaca, bayangan Saka sendiri tampak buram, seperti sosok yang tak lagi yakin, apakah ia sedang mengejar kesuksesan… atau perlahan kehilangan dirinya sendiri.

***

Di kamar yang remang dan tenang, Senja duduk bersandar di tepi ranjang. Hanya cahaya lampu meja yang temaram menyorot wajahnya yang basah oleh air mata. Tangisnya lirih, tertahan di dada, seolah takut mengganggu keheningan malam.

Rara yang terbangun karena suara isakan pelan itu membuka mata, lalu menoleh. “Senja… kamu kenapa?” tanyanya lembut, masih setengah sadar.

Senja cepat-cepat menyeka air matanya, tapi suaranya tetap bergetar saat menjawab, “Nggak apa-apa, Ra… aku cuma… kepikiran aja.”

Rara bangun, duduk di sisinya. “Kepikiran apa? Cerita aja sama aku.”

Senja menarik napas dalam, matanya menerawang jauh. “Aku cuma… ngerasa nasibku tuh nggak pernah benar-benar berubah,” katanya pelan. “Dulu waktu kecil, aku sama Mama ditinggal Papa nikah lagi. Mama kerja keras sendirian buat biayain aku. Sekarang, aku malah nikah sama orang yang… bahkan nggak pernah mencintaiku.”

Rara terdiam, menatap sahabatnya dengan hati yang ikut perih.

“Kadang aku nanya sama diri sendiri,” lanjut Senja, suaranya makin lirih, “apa aku hidup sendiri saja, Ra? jujur aku trauma. Gak ayah ku, gak suamiku, mengapa mereka selalu bersikap kasar kepada ku, kenapa tidak pernah perduli perasaan ku? apa memang laki-laki seperti itu semua?" tangisnya sambil menatap Rara dengan bola mata yang berkaca kaca.

Rara dengan cepat menyambar tangan Senja. "Senja, kamu gak boleh seperti ini, itu namanya kamu putus asa," bujuknya dengan suara yang lembut. "Gak semua lelaki itu seperti itu," imbuh Rara.

"Tapi.. aku melihat semuanya sama, ayah selalu kasar pada ibu, dia bahkan tega meninggalkan kami, dan suamiku juga.. hiks... "

Rara langsung memeluknya karena tak ingin sahabatnya itu semakin terpuruk. "Sudah Senja, kamu itu wanita yang kuat, karena itulah kamu dapat cobaan seperti ini," ucapnya sambil mengusap pundak Senja.

Rara melepaskan pelukannya kemudian menatap Senja dengan tajam, seolah ingin menembus relung hati sahabatnya itu hingga bagian terdalam."Harusnya kamu jadi wanita yang kuat setelah ini," ujarnya awalnya lembut tapi meyakinkan, lalu ia menambahkan dengan nada berapi-api. "Sekaranglah bukan waktunya untuk terpuruk, tapi waktunya membalas dengan cantik, laki-laki yang pernah menyakiti kamu, kamu tunjukkan pada mendiang ibumu, jika dia telah berhasil mendidik mu jadi wanita tangguh! Ingat Senja, cukup ibumu saja yang jadi korban, jangan kamu!"

Kata kata Rara seperti tamparan pedas yang menyadarkan Senja. Matanya yang sendu perlahan terbuka lebar. "Benar ucapan Rara, aku gak boleh kalah, cukup ibuku saja yang jadi korban, aku harus melawan," batinnya penuh tekad.

1
Eva Karmita
jangan percaya senja bisa aja tu saka cuma mau manfaatkan kamu untuk dapat warisannya
far~Hidayu❤️😘🇵🇸
apa kerana mau warisan oma🤔
Dwisya Aurizra
aku gk percaya saka, mungkin ini karena egonya atau karena warisan
partini
tuk kepala kebentur apa yah ko bisa ngomong kaya gitu
Yuliana Purnomo
Zein selidiki penyebab tragedi pemotretan senja,, kasih hukuman tanpa ampun biar jera
Dwisya Aurizra
skak matt
Sripuan
Thor senja bercerai aja dengan saka, hadir kan lelaki yang mencintai, menghargai, menghormati sebagai wanita dan istrinya kelak 😍🙏
Yuliana Purnomo
hadir Thor 🥰
👑Meylani Putri Putti: makasih kk 😍
total 1 replies
Ma Em
Biarkan Senja bercerai dgn Saka kasihan Senja hdp nya tertekan dan menderita , semoga Senja dapat pengganti Shaka lelaki yg lbh baik yg mencintai dan menyayangi Senja dgn tulus .
far~Hidayu❤️😘🇵🇸: setuju
total 1 replies
Suwastika
bagus ka novelny, ak syuka
👑Meylani Putri Putti: terimakasih🥰
total 1 replies
Suwastika
thor... senja sm zein aj ya...🤭🤭
Dwisya Aurizra
lanjut thor
Cangkir kopi
nanti lama2 saka bisa mencintaimu senja.
far~Hidayu❤️😘🇵🇸
rasain Saka selama ini kamu selalu bersangka buruk pada isterinya kamu 😌
partini
makin ilfill ah masa sih
Dwisya Aurizra
perasaan sering barengan terus ya kalo kita sakit, jgn" kita kembar thor🤭
👑Meylani Putri Putti: hehe iya Bu
total 1 replies
far~Hidayu❤️😘🇵🇸
apa yg menyebabkan Oma rencana seperti itu 🤔🤔🤔apa mama saka juga tidak menyukai senja 🤔 kasihan senja
partini
dasar suami 1/2 ons
Eva Karmita
syafakillah Otor cepat sehat kembali biar bisa beraktivitas lagi aamiin 🤲🤲🤗🥰
👑Meylani Putri Putti: Terima kasih kk 🥰
total 1 replies
far~Hidayu❤️😘🇵🇸
semangat 👍🔥
👑Meylani Putri Putti: Terima kasih kk🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!