seorang sena baru mengetahui kalau dia adalah hanya anak angkat dari seorang kiyai, ia diasuh dalam lingkungan pondok sejak usianya tiga tahun, setelah dewasa dan mendapatkan gelar sarjananya ia malah mendapatkan tugas dari sang kiyai untuk kembali pada orang tua kandungnya yang wajahnya saja sena lupa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imam Setianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 32
Sampai di rumah jam setengah tiga, pak yahya tidak mampir ke rumah sena, ia langung pulang, alasanya mau mandi sebab sebentar lagi memasuki waktu ashar.
"Sudah kering barbel nya bi?" Tanya sena pada abi yang sedang mengecek barbel buatan bapak tadi siang.
"Belum mas, paling besok baru bisa di pakai!" Jawab abi lalu mengikuti sena duduk di teras.
"Kamu ga kelapangan bi?" Tanya sena lagi.
"Libur mas, kalau hari minggu lapangannya di pakai buat latihan anak anak kecil!" Jawab abi.
"Oooh, berarti kamu bisa bikin jadwal latihan fisikmu bi, kalau ga latihan di lapangan bisa kamu gunakan untuk latihan fisik di rumah atau sekedar lari keliling desa!" Kata sena lagi sambil membakar rokoknya.
"Iya mas, niatnya memang gitu!" Jawab abi singkat dan menunduk, sena tahu betul kendala abi, ia tidak punya sepatu joging.
"Besok kita beli sepatu joging, mamas juga pengin sesekali joging biar sehat, he he he he......!" Ucap sena sambil menepuk pundak abi lalu bangkit melangkah menuju kandang bebeknya.
Di kandang bapak, lik cipto dan lik dar sedang sibuk memberi makan bebek, setelah pakan siap di tempat umbaran kemudian semua bebek di giring keluar dari kandang, setelah semua bebek keluar kandang untuk makan barulah lik cipto dan lik dar membersihkan kandang bebek dari kotorannya.
"Waaaahhh sudah ada yang bertelur kang!" Pekik lik dar dari dalam kandang.
"Coba mana lihat dar!" Jawab bapak setengah berlari menghampiri lik dar, di ikuti lik cipto.
"Waaahhh, alhamdulillah bertelur lima butir!" Ucap lik cipto.
"Alhamdulillah sudah mulai bertelur, semoga besok tambah lagi jumlahnya!" Ucap bapak, mereka bertiga tidak menyadari kedatangan sena.
"Buat jamu saja pak telurnya!" Ucap sena dari luar kandang.
"Aah, iya le, ada lima butir ini!" Kata bapak lalu mengambil lima telur bebek dari tanah dan di tunjukan pada sena.
"Mulai besok lik cip sama lik dar tugasnya memungut dan mengumpulkan telur sebelum membersihkan kandang!" Ucap sena.
"Siap sen, kalau begini lilik tambah semangat kerjanya!" Kata lik cipto.
"Ini telur pertamanya mau di apain sen?" Tanya bapak.
"Buat jamu bapak sama lilik berdua, abi juga di kasih pak!" Jawab sena.
"Ah iya, di campur kopi setengah gelas lebih mantap ini!" Ucap bapak lalu membawa telur bebek ke dapur lewat pintu belakang, sedangkan sena memberi arahan pada dua liliknya cara merawat bebek yang sudah mulai menghasilkan telur.
"Itu apa pak!?" Tanya mamak yang sedang menunggui mesin cuci di sebelah kamar mandi.
"Bebeknya sudah ada yang bertelur mak, ini mau di bikin jamu di campur kopi setengah gelas!" Jawab bapak sambil mengambil gelas di rak.
"Alhamdulillah, dapat berapa butir pak, sini mamak saja yang bikin, nanti mamak antar ke teras!" Kata mamak langsung mengambil alih pekerjaan bapak.
"Baru lima mak, ini di bikin semua jadi satu gelas satu telur!" Jawab bapak lalu pergi ke teras.
Tak lama menunggu kopi setengah gelas yang di campur dengan telor bebek pun jadi, mamak yang membawanya sendiri ke teras.
"Nih kopi telor bebeknya, semoga menjadikan semuanya sehat!" Ucap mamak yang menyuguhkan kopi.
"Aamiin!" Jawab semua bersamaan.
"Nih kamu kebagian bi, pas lima jumlahnya!" Kata sena mengambilkan gelas kopi untuk abi.
"Makasih mas!" Jawab abi menerima gelas kopi dan langsung meminumnya.
Setelah ngobrol sambil minum kopi dilanjut sholat ashar di mushola lik cip dan lik dar pamit pulang, sebab jam kerjanya memang sampai jam setengah lima sore dan akan di lanjut besok jam tujuh pagi.
"Mamak sudah belanja buat besok belum, soalnya besok orangnya nambah sama yang kerja membangun TPA?" Kata sena saat mereka sekeluarga sedang bersantai di teras.
"Belum sen, memangnya yang kerja di TPA orang berapa besok?" Jawab mamak.
"Orang enam mak, bapak yang sudah janji ngasih makan sama kopi!" Kata bapak.
"Oooh, ya wis besok saja mamak belanja lebih pagi sama suci!" Jawab mamak.
"Kalau kurang tenaga lik sri sama lik ningsih di panggil saja mak, nanti sena yang kasih upahnya, uang yang kemarin sena kasih masih apa engga mak!?" Kata sena lagi.
"Masih dua juta, cukup buat beberapa hari ke depan, iya besok mamak nyamperin lik sri sama lik ning!" Jawab mamak.
"Mak, pak nanti habis magrib sena mau ajak adik adik ke kota, mamak sama bapak mau ikut ga?" Tanya sena lagi.
Mamak sama bapak saling pandang dan melempar senyum.
"Mau ngapain mamak sama bapak ke kota sen?" Kata bapak.
"Ya main pak, nanti kita duduk di alun alun!" Saut tari begitu antusias mendengar akan di ajak ke kota oleh kakaknya.
"Iya mak, ayo ikut!" Ucap galih.
"Ya wis, iya nanti mamak sama bapak ikut!" Ucap mamak tersenyum sambil membelai kepala tari yang duduk di sebelahnya.
Setelah maghrib seperti yang sudah di rencanakan, mereka sekeluarga pun berangkat ke kota dengan menaiki vespa sena dan abi, mamak dan tari ikut sena, sedangkan bapak dan galih ikut abi.
Dua puluh menit kemudian mereka sampai di alun alun, sena mengajak keluarganya untuk mencari tempat duduk yang nyaman, tempat duduk dari beton memang sengaja di buat oleh pemerintah daerah supaya warganya bisa bersantai di sekitar alun alun.
"Bapak sama mamak mau wedang ronde ga?" Tanya sena pada kedua orang tuanya.
"Boleh le, tapi mamak susunya sedikit saja!" Jawab mamak.
"Aku mau es durian boleh mas?" Tanya tari.
"Aku juga mau!" Saut galih.
"Boleh banget, kamu mau ronde apa es durian bi?" Ucap sena pada abi.
"Es durian mas!" Jawab abi.
Sena berjalan menuju penjual ronde terlebih dahulu untul memesan tiga porsi ronde dan meminta penjual mengantarkannya ke tempat dimana keluarganya duduk, setelah itu ia ke penjual es durian pesan tiga porsi juga dan meminta penjual mengantarkannya.
Sambil menunggu pesanan mereka datang galih dan tari berlarian kesana kemari di sekitar tempat duduk keluarganya.
Sesaat kemudian pesanan datang dan mereka menyantap bersama sama sambil sesekali ngobrol dan bercanda.
Dan setelah minuman yang mereka pesan habis sena dan ketiga adiknya jalan jalan berkeliling alun alun, sedangkan mamak dan bapak memilih duduk saja sambil menunggui helm dan jaket milik anak anaknya.
"Kita ke toko sepatu bi, sekalian beli sepatu joging!" Ucap sena sambil melangkah menggandeng tari dan galih ke arah toko sepatu di ikuti abi.
Sampai di toko sena menyuruh abi memilih sepatu yang ia sukai, begitu juga tari dan galih di suruh memilih sepatu buat mereka olah raga, sena sendiri pun memilih sepatunya.
Setelah masing masing mendapat sepatu yang di inginkan sena membayar dan segera kembali ke tempat bapak dan mamaknya, setelah di rasa puas bermain dan jalan jalan mamak mengajak anak anaknya pulang, namun sebelum pulang tari dan galih minta di belikan permen kapas.
"Nanti beli lauk buat makan le!" Kata mamak saat akan naik ke boncengan vespa sena.
"Iya mak, nanti kita beli ayam bakar!" Jawab sena lalu melajukan vespanya berlahan meninggalkan alun alun di ikuti abi di belakangnya.