Sagara begitu terluka dan sakit hati saat gadis yang baru saja dinikahinya beberapa jam lalu yang bernama Thania memintanya untuk menalaknya.Iya, Thania gadis yang dia cintai secara diam- diam sejak lama dan berhasil dia nikahi dengan cara dijodohkan oleh orang tua mereka, ternyata tidak mencintai Sagara. Dengan berdalih ingin melanjutkan kuliah, tepat di malam pertama Thania meminta Sagara untuk menceraikannya.
Apakah Sagara akan rela melepaskan Thania, gadis yang begitu dia cintai dan merupakan cinta pertamanya...? Yuk baca cerita selengkapnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Diinfus
Thania kaget melihat kopi miliknya tumpah mengenai tangan kanan Shaina hingga merah.
"Ah panas...panas...." Shaina mengibas- ngibaskan tangan kanannya.
"Oh ya ampun...maaf ... Maafin aku Shaina..." Thania panik sekaligus merasa bersalah pada Shaina.
Dan Bersamaan dengan itu Sagara dan sekertaris Jo lewat di depan ruang divisi keuangan.
"Oh ya ampun panas sekali..." ucap Shaina.
"Shaina... Aku benar- benar tidak sengaja..." sahut Thania.
Mendengar kegaduhan di ruang divisi keuangan, Sagara dan sekertaris Jo pun menghentikan langkahnya.
"Ada apa ini...?'' tanya Sagara.
"Auw...panas..." Shaina menipu tangannya yang semakin memerah.
Melihat tangan Shaina memerah, Sagara langsung menghampirinya.
"Tangan kamu kenapa...?'' Sagara terlihat khawatir sambil memegang tangan Shaina.
"Kesiram kopi panas..." jawab Shaina sambil meringis.
"Hah...! Kok bisa sih...! Memangnya apa yang kamu lakukan sampai kesiram kopi panas...'' karena saking paniknya Sagara sampai memarahi Shaina.
"I..itu karena salahku..." ucap Thania.
Shaina , Sagara dan sekertaris Jo menoleh ke arah Thania.
"A...aku...tidak sengaja menumpahkan kopi ditangannya..." sambung Thania.
"A...apa...!'' sahut Sagara nampak kesal pada Thania.
"Ti..tidak apa- apa tuan... No...nona tidak sengaja, la..lagi pula ini salah saya yang kurang hati- hati..." ucap Shaina.
Sagara menghela nafas.
"Astaga... Tangan kamu sampai merah begini..." ucap Sagara sambil memegang tangan Shaina.
"Jo... Cepat kamu bawa Shaina ke klinik Alex ..." ucap Sagara.
Iya, sebenarnya Sagara ingin sekali mengantar Shaina ke klinik, tapi dia ada pertemuan penting dengan rekan kerjanya.
"Ti..tidak usah tuan...aku nggak papa kok, nanti juga sembuh..." ucap Shaina.
"Nggak papa bagaimana...! Apa kamu tidak lihat tangan kamu sampai melepuh seperti itu...!" seru Sagara yang kesal pada Shaina karena tidak menuruti kata- katanya.
"Jo... Tunggu apa lagi... Cepat bawa dia ke klinik Alex...!'' seru Sagara.
"Baik tuan... Ayo Sha..." sekertaris Jo menuntun Shaina dan bergegas keluar dari ruang divisi keuangan.
Sagara menghela nafas. Sedangkan Thania sejak tadi memperhatikan Sagara yang terlihat begitu panik dan khawatir melihat keadaan Shaina.
"Kenapa kamu begitu perhatian sama Shaina kak...? Apa Shaina begitu berarti dalam hidup kamu sehingga kamu bisa sekhawatir itu padanya..? Jika itu terjadi padaku, apa kamu juga akan panik dan khawatir seperti itu...?'' ucap Thania dalam hati sambil menatap wajah Sagara dari arah samping.
Sagara kembali menghela nafas. Kemudian dia membalikkan tubuhnya menghadap Thania.
"Apa yang sudah kamu lakukan padanya...?" tanya Sagara.
"A...aku nggak sengaja kak..." sahut Shaina.
Lagi- lagi Sagara menghela nafas kemudian menggeleng- gelengkan kepalanya. Sagara hendak keluar dari ruangan divisi keuangan, namun tiba- tiba Thania mencegahnya.
"Tunggu kak... " Thania menahan tangan Sagara. Sagara pun menoleh padanya.
"Kenapa kakak sampai sekhawatir itu pada Shaina...? Kalau hal itu terjadi padaku, apa kakak juga akan mengkhawatirkanku...?'' tanya Thania sambil terus memegang tangan Sagara.
Sagara diam beberapa saat sambil menatap wajah Thania.
"Sekarang aku balik bertanya. Apa jika aku khawatir sama kamu, apakah kamu akan perduli...? Pasti tidak kan...?'' jawab Sagara kemudian menarik tangannya kemudian dia pergi dari hadapan Thania menuju ke ruang kerjanya.
Thania terdiam sambil menatap kepergian Sagara.
"Kak... Apa kamu sekarang membenciku...? Kamu sudah tidak perduli denganku lagi... hik..hik... Mana cinta kamu yang begitu besar itu kak... Apa rasa cinta itu sudah hilang karena kehadiaran Shaina...? Hik..hik..." ucap Thania sambil menangis
"Kenapa...? Kenapa aku nggak rela kamu begitu perhatian pada Shaina...? Hik..hik... Aku nggak rela kak... Aku mohon berikan perhatianmu hanya untuk aku...hik..hik..." sambung Thania.
🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓
Sementara itu sekertaris Jo terus menuntun Shaina menuju lift khusus CEO. Ketika di depan lift mereka berpapasan dengan Fandi, Alvian, Arsil dan juga Bimo yang hendak menuju ke ruang divisi keuangan karen waktu istirahat sudah habis.
"Sha...kamu kenapa...?'' tanya Bimo. Shaina hanya meringis menahan rasa panas bercampur nyeri.
"Tangan Shaina kesiram kopi panas..." jawab Sekertaris Jo.
"Hah...kok bisa sih...?'' Bimo, Alvian dan Arsil kaget. Sedangkan Fandi hanya menatap datar ke arah Shaina.
"Sha... Pasti rasanya panas banget ya...?'' tanya Bimo khawatir.
"Ya jelas panas lah, kamu gimana sih, lihat saja tuh tangannya sampai melepuh begitu..." sahut Alvian menoyor kepala Bimo.
"Ish...kau ini...!'' Bimo kesal.
"Sudah...sudah...kami harus ke klinik sekarang... Ayo Sha..." ucap sekertaris Jo lalu menuntun Shaina masuk ke dalam lift.
"Sha....kamu tahan ya..." ucap Bimo yang begitu mengkhawatirkan Shaina.
"Kok bisa sih dia kesiram kopi panas...?'' tanya Arsil.
"Ya pasti karena dia ceroboh lah ... Apa lagi beberapa hari ini dia sering sekali melamun...." jawab Alvian.
"Sudahlah... Ayo cepat kembali ke ruang kerja..." ucap Fandi yang nampak tidak perduli dengan keadaan Shaina.
Mereka bertiga pun bergegas menuju ruang divisi keuangan. Dan sesampainya di sana mereka heran karena melihat Thania yang sedang menangis sambil duduk di meja kerjanya.
"Nona...kau kenapa...?'' tanya Fandi menghampiri meja kerja Thania.
"Nggak... Nggak papa..." Thania kaget dan langsung menghapus air matanya.
Sedangkan Bimo, Alvian dan Arsil hanya saling pandang satu sama lain merasa penasaran kenapa Thania menangis tapi tidak berani bertanya.
Sementara itu Sekertaris Jo sudah membawa Shaina ke klinik dokter Alex, dokter langganan keluarga Mandala.
"Kau kenapa lagi nona...?'' tanya dokter Alex yang tentu saja masih ingat pada Shaina karena beberapa minggu lalu datang ke kliniknya saat pergelangan tangan Shaina terkilir.
"Dia kesiram kopi panas dok..." jawab sekertaris Jo.
Dokter Alex menggeleng- gelengkan kepalanya. Kemudian dokter Alex melakukan tindakan yaitu dengan mengoleskan salep di tangan kanan Shaina untuk menghilangkan rasa panas.
"Kenapa wajahmu pucat nona...?'' tanya dokter Alex.
"Ehm... Mungkin karena telat makan..." jawab Shaina sambil tersenyum.
"Apa bos nya nona tidak memberikan nona waktu buat makan sampai nona telat makan...?'' tanya dokter Alex.
"Ehm bu...bukan..." sahut Shaina.
"Hei Jo... Bilang sama bosmu,, jangan terlalu banyak memberikan pekerjaan pada nona Shaina. Lihat tuh wajahnya pucat. Dia kelelahan. Dan sepertinya dia sedang stres karena memikirkan pekerjaan..." ucap dokter Alex pada sekertaris Jo.
Sekertaris Jo hanya melirik sekilas ke arah Shaina kemudian menghela nafas. Sedangkan Shaina hanya nyengir saja.
"Kok dokter Alex tahu kalau aku sedang stres. Tapi aku bukan stres mikirin pekerjaan, melainkan stres memikirian bagaimana caranya aku bisa ketemu sama pak Thamrin..." ucap Shaina dalam hati.
"Oya, untuk beberapa hari lukanya jangan terkena air dulu ya..." ucap dokter Alex. Shaina mengangguk.
"Dan Anda harus dirawat nona Shaina..." sambung dokter Alex.
"Hah...? Dirawat...? Ti..tidak dokter... Tidak usah..." sahut Shaina.
"Suster...." dokter Alex memanggil perawat.
"Iya dok..." jawab perawat.
"Siapkan jarum infus..." ucap dokter Alex.
"Hah..? Ja..jadi saya mau diinfus dok...? Saya tidak mau dok...saya tidak mau disuntik...." sahut Shaina panik.
"Sekertaris Jo... Bagaimana ini , masa saya harus diinfus..." ucap Shaina pada sekertaris Jo.
"Sudahlah kamu nurut saja pada dokter Alex. Dia lebih tahu apa yang harus dia lakukan pada pasiennya. Dokter Alex benar, wajah kamu terlihat lelah..." sahut sekertaris Jo.
"Oh ya ampun... Saya tidak apa- apa kok..." ucap Shaina.
Tanpa menunggu lebih lama lagi dokter Alex dibantu oleh perawat memasang jarum infus di tangan Shaina. Setelah itu Shaina dipindahkan di ruang perawatan. Sebelumnya dokter Alex bilang, Shaina tidak akan menginap hanya diinfus saja. Dan setelah cairan infusnya habis, Shaina diperbolehkan untuk pulang.
Shaina lalu masuk ke ruang perawatan diantar oleh sekertaris Jo dan perawat. Di sana ada dua ranjang kosong. Shaina lalu naik ke salah satu ranjang kemudian berbaring.
"Shaina... Saya tinggal dulu ya, nanti kalau kamu selesai diinfus kamu bisa hubungi saya, nanti saya jemput..." ucap sekertaris Jo.
"Iya...tapi sekertaris Jo, untuk pembayaran biaya perawatan bagaimana...? Saya tidak membawa uang...? '' tanya Shaina.
"Kamu tidak perlu khawatir, semua biaya pengobatan sudah ditanggung oleh perusahaan..." jawab Sekertaris Jo.
Sekertaris Jo lalu keluar dari ruang perawatan lalu, karena dia harus kembali ke perusahaan karena dia masih banyak pekerjaan.
"Oh ya ampun... Kenapa aku harus di sini...? Tempatnya sih enak, kasur empuk, ruangan ber ac, tapi tetap saja ini klinik. Aku tidak suka tinggal di sini, bau obat...." ucap Shaina lalu menghela nafas.
Shaina kemudian menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang sudah disediakan oleh pihak klinik. Dan Shaina memejamkan matanya untuk tidur. Namun dia tidak bisa tidur karena pikirannya masih saja tertuju pada masalah yang sedang dia hadapi yaitu tentang pak Thamrin.
"Oh... Ya ampun... Kenapa aku tidak bisa tidur...'' ucap Shaina.
Tak lama kemudian pintu ruang rawat Shaina terbuka dan dari sana munculah Sagara yang memegang botol infus.
"Tu...tuan..." ucap Shaina kaget tiba- tiba bosnya datang.
Sagara berjalan menuju tempat tidur kosong di samping tempat tidur Shaina. Lalu dia mengaitkan botol infus di tiang infus kemudian dia berbaring di ranjang samping Shaina.
"Tuan diinfus juga...? Tuan sakit...? Tuan sakit apa...?'' tanya Shaina.
"Diam lah..." jawab Sagara lalu memejamkan matanya.
"Hah... Ya ampun, ditanya baik- baik jawabnya bagitu..." sahut Shaina kesal karena diacuhkan oleh Sagara.
Sagara lalu menoleh ke arah Shaina.
"Apa tanganmu masih sakit...?'' tanya Sagara.
"Sedikit..." jawab Shaina.
"Tuan..." ucap Shaina lalu memiringkan tubuhnya menghadap Sagara.
"Hem...'' jawab Sagara menoleh ke arah Shaina.
"Tuan sakit...?'' tanya Shaina.
"Hanya pusing saja... Mungkin kelelahan..." jawab Sagara.
"Tuan pasti sedang banyak pikiran ya...?'' tanya Shaina.
Sagara hanya menghela nafas.
"Tidurlah..." ucap Sagara sambil menatap wajah Shaina.Shaina mengangguk lalu memejamkan matanya.
Sedangkan Sagara masih terus menatap Shaina yang sudah memejamkan matanya. Perlahan Sagara mengulurkan tangannya hendak memegang tangan Shaina. Namun dia mengurungkan niatnya.
Sagara lalu menatap langit- langit kamar rawat kemudian menghela nafas.Kemudian dia kembali menoleh ke arah Shaina dan kembali mengulurkan tangannya ke tangan Shaina. Setelah itu Sagara menggenggam tangan Shaina.
Shaina yang ternyata belum tidur pun kaget dengan apa yang dilakukan oleh Sagara dan langsung membuka matanya. Tatapan mata mereka saling bertemu.
"Tu...tuan..." ucap Shaina lalu melirik tangannya yang digenggam oleh Sagara.
Sagara diam sambil terus menatap wajah Shaina dengan lembut.
"Tidurlah..." ucap Sagara.
"I...iya..." jawab Shaina kembali memejamkan matanya.
Sagara tersenyum kemudian dia pun ikut memejamkan mata sambil tangannya terus menggenggam tangan Shaina.
Satu jam kemudian Shaina bangun. Lalu dia duduk untuk melihat kantong cairan infus yang tergantung di tiang infus.
"Hah...sudah mau habis...'' ucap Shaina.
"Tuan...tuan bangun...." ucap Shaina.
Sagara lalu membuka mata.
"Ada apa...?'' tanya Sagara.
"Saya mau keluar dulu menemui perawat, cairan infusnya sudah mau habis..." ucap Shaina sambil menoleh ke kantong infus.
Sagara mengangguk.
"Abis ini saya langsung kembali ke kantor ya..." ucap Shaina.
"Iya ... Pergilah..." sahut Sagara kembali memejamkan matanya karena cairan infusnya masih banyak.
Shaina lalu keluar dari kamar rawat menemui perawat.
"Suster..." panggil Shaina.
"Iya nona..." jawab perawat.
"Ini cairan infusnya sudah habis..." ucap Shaina.
"Oh baiklah biar saya lepas jarumnya..." sahut perawat.
Shaina lalu duduk di kursi dan perawat tersebut mencabut jarum infus dari tangan Shaina.Tak lama kemudian sekertaris Jo datang.
"Shaina... Kamu sudah selesai diinfus...?'' tanya sekertaris Jo.
"Eh.. Sekertaris Jo... Iya saya sudah selesai...'' jawab Shaina.
Sekertaris Jo dan Shaina lalu duduk di kursi panjang tidak jauh dari ruang perawat berada.
"Bagaimana, kau sudah lebih baik sekarang...?'' tanya sekertaris Jo. Shaina mengangguk.
"Wajah kamu juga terlihat lebih segar dari sebelumnya..." ucap sekertaris Jo sambil tersenyum menatap wajah Shaina.
"Benarkah...?'' sahut Shaina. Sekertaris Jo mengangguk. Dan keduanya pun tersenyum.
Sekertaris Jo dan Shaina pun terlibat obrolan santai di sana. Hingga Shaina lupa kalau dia akan kembali ke kantor.
Dan tak lama kemudian Sagara keluar dari ruang rawat sambil membawa botol infus.
"Hei gadis berandal...! Kenapa kamu masih di sini...? Bukannya kamu tadi bilang mau kembali ke kantor...?" tanya Sagara terlihat kesal pada Shaina.
"I..iya maaf tuan..." jawab Shaina.
"Kalian sedang ngobrolin apaan...!'' tanya Sagara dengan nada ketus.
"Ti..tidak...hanya ngobrol biasa saja... Iya kan sekertaris Jo..." sahut Shaina. Sekertaris Jo pun mengangguk dengan santai.
"Ish...kau ini...!'' Sagara lalu duduk di antara Shaina dan sekertaris Jo seolah- olah dia tidak suka melihat Shaina dan sekertaris Jo duduk berdekatan.
"Omongan kamu memang tidak bisa dipercaya...! Katanya mau kembali ke kantor, tapi malah enak- enakan ngobrol di sini..." ucap Sagara lagi- lagi dengan nada ketus.
"I..iya maaf tuan..." sahut Shaina.
"Kalau begitu saya ke kantor sekarang ya..." ucap Shaina.
"Tidak usah...! Nanti saja...!'' sahut Sagara.
"Hah...?'' Shaina jadi bingung dengan sikap aneh Sagara.
"Tuan kenapa sih, tadi dia kesal karena aku masih di sini, giliran aku mau balik ke kantor sekarang malah nggak boleh... Apa sih maunya dia..." ucap Shaina dalam hati sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Jo....cepat panggil perawat untuk melepas jarum infus ini..." ucap Sagara juga dengan ketus.
"Baik tuan..." sekertaris Jo bangun dari duduknya lalu memanggil perawat.
Bersambung....
ta ttp aja jadi gosip orang ga ada yg tau kalau kamu mudah berpisah hemmmmm memang 1/2 ons susah ga mau upgrade 😂😂
ini juga tuan saga aja yg masih stuck di 1/2 ons 🤦🤦🤦
Dih dulu nolak Sekarang cemburu Thania...Thania..
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...
terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️
eh, sekarang dia yg cemburu sagara dekat dengan shania .. tapi kalau memang sagara mulai ada rasa dengan shania, segeralah urus perceraian resmimu dengan thania biar dia nyesek telah menolak dirimu.