NovelToon NovelToon
Berakhir Di Aku

Berakhir Di Aku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Matabatin / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: ibu ditca

Di usia mudanya, Falya terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Padahal sebelumnya kehidupannya sangat sempurna. Tapi karena kesalahan fatal ayahnya, akhirnya ia dan keluarganya menanggung beban yang sangat berat.

Dan suatu hari,ia tak sengaja bertemu dengan sosok arwah penasaran yang justru mengikutinya ke mana pun dia pergi.

Siapakah sosok itu sebenarnya? Dan seberapa kuatnya seorang Falya menjalani kehidupannya???/

########
Untuk pembaca setia tulisan receh mak othor, mangga....di nikmati. Mohon jangan di bully. Mak othor masih banyak belajar soalnya. Kalo ngga ska, skip aja ya! Jangan di ksaih bintang satu hehehehe

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.24

Falya yang masih curiga di ikuti pun sesekali melirik spionnya. Tapi sejak dari rumah sakit, ia merasa tak ada yang mencurigakan. Dan akhirnya ia bisa sampai ke rumah dengan tenang.

Gio menyambut kedatangan kakaknya itu. Falya hanya melirik sekilas beberapa barang yang ada di atas meja ruang tamu.

"Kak, aku beli pakai uang tabungan ku'' kata Gio. Falya melihat beberapa macam bingkisan disana.

"Itu mau kamu bawa ke rumah Celin?'' tanya Falya. Gio menggeleng pelan.

"Ngga kak, kan besok juga Celin tinggal di sini!'' jawab Gio. Tapi setelah itu, ia menggigit bibirya. Falya menurunkan bahunya lalu berjalan menuju ke sofa untuk melepaskan sepatunya.

"Bilangin sama Celin, kakak sama sekali ngga keberatan kalian tinggal di sini. Toh ini rumah kamu juga Gio. Tapi tolong, jangan seenaknya sendiri. Kakak ngga suka rumah berantakan dan kotor! Dan kamu juga, jangan malas! Minimal bantuin kerjaan rumah. Kamu tahu kakak kerja pulangnya gak nentu. Kak Fida repot sama Kirey. Jadi jangan bersikap bossy lagi kaya yang udah-udah!'' nasehat Falya panjang lebar.

"Iya kak'' saut Gio lirih.

"Jam berapa acaranya?'' tanya Falya.

"Kata Celin jam sembilan,kak'' jawab Gio. Falya mengangguk pelan.

"Gio!'' Falya menopang kedua tangannya di atas lututnya.Gio yang tadinya berdiri oun langsung duduk.Kakaknya pasti akan berbicara serius.

"Ya kak''

"Kamu memang akan berstatus menjadi suami sekaligus ayah. Tapi yang harus kamu ingat, kamu masih punya kewajiban untuk belajar! Sudah cukup kamu meniru kebodohan dan kelakuan menjijikan papa. Suatu saat kakak sudah tidak bisa lagi membelamu, menjaga mu! Kamu harus bisa berdiri di kaki mu sendiri!''

Falya berbicara cukup kasar seperti itu karena ingin adiknya berpikir lebih realistis. Benar kan, ngga selamanya Falya bisa mendampingi adik nya itu?

"Paham ngga omongan kakak?'' tanya Falya sedikit keras.

"Iya kak'' jawab Gio sambil meremas kedua tangannya. Sejak ketahuan menghamili Celin, entah kenapa aura kakaknya itu selalu seram di mata Gio. tapi ia berusaha memakluminya. Kakak nya adalah pengganti orang tuanya. Meski usianya terbilang muda, kakaknya mempunyai peran penting dalam hidupnya selama ini. Menjadi orang tua, menjadi kakak bahkan menjadi tulang punggung.

Padahal teman-teman sebayanya sudah banyak yang menikah bahkan memiliki anak. Tapi kakaknya justru menghabiskan masa mudanya untuk mencari uang dan uang agar kehidupannya terjamin. Sayangnya, Gio sudah mengkhianati segala pengorbanan kakaknya itu. Hanya ada perasaan menyesal dalam hatinya sekarang.

Tak lama kemudian terdengar Kirey yang menangis. Hal itu menarik perhatian Falya. Gadis itu melepas seragamnya dan meletakkan di atas mesin cuci, setelah itu ia mengganti pakaiannya dan mencuci tangan.

Setelah berganti pakaian, Falya menemui Fida dan Kirey di kamar. Bayi mungil itu sudah tak menangis saat di susui oleh mamanya.

"Kirey kenapa kak?'' tanya Falya sambil memegang kening  Kirey. Falya cemas kalau Kirey demam atau sakit apa pun. Meski ia nakes, tapi ia tak selalu ada di rumah.

"Hapapap'' sahut Fida. Falya mengusap puncak kepala Kirey dengan lembut.

"Kak, besok ikut ke acara nikahnya Gio ya!'' kata Falya masih mengusap kepala bayi yang rambutnya belum terlalu lebat itu.

"Hah uhhah!'' tolak Fida.

"Kenapa tidak? Pokoknya kak Fida sama Kirey harus ikut!'' paksa Fida. Fida memegang erat pergelangan tangan Falya hingga perawat cantik itu menoleh.

"ahak ga mahu giho mahah!''

"Gio ngga akan berani marah kak!'' kata Falya.

"Hapiii....''

"Ngga ada tapi-tapian, besok jam delapan kita berangkat. Cukup kita aja, ngga perlu orang lain. Nanti kalau sudah selesai akad, Falya yang akan lapor ke RT.''

Fida hanya bisa mengangguk pasrah. Dia tak punya kemampuan apa-apa karena hanya bisa menjadi beban bagi Falya selama ini.

"Oh iya, diapers Kirey habis ya? Bentar ya, Gio suruh beliin!'' kata Falya beranjak dari sana tanpa menghiraukan Fida dan Kirey lagi.

"Gio...Gio!'' panggil Falya. Gio yang sedang menelpon Celin pun menyahut.

"Kenapa kak?'' tanya Gio.

"Beliin diapers Kirey!'' Falya menyodorkan uang lima puluh ribu pada Gio.

"Tapi kak, aku lagi...telepon..'' kata Gio dengan maksud menolak perintah kakaknya. Tapi pelototan tajam kakaknya cukup membuat nyalinya menciut.

Dan ia berbisik kecil ke Celin agar di lanjutkan nanti lagi.

"Iya kak'' kata Gio pasrah tak bisa menolak perintah kakaknya.

Sepeninggal Gio, Falya pun pergi mandi karena tubuhnya terasa begitu lengket. Gadis itu menatap cermin yang ada di kamar mandi. Terlihat dirinya yang tampak kelelahan dan kurang tidur. Jangan lupa, mata pandanya menghiasi mata lentiknya.

Di rumah, ia berusaha melupakan soal perasaannya pada Rayan. Di rumah sakit, ia mencoba melupakan masalahnya di rumah. Dia harus ke mana lagi agar tak ada yang ia pikirkan???

Hah! Kenapa semua ini harus terjadi pada ku?? Monolog Falya.

Setelah itu, Falya kembali ke kamarnya sambil mengeringkan rambutnya. Ponsel yang ada di tasnya berdering sejak tadi.

"Siapa sih?'' gumam Falya. Ia mengambil ponselnya dan melihat nomor yang tertera di sana. Tapi sudah ada panggilan tak terjawab tujuh kali. Falya pikir pasti ada yang penting, makanya ia menghubungi balik nomor itu.

[Ha-lo....]

[Kemana aja sih? Susah banget di hubungi dari tadi?]

Falya menjauhkan ponsel dari telinganya.

[Siapa ini?]

[Zidan mu!]

Falya terkekeh kecil karena ternyata Rayan menghubunginya. Ia bisa menebak seperti apa wajah kesal Rayan.

[Ada apa emangnya bang? Aku baru selesai mandi!]

Rayan yang ada di ruangannya hanya tersenyum tipis.

[Ngga ada, cuma pastiin kamu di rumah]

[Emang abang pikir aku ke mana?]

[Ngga tahu! Kamu ngga ada inisiatif buat telepon aku]

[Harus laporan emang ya? Posesif banget, emang aku siapa kamu bang? Cuma perawat kan kalo di rumah sakit?]

Rayan terdiam beberapa saat. Falya benar, mereka tak punya hubungan khusus. Pacar misalnya!

Keheningan menyelimuti keduanya. Tapi panggilan seseorang pada Rayan membuat sambungan itu terputus.

[Nanti aku telepon lagi!]

Rayan langsung mematikannya begitu saja. Falya hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan. Ia memilih untuk mengganti pakaiannya dengan piyama. Walau pun petang nanti ia harus berkutat di dapur untuk memasak makan malam. Ia tak tega melihat kak Fida yang sudah lelah mengurus Kirey, harus masak lagi.

.

.

"Kamu lagi telepon siapa, Yan? Dan itu, siapa yang ambilin ponsel kamu?'' tanya Alin.

"Tadi minta suster Rita hubungin kantor, buat anterin hp ku Mi'' jawab Rayan.

"Sejak kamu bangun dari koma, mami perhatiin jadi makin banyak kosakata yang keluar. Biasanya dingin kaya kutub!'' sindir Alin.

"Heheh mami aneh ya! Maunya aku sama Vino kaya gimana ?'' tanya Rayan. Hanan hanya menatap interaksi ibu dan anak itu.

Ponsel Alin berdering. Nama salah satu teman arisan sosialitanya muncul di sana.

"Ya ampun mami lupa ada arisan di rumah Jeng Rima.''

"Papi anterin, Mi?'' tawar Hanan.

"Ngga usah, mami nunggu jeng Ema aja! Dia lewat depan rumah sakit kok. Sayang, mami pergi dulu ya!'' Alin mengusap punggung tangan putranya.

"Beneran ngga papi anterin?'' tawar Hanan sekali lagi.

"Iya papi! Mami pergi dulu ya!'' Alin mencium pipi suaminya. Hanan dan Rayan memandang punggung Alin yang menghilang di balik pintu.

"Ada sesuatu yang penting, Pi?'' tanya Rayan.

Hanan menganggukkan kepalanya dengan wajah serius.

***********

Terimakasih

1
dewi rofiqoh
Rayan hubungan seperti apa yang kamu inginkan? Jika kamu memiliki perasaan istimewa pada falya Jangan sampai boy tahu
hidagede1
ayo donk papi hanan gercep buat selidiki mas boy...
dewi rofiqoh
Mulai sedikit terbuka teka-tekinya. Selidiki terus dan tetap waspada
hidagede1
pernyataan nya ambigu bang...🤭
dewi rofiqoh
Temanin gimana bang Zidan 🙄🙄
hidagede1
tp kan suster angel dan suster rita udah punya pasangan... lain lagi sama kamu yg masih ting" falya🤭🤣
dewi rofiqoh
Sepertinya o yang dekat dan peduli dengan rayan harus berhati-hati. Si boy mengawasi setiap gerg gerik mereka
dewi rofiqoh
Bis jadi adegan divideo rayan itu ayah falya, rayan dan ayah falya dijebak
dewi rofiqoh
Hati-hati falya, kamu masih diawasi
dewi rofiqoh
Si boy benar-benar menargetkan falya, sampai2 dia ngirim orang untuk mengawasinya
dewi rofiqoh
Wah si boy musuh dalam selimut. Kayaknya, apa dia yang menyukai rayan? Ataukah benci sehingga ia membuat seolah rayan kaum pelangi
hidagede1
ternyata yg menyimpang tuh mas boy... (pake logat nya emon)
dewi rofiqoh
Akhirnya rayan sadar juga, falya bersyukur meskipun menahan Sakit karena dilupakan oleh Zidan/rayan
dewi rofiqoh
Syukurlah, rayan masih hidup
dewi rofiqoh
Apa yang terjadi dengan rayan?
hidagede1
nah loh,,, dua" nya pake topeng
hidagede1
misterius.. ada apa sebenar nya sama rayan🤔
hidagede1
kudu di ciriin nih yg nama nya BOY
hidagede1
pasti zidan 🤭
hidagede1
mampir thor☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!