NovelToon NovelToon
Terjebak Bersama Pewaris Millioner

Terjebak Bersama Pewaris Millioner

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat
Popularitas:11.5k
Nilai: 5
Nama Author: Marnii

Alleta, seorang gadis penurut yang kepolosannya dimanfaatkan oleh sang kakak dan ibu tirinya.

Di malam sunyi itu, sebuah pil tidur seketika mengubah kehidupannya 90 derajat.

Ia terpaksa harus dinikahi oleh seorang pria yang terjebak bersamanya, pria yang sama sekali tak pernah ada dalam tipe suami yang dia idamankan, karena tempramennya yang terkenal sangat buruk.

Namun, pria sekaligus suami yang selama ini selalu direndahkan oleh warga desa dan dicap sebagai warga termiskin di desa itu, ternyata adalah seseorang yang statusnya bahkan tak pantas untuk dibayangkan oleh mereka yang memiliki status sosial menengah ke bawah.

Alfarezi Rahartama, pria luar biasa yang hanya kekurangan izin untuk mengungkap identitas dirinya.

Bagaimanakah reaksi keluarga Alleta setelah tahu siapa sosok menantu yang mereka remehkan itu?

Dan lalu bagaimanakah reaksi Alleta sendiri apabila dia tahu bahwa pria yang menikahinya adalah tuan muda yang disegani?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marnii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tatapan Mematikan

Ketika masih dalam setengah perjalanan, Handy kembali mendapatkan laporan dari bawahannya yang ditugaskan untuk memata-matai Alleta, Alfarez menyebutnya seperti itu, tetapi Handy tahu betul bahwa mereka diutus hanya untuk agar bisa menjaga Alleta selama gadis itu jauh dari pandangan bosnya.

"Tuan Muda, mereka kehilangan jejak Nona Alleta bersama pria itu," ujar Handy menyampaikan.

Alfarez tampak menggertak, meski tak ia tunjukkan secara langsung, tetapi Handy tahu betul bahwa majikannya itu hanya menahan diri untuk tidak lepas kendali.

"Telpon dia sekarang!" titah Alfarez dengan tatapan yang menajam.

Tanpa banyak bertanya, Handy telah mengerti siapa yang dimaksud Alfarez untuk segera ia telpon.

Ia lekas meraih ponselnya dan menghubungi Alleta sambil tetap fokus pada jalanan di depan.

Namun, tak peduli mau dihubungi hingga berapa kali pun, telepon tersebut tetap tak dapat tersambung.

"Nomor Nona Alleta tidak dapat dihubungi, Tuan."

"Hubungi terus!" jawab Alfarez tegas.

"Baik, Tuan."

Handy pun terus menghubungi Alleta sepanjang perjalanan meski tak satu pun dapat terhubung dari panggilan tersebut.

Bahkan hingga tiba di pusat perbelanjaan yang mereka tuju pun, panggilan tersebut tak juga dapat tersambung, dan akhirnya Handy pun berhenti.

Sementara di sisi lain, Alleta dan Satria masih bersembunyi di sudut ruangan di sebuah toko.

Dari awal sejak dalam restoran itu, Satria telah menyadari bahwa pergerakan mereka sedang dipantau oleh seseorang.

Memiliki naluri bertahan diri yang cukup mumpuni selama di negara asing, membuat Satria lebih peka akan sesuatu yang terjadi di sekitarnya.

"Sejak kapan kita akan bersembunyi di sini?" tanya Alleta dengan sedikit berbisik karena takut akan ada yang mendengar.

"Sebaiknya kita pindah mall sekarang, tidak aman jika terus berada di sini," jawab Satria dengan mata yang terus waspada.

"Bagaimana caranya?"

Satria diam sejenak, lalu ia menoleh menatap Alleta. "Kamu tunggu di sini, aku akan segera kembali." Bersamaan setelah mengucapkan itu, Satria bergegas pergi meninggalkan Alleta yang bahkan tak sempat menjawab ucapannya.

Alleta hanya bisa menghela napas sambil terus bersembunyi di sana, menunggu dan berharap Satria memiliki ide yang bagus untuk membawanya keluar dari tempat itu agar terhindar dari mata-mata yang terus mengikutinya

Tak lama setelah itu, tiba-tiba tangan seseorang menarik tangannya yang membuat Alleta hampir berteriak, tetapi mulutnya segera ditutup oleh pria itu.

"Ini aku, Satria," ujarnya sambil membuka masker yang menutupi mulut dan hidungnya.

Penampilan Satria kini telah berubah, semuanya serba tertutup, ia memakai topi, kacamata, masker, dan serta jaket hitam hingga sulit untuk mengenalinya.

"Ini, kamu ganti pakaian dulu," ujarnya sembari memberikan setelan lengkap yang baru saja ia beli untuk Alleta.

Alleta hanya bisa menurut dan mengganti pakaiannya, dan karena sebab itulah mereka akhirnya bisa keluar dan pindah ke pusat perbelanjaan yang jaraknya cukup jauh dari tempat awal.

Di sana, mereka bisa belanja dengan perasaan yang aman, Alleta dan Satria sempat berpisah sebentar karena Satria harus membeli sebuah hadiah untuk pamannya, dan mereka kembali bertemu di restoran yang ada di mall tersebut untuk makan siang.

"Ini buat kamu." Satria tersenyum seraya menyerahkan sebuah paperbag pada Alleta.

Alleta memgernyit sebentar lalu tersenyum. "Apa ini?" tanyanya sembari menerima dan mengintip isi di dalamnya.

"Buka saja dulu."

Alleta mengeluarkan isi di dalam paperbag tersebut, yang di mana terdapat sebuah kotak persegi berwarna biru.

Alleta membukanya dan sebuah cincin berlian bertengger indah di dalamnya.

Alleta menatap Satria penuh tanda tanya, kenapa dari banyaknya barang, Satria justru memberikan sebuah cincin padanya.

Satria tersenyum dan meraih cincin tersebut, Satria sendiri yang memasangkan cincin itu di jari tengah Alleta sembari berkata, "Kamu tenang saja, aku tidak memiliki maksud apa pun, hadiah ini kuberikan padamu untuk menghargai persahabatan kita yang akhirnya terjalin kembali setelah sempat vakum bertahun-tahun lamanya."

Cincin itu tampak semakin indah setelah melekat di jari Alleta.

"Dipakai terus ya, jangan dilepas, kecuali jika kamu tak menganggapku sebagai sahabatmu lagi."

Perkataan Satria membuat Alleta tertawa pelan.

"Apa yang kamu pikirkan? Tentu saja aku akan terus menganggapmu sahabatku meski tanpa cincin ini sekali pun."

Satria mengulum senyumnya dan lalu mengacak rambut Alleta dengan gemas.

"Pokoknya kamu tidak boleh melepas cincin pemberianku, jika tidak maka aku akan marah padamu," lanjutnya lagi dan Alleta manggut-manggut dengan senyum di bibirnya.

"Baiklah, Tuan Satria yang terhormat," jawab Alleta dengan mimik wajah yang dibuat-buat, menjadikannya semakin tampak menggemaskan di mata pria di hadapannya itu.

Usai percakapan random itu, mereka pun memulai makan siang dengan lahap sambil terus mengobrol ringan, Satria sibuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Alleta terkait kehidupannya di luar negeri.

Sampai tanpa terasa, makanan di meja sudah habis mereka santap bersama, dan Alleta bersiap untuk keluar dari tempat itu.

"Kamu duluan saja, Satria, aku masih ada urusan."

"Urusan apa?" tanya Satria penasaran, jujur sebenarnya ia masih khawatir jika harus membiarkan Alleta sendirian, takut akan ada yang nekat membahayakannya, mengingat ada orang yang sempat memata-matai mereka sebelumnya.

"Aku mau ke rumah sakit jenguk ayahku, kamu pulang saja, aku bisa sendiri."

Tanpa membiarkan Alleta menolak, Satria telah menarik tangan Alleta masuk ke mobilnya.

"Bahaya jika pergi sendiri, sebaiknya kutemani kamu saja," katanya setelah mereka berada di dalam mobil.

Akhirnya mereka ke rumah sakit bersama, dan untungnya ketika datang, Alleta tidak bertemu dengan Ibu dan kakak tirinya, sehingga tidak perlu harus ada persilihan yang terjadi, jujur saja Alleta malas, tenaganya mudah habis jika berhadapan dengan keduanya.

Setelah menjenguk ayahnya yang masih dalam keadaan koma, Alleta berniat untuk pulang, sudah hampir sore, takutnya ia tak sempat bersiap-siap karena masih harus menemani Alfarez menghadiri sebuah acara.

Namun, lagi-lagi Satria tetap nekat untuk mengantarnya hingga ke depan rumah.

"Sungguh, aku bisa pulang sendiri, Satria." Untuk ke sekian kalinya Alleta menolak, dan akhirnya Satria pun memutuskan untuk mengikuti Alleta dari belakang, ia hanya perlu melihat bahwa Alleta baik-baik saja.

Saat melihat taksi menurunkan Alleta ke sebuah rumah dan Alleta masuk ke sana, Satria pun membelokkan mobilnya dan memutuskan untuk pergi, setidaknya Alleta pulang dengan selamat.

Alleta masuk ke rumah dengan sibuk menentang beberapa bawaan belanjaan sesuai perintah Alfarez. Namun, baru sempat membuka pintu depan, Alleta dikejutkan oleh kehadiran Alfarez yang telah duduk di sebuah sofa menghadap ke arah dirinya.

Tatapannya tajam dan mematikan, seolah Alleta baru saja melakukan sebuah kesalahan besar yang amat sangat membuatnya murka, Alleta seolah merasa diterkam hanya dengan sebuah tatapan darinya.

Sejenak Alleta bingung untuk sekedar masuk ke rumah itu, dia hanya terus mematung di depan pintu dengan menatap Alfarez yang masih lekat menatap ke arahnya.

1
Nadila Fakoubun Lodar
ahhh sedikit amat update nya😂
Marnii: Bentar lagi update bab baru Kak, ditunggu ya 😍
total 1 replies
Nadila Fakoubun Lodar
sangat bagus
Nadila Fakoubun Lodar
lanjut min
Tayako Shizuki
loplop sama karya mimin
Marnii: Arrgghh, terimakasih, senangnya dapat komentar positif 😍
total 1 replies
Tayako Shizuki
bagus banget
Tayako Shizuki
semangat terus minn!!!💪
Nona S
Semangat Kakak, aku selalu menunggu updatenya
Marnii: Makasih ya Bebkuh 😍
total 2 replies
Dwhie Purnama
bagus kak
lebih banyak lg UP nya yaa
Marnii: Ah, terimakasih sudah mau komen 😍
total 1 replies
Rahma As
Wkwk, Alvarez terbuat dari tanah merah keknya ya 🤣
Nona S
Emang dasar si Tuan Alfarez ini 🤭
Rahma As
Best banget ceritanya thor
Marnii: Terimakasih ya sudah memberikan dukungan, lope banyak² buat kamu 🤭
total 1 replies
Rahma As
Wkwk... Birahi dong 🤣
Rahma As
Permainan Alfarez pun dimulai🤭
Rahma As
Hei, itu Alfarez mantan suamimu Alleta
Rahma As
Dapet karma dah lu 🤭
Rahma As
Tempat di mana ada banyak orang, pasti selalu ada aja yang nyeleneh. miris
Rahma As
Bukan mempermainkan orang, itu karena dendam sama lu aja Alleta 🤣
Rahma As
Ah, kenapa gak mati ajalah kau nenek sihir/Angry/
Rahma As
Hah? Lc?
Rahma As
Ini Ibu tirinya baik apa jahat thor?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!