"Hai ganteng, malam ini, mau bermalam bersamaku?"
~ Keira ~
"Kau tidak akan menyesalinya kan, little girl?"
~ Reynald ~
**********
Demi bisa menghadiri pesta ulang tahun pacarnya di sebuah klub malam, Keira nekat mencari cara untuk kabur dari pengawasan Raka, sang kakak yang overprotektif, dengan bantuan sahabatnya, Selina. Namun, sesampainya di sana, betapa terkejutnya ia saat mendengar bahwa Dion, kekasih yang selama ini ia sembunyikan dari sang kakak, justru malah menghina Keira di depan teman-temannya.
Hatinya hancur. Di tengah rasa sakit dan kekecewaan, Keira bersumpah akan mencari laki-laki lain yang jauh lebih tampan dan mempesona dari Dion. Saat itulah ia bertemu dengan sosok pria asing yang sangat tampan di klub. Mengira pria itu seorang host club, Keira tanpa ragu mengajaknya berciuman dan menghabiskan malam bersama.
Namun, keesokan harinya, Keira baru menyadari kalau pria yang bersamanya semalam ternyata adalah Reynald, teman dekat kakaknya sendiri!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Secantik Apa?
Sepanjang perjalanan, Keira menatap kakaknya itu dengan curiga.
Pasalnya, Raka bersikap sangat aneh kali ini. Selain penampilannya yang menurutnya tidak seperti biasa, pria itu juga memasang ekspresi gugup, seperti mau bertemu klien penting.
"Kak, kakak kenapa sih? Cuma mau ke rumah Selina aja nervous kayak gitu," celetuk Keira akhirnya setelah merasa tak tahan.
"Siapa yang nervous?" Raka mengelak. "Kakak biasa aja kok."
Keira menyipitkan mata, tidak percaya. Ya bagaimana mungkin dia bisa percaya? Seorang Raka yang terkenal sangat tenang dalam kondisi apa pun tiba-tiba jadi seperti ini. Tapi ya sudahlah, Keira tidak ingin bertanya lagi, toh kakaknya itu pasti tidak akan mengaku.
Beberapa detik kemudian, terdengar dering telepon dari ponsel Raka yang tersambung pada mobil. Raka langsung menekan tombol terima.
"Halo, Marisa?"
Keira yang awalnya tidak terlalu memperhatikan langsung menoleh. Marisa nelepon? Mau ngapain dia?
"Ah, maaf Ka. Aku cuma mau tanya apa kamu ada waktu untuk bertemu, karena ada klien kita yang mau datang ke kantor mendadak. Katanya ada yang mau dibicarakan."
"Astaga, apa dia nggak tahu kalau gue lagi libur," Raka berdecak, tapi lalu ia melirik arloji di pergelangan tangannya. "Apa dia sudah datang?" tanyanya pada Marisa.
"Belum, tapi katanya sudah dalam perjalanan."
"Oke, suruh dia tunggu sekitar lima belas menit lagi. Setelah mengantar Keira, aku akan ke sana."
"Oke. Nanti kabari kalau sudah sampai," jawab Marisa sebelum telepon ditutup. Setelah itu Keira memperhatikan wajah sang kakak yang tampak kesal.
"Kenapa, Kak? Ada kerjaan mendadak ya?" tanya Keira.
"Iya," Raka menjawab sambil mendesah panjang. "Klien yang ini lumayan sulit. Senang sekali datang tanpa pemberitahuan. Mau libur sehari juga susah."
"Oh..." Keira mengangguk. Ternyata dia kesal karena waktu liburnya terganggu, batinnya.
Tanpa sebenarnya Keira tahu, bukan hanya itu saja yang membuat Raka kesal. Ada alasan lain yang sudah diam-diam ia rencanakan. Awalnya, ia ingin menghabiskan waktu bersama Selina dengan alasan menemani Keira untuk jalan-jalan di galeri. Tapi karena ada pekerjaan mendadak seperti ini, rencana itu buyar begitu saja.
"Oh ya, Kak," Keira berdehem sebelum melanjutkan ucapannya. "Si Marisa itu udah nggak kerja di rumah kita lagi?" tanyanya basa-basi. Sebenarnya dia juga sudah tahu karena diberitahu Reynald, tapi tetap saja penasaran.
"Iya, kontraknya sudah berakhir," jawab Raka tanpa curiga.
"Kok tiba-tiba sih, Kak? Kayaknya sidangnya belum selesai, kan?"
"Yah, dia melakukan kesalahan fatal," Raka berkata sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Sayang sekali memang, padahal seharusnya dia bisa menahan diri sebentar."
"Kesalahan?" alis Keira terangkat. "Kesalahannya sebesar apa sampai kontrak kerja bisa berakhir?"
Raka mendengus. "Dia nembak Reynald."
Keira terbelalak. "What?"
Raka terkekeh. "Sekaget itu ya? Kakak sih sudah tahu. Dari awal dia mau kerja bareng kita juga karena dia naksir Reynald."
Keira menggigit bibir. Tidak, dia bukannya kaget karena mengetahui fakta kalau Marisa suka Reynald. Dia sudah tahu sejak awal saat tak sengaja membaca chat Marisa ke Raka. Tapi yang membuatnya tak menyangka adalah kenyataan kalau wanita itu ternyata sudah berani nembak Reynald.
"Jadi, apa Marisa diputuskan kontrak karena hal itu?" Keira masih penasaran.
"Iya, Reynald merasa apa yang dilakukan Marisa tidak profesional. Meskipun kelihatannya slengean, tapi sebenarnya Reynald adalah orang yang serius saat menyangkut pekerjaan. Apalagi kasus ini sangat penting buat dia, karena menyangkut mamanya. Reynald tidak mau melibatkan perasaan yang tidak perlu."
"Wah..." Keira sampai speechless dibuatnya. Sama sekali tak menyangka kalau pria yang sering membuatnya kesal karena kelakuannya itu ternyata tegas sekali. "Terus, Marisa nerima aja gitu?"
"Ya mau apa juga kalau nggak terima? Sudah untung Reynald tidak meminta perusahaan untuk memecat dia."
"Hah? Kok bisa Reynald nyuruh perusahaan kakak buat mecat dia?"
"Ah, kamu belum tahu ya? Reynald itu salah satu investor terbesar di perusahaan kami."
Keira benar-benar terperangah. Ternyata cowok tampan brengsek itu sangat kaya?
"Sebenarnya kakak juga penasaran awalnya, kenapa dia menolak Marisa. Padahal Marisa sangat cantik dan jenius. Banyak karyawan di perusahaan kakak yang ngejar-ngejar dia."
Mendengar sang kakak memuji Marisa membuat Keira kesal. Pasalnya, kakaknya ini sangat jarang memuji orang, apalagi mengakui kalau seseorang itu cantik. Keira sendiri bahkan jarang dipuji oleh kakaknya. Gadis itu mengerucutkan bibir.
"Tapi ternyata dia bilang sudah punya pacar. Dan itu yang bikin kakak heran. Kapan dia punya waktu buat pacaran? Setahu kakak, selama ini dia cuma di kantor sama di rumah kerjaannya."
Keira kali ini terperangah karena ketakutan. Astaga, Reynald! Bisa-bisanya dia ngaku udah punya pacar sama Kak Raka! Bagaimana kalau ketahuan?
"Dan anehnya lagi, dia bilang pacarnya itu kakak kenal. Aneh kan, mana mungkin kakak nggak tahu dia pacaran sama siapa, padahal kenalan kita berdua juga tidak banyak."
Keira sekarang menelan ludah. Insting pengacara Raka sepertinya sudah mulai bermain. Dia tidak akan ketahuan, kan?
"Kakak benar-benar penasaran, secantik apa cewek itu sampai bisa menaklukkan seorang Reynald."
Keira lagi-lagi menelan ludah. "Memangnya harus seistimewa itu ya, Kak, untuk jadi pacarnya Kak Reynald?"
"Ya harusnya sih begitu," Raka mengangguk yakin. "Selama ini Reynald sudah menolak banyak wanita, termasuk di antaranya model dan bintang iklan. Kalau sampai ada cewek yang bisa menaklukkan hatinya, pasti cewek itu jauh lebih cantik dari mereka."
Keira tertawa sumbang. "Hahahah… siapa tahu kan Kak, selera dia nggak secantik itu? Bisa jadi cuma orang biasa?"
"Mana mungkin? Orang biasa nggak ada yang cocok bersanding dengannya. Minimal, orang itu harus jenius dan punya pekerjaan yang bagus."
Keira melirik kesal ke arah sang kakak. Kenapa kakaknya serasa orangtua Reynald, sampai mengatur-ngatur siapa yang harus dikencani pria itu?
"Ehm," Keira berdehem. "Kalau misalnya orangnya kayak aku, gimana?"
Raka sampai menoleh untuk melihat adiknya itu dengan tatapan sinis. "Sejak pendaftaran pun, kamu sudah out."
"Apa? Kenapa? Memangnya aku kurang apa?"
Raka tersenyum sinis. "Kurang segala-galanya."
"Kakak, ih!" Keira kesal dan memukul bahu sang kakak. Raka tertawa.
"Hahaha, sorry. Kakak cuma bercanda. Cuma ya menurut kakak, selera Reynald itu bukan anak kecil seperti kamu."
Keira mendengus malas. "Aku kan sudah bukan anak kecil lagi, Kak."
"Tetap saja, sepertinya tidak mungkin." Raka menggeleng yakin. "Kalau pun benar pacarnya benar-benar seperti kamu, pasti dia tidak serius."
...****************...
...Waduh, congormu Ka, nguawur!...
...Kalau kedengeran Reynald apa nggak disleding kamu🤭...